Jumat, 01 September 2017

Bagian Keempat IPS VIII Revisi 2017 lanjutan



B.     Kondisi Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan
Apa saja yang dialami bangsa Indonesia pada masa penjajahan? Perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat di Indonesia, menyebabkan perubahan masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang. Pemerintah kolonial menerapkan kebijakan yang merugikan bangsa Indonesia. Akibatnya, bangsa Indonesia melakukan perlawanan untuk mengusir penjajah. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan pemerintah kolonial terhadap bangsa Indonesia, mari telusuri kajian di bawah ini.

1.      Pengaruh Monopoli dalam Perdagangan
Kalian perhatikan gambar perkebunan cengkeh di atas. Apakah masyarakat disekitar tempat tinggalmu, menanam tanaman tersebut? Tanaman di atas merupakan salah satu produk yang dimonopoli bangsa Barat saat menjajah Indonesia. Untuk memahami bagaimana akibat dari pelaksanaan monopoli, kerjakan aktivitas kelompok berikut ini.

Aktivitas Kelompok
1.      Bentuklah kelompok dengan anggota 4-5 orang.
2.      Perhatikan teks berikut ini:
Cengkih merupakan salah satu hasil utama masyarakat Maluku. Hasil perkebunan tersebut merupakan tanaman ekspor yang sangat dibutuhkan masyarakat Eropa. Perusahaan dagang Belanda, VOC, berusaha menguasai perdagangan tersebut. Rakyat hanya diperbolehkan menjual hasil perkebunan tersebut kepada VOC. Para pedagang lain tidak diperbolehkan membeli hasil perkebunan dari rakyat tersebut. VOC telah melakukan penguasaan perdagangan di Maluku, atau disebut praktik monopoli.
3.      Berdasarkan teks tersebut, diskusikan:
a.       Siapa yang paling berkuasa menentukan harga beli kepada petani?
b.      Siapa yang paling menentukan harga jual kepada pedagang lain?
c.       Bagaimana nasib pedagang lain yang sama-sama ingin berdagang komoditas tersebut?
4.      Catatlah simpulan dari hasil diskusi kelompokmu dan tuliskan kesimpulan akhir pada buku catatanmu. Tanyakan kepada guru, hal-hal yang kalian anggap belum jelas.

Setelah kalian mengerjakan aktivitas kelompok di atas, bagaimana penilaianmu terhadap praktik monopoli? Monopoli perdagangan seperti kasus di atas, jelas merugikan rakyat. Kalian dapat membayangkan bagaimana perasaan para petani yang ingin menjual hasil pertanian secara bebas, tetapi dipaksa hanya menjual kepada VOC? Tentu daya tawar mereka sangat rendah.
Pada awal kedatangannya, bangsa-bangsa Barat diterima dengan baik oleh rakyat Indonesia. Hubungan perdagangan tersebut kemudian berubah menjadi hubungan penguasaan atau penjajahan. VOC terus berusaha memperoleh kekuasaan yang lebih dari sekedar jual beli. Itulah yang memicu kekecewaan; kebencian; dan perlawanan fisik.

Wawasan
Tahukah kalian keistimewaan VOC? VOC dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal yang menjalankan tugas pemerintahan di daerah-daerah jajahan. Selain itu, VOC memiliki hak oktroi/istimewa yang isinya sebagai berikut:
1.      Hak mencetak uang;
2.      Hak memiliki angkatan perang;
3.      Hak memerintah daerah yang diduduki;
4.      Hak melakukan perjanjian dengan raja-raja;
5.      Hak memonopoli perdagangan rempah-rempah.

Pada awalnya VOC meminta keistimewaan hak-hak dagang. Akan tetapi dalam perkembangannya, menjadi penguasaan pasar (monopoli). VOC menekan para raja untuk memberikan kebijakan perdagangan hanya dengan VOC. Akhirnya VOC bukan hanya menguasai daerah perdagangan, tetapi juga menguasai politik atau pemerintahan.
Kalian tentu sering mendengar istilah monopoli. Apakah yang disebut monopoli? Monopoli adalah penguasaan pasar yang dilakukan oleh satu atau sedikit perusahaan. Bagaimanakah dampak monopoli? Bagi pelaku perusahaan, monopoli sangat menguntungkan karena mereka dapat menentukan harga beli dan harga jual. Sebagai contoh: pada saat melakukan monopoli rempah-rempah di Indonesia, VOC membuat perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Indonesia. Isinya, setiap kerajaan hanya mengizinkan rakyat menjual hasil bumi kepada VOC. Karena produsen sudah dikuasai VOC, maka pada saat rempah-rempah dijual, harganya sangat turun. Sebaliknya, VOC menjualnya kembali ke Eropa dengan harga yang sangat tinggi.
Tentu kalian bertanya, mengapa kerajaan-kerajaan di Indonesia membiarkan VOC memonopoli perdagangan? Semua itu terjadi karena keterpaksaan. Belanda memaksa kerajaan-kerajaan di Indonesia, untuk menandatangani kontrak monopoli dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah politik adu domba, atau dikenal dengan: devide et impera. Siapa yang diadu-domba? Adu domba yang dilakukan Belanda dapat terjadi terhadap kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain, atau antarpejabat kerajaan. Apa tujuan Belanda melakukan adu domba?
Belanda berharap akan terjadi permusuhan antarbangsa Indonesia, sehingga terjadi perang antarkerajaan. Belanda juga terlibat dalam konflik internal yang terjadi di kerajaan. Pada saat terjadi perang antarkerajaan, Belanda mendukung salah satu kerajaan yang berperang. Demikian halnya saat terjadi konflik di dalam kerajaan, Belanda akan mendukung salah satu pihak. Setelah pihak yang didukung Belanda menang, Belanda akan meminta balas jasa.

Renungkan
Monopoli adalah salah satu bentuk perdagangan yang dapat merugikan orang lain. Apabila kalian menjadi pedagang, jadilah pedagang yang adil, tidak mementingkan keuntungan sendiri. Lakukan perdagangan dengan penuh toleransi, bersaing secara sehat, dan saling mengasihi. Monopoli dapat dilakukan dalam hal-hal tertentu oleh negara. Contohnya: produksi semen dan minyak bumi dimonopoli oleh pemerintah demi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

Seusai perang, Belanda biasanya meminta imbalan berupa monopoli perdagangan atau penguasaan atas beberapa lahan atau daerah. Akibat monopoli, rakyat Indonesia sangat menderita. Mengapa demikian? Dengan adanya monopoli, rakyat tidak memiliki kebebasan menjual hasil bumi mereka. Mereka terpaksa menjual hasil bumi hanya kepada VOC. VOC dengan kekuasaannya, membeli hasil bumi rakyat Indonesia dengan harga yang sangat rendah. Padahal apabila rakyat menjual kepada pedagang lain, harganya bisa jauh lebih tinggi.
Untuk meluaskan kekuasaan, VOC mempersiapkan penguasaan dengan cara perang (militer). Beberapa gubernur jenderal, seperti: Antonio van Diemon (1635-1645); Johan Maatsuyeker (1653-1678);  Rijklof van Goens (1678-1681); Cornellis Janzoon Speelman (1681-1684), merupakan tokoh-tokoh peletak dasar politik ekspansi VOC.
VOC mengalami kebangkrutan pada akhir abad XVIII. Korupsi dan manajemen perusahaan yang kurang baik, menjadi penyebab utama kebangkrutan VOC. Akhirnya tanggal 13 Desember 1799, VOC dibubarkan. Mulai tanggal 1 Januari 1800, Indonesia menjadi jajahan Pemerintah Belanda atau sering disebut masa Pemerintahan Hindia Belanda. Mulai periode inilah, Belanda secara resmi menjalankan pemerintahan kolonial dalam arti yang sebenarnya.

2.      Pengaruh Kebijakan Kerja Paksa
Kalian perhatikan gambar suasana kerja paksa pada masa pemerintah Hindia Belanda di Indonesia. Apa yang mereka kerjakan? Mengapa Belanda memaksa mereka bekerja? Bagaimana perasaanmu melihat gambar tersebut?
Pernahkah kalian mendengar istilah kerja rodi atau kerja paksa? Bagaimana rasanya apabila bekerja karena terpaksa? Tentu saja bekerja karena terpaksa, hasilnya tidak sebaik pekerjaan yang dilakukan dengan sukarela. Melakukan pekerjaan karena dipaksa juga, akan membuat seseorang menderita. Hal itulah yang dialami bangsa Indonesia pada masa penjajahan dahulu. Pemerintah Belanda menginginkan keuntungan sebanyak-banyaknya dari bumi Indonesia sehingga menerapkan kebijakan kerja paksa.
Mendengar istilah kerja paksa, tentu kalian sudah dapat menebak bahwa rakyat Indonesia bekerja tanpa fasilitas yang memadai. Mereka tidak memperoleh penghasilan yang layak, tidak diperhatikan asupan makanannya, dan melakukan pekerjaan di luar batas-batas kemanusiaan. Bagaimana kerja paksa yang terjadi pada masa pemerintah Hindia Belanda? Kalian akan telusuri melalui kajian berikut ini.
Perhatikan gambar peta jalur Anyer Panarukan di atas. Tahukah kalian berapa panjang jalur Anyer Panarukan? Jalur tersebut memanjang lebih dari 1.000 km dari Cilegon (Banten); Jakarta; Bogor; Bandung; Cirebon; Semarang; Pati; Surabaya; Probolinggo; hingga Panarukan (Jawa Timur). Saat ini jalur tersebut merupakan salah satu jalur transportasi utama bagi masyarakat di Pulau Jawa. Anyer-Panarukan dibangun 200 tahun yang lalu oleh pemerintah Gubernur Jenderal Daendels yang merupakan bagian dari Republik Bataaf (Prancis). Mengapa jalan tersebut harus dibangun? Bagaimana pengaruhnya bagi bangsa Indonesia?
Gubernur Jenderal Daendels yang memerintah tahun 1808-1811, melakukan berbagai kebijakan, seperti: pembangunan militer; jalan raya; perbaikan pemerintahan; dan perbaikan ekonomi. Salah satu kebijakan yang terkenal dan buktinya dapat disaksikan hingga masa sekarang, adalah: pembangunan jalan Anyer-Panarukan (Jalan Raya Pos). Jalan Raya Pos, sangat penting bagi pemerintah kolonial. Jalan tersebut dibangun dengan tujuan utama untuk kepentingan militer pemerintah kolonial. Dalam perkembangannya jalan tersebut menjadi sarana transportasi pemerintahan dan mengangkut berbagai hasil bumi. Hingga sekarang manfaat jalan tersebut masih dapat dirasakan. Dibalik besarnya proyek tersebut, perlu dipertanyakan bagaimana proses pembangunan jalan yang melewati gunung yang terjal dan medan yang sulit pada masa lalu? Siapakah yang menjalankan pembangunan?
Pembangunan jalan tersebut merupakan kebijakan pemerintah Republik Bataaf di bawah Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. Mereka memandang penting pembangunan jalur Anyer-Panarukan. Selain untuk kepentingan pertahanan dan militer, jalur tersebut merupakan penghubung kota-kota penting di Pulau Jawa yang merupakan penghasil berbagai tanaman ekspor. Dengan dibangunnya jalan tersebut, proses distribusi barang dan jasa untuk kepentingan kolonial semakin cepat dan efisien.
Pembangunan jalur Anyer-Panarukan, sebagian besar dilakukan oleh tenaga manusia. Puluhan ribu penduduk dikerahkan untuk membangun jalan tersebut. Rakyat Indonesia dipaksa Belanda untuk membangun jalan. Mereka tidak digaji dan tidak menerima makanan yang layak. Akibatnya, ribuan penduduk meninggal, baik karena kelaparan maupun penyakit yang diderita. Pengerahan penduduk untuk mengerjakan berbagai proyek Belanda inilah, yang disebut: kerja rodi atau kerja paksa.
Kerja paksa pada masa pemerintah Belanda, banyak ditemukan di berbagai tempat. Banyak penduduk yang dipaksa menjadi budak dan dipekerjakan di berbagai perusahaan tambang ataupun perkebunan. Kekejaman Belanda ini masih dapat kalian buktikan dalam berbagai kisah yang ditulis dalam buku-buku sejarah dan novel.
Untuk lebih memperdalam pemahaman mengenai kegiatan kerja paksa pada masa penjajahan Belanda, kerjakan aktivitas kelompok berikut ini.

Aktivitas Kelompok
Belanda melakukan kerja paksa di berbagai daerah. Untuk mengetahui bentuk kerja paksa di daerah lain, kalian dapat melakukan kegiatan berikut ini.
1.      Bentuklah kelompok dengan anggota 3-4 orang.
2.      Carilah buku; majalah; atau internet, yang menceritakan kegiatan kerja paksa pada masa Belanda.
3.      Tuliskan hasil diskusimu dalam tabel berikut ini.
4.      Presentasikan hasilnya di depan kelas.
No
Nama Proyek
Tempat
Bentuk Kerja Paksa












5.      Setelah kegiatan presentasi selesai, buatlah catatan kesimpulan materi yang kalian pelajari.

Setelah mengerjakan aktivitas kelompok di atas, tentu kalian menemukan dan merasakan bagaimana penderitaan masyarakat pada masa penerapan Tanam Paksa.

Wawasan
VOC, Hindia Belanda, Republik Bataaf, dan Inggris
Pada materi sebelumnya, kalian telah mempelajari tentang penjajahan Portugis dan Spanyol di Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, ternyata terjadi beberapa masa pemerintahan di Indonesia, yakni: masa VOC (1605-1799); masa Hindia Belanda (1800-1808); masa Republik Bataaf (1808-1811); masa Pemerintahan Inggris (1811-1816); dan masa Pemerintahan Hindia Belanda (1816-1942). Mengapa ada Republik Bataaf dan Pemerintah Inggris?
Apada awal tahun 1795, pasukan Prancis menyerbu Belanda. Raja Willem V melarikan diri ke Inggris. Belanda pun dikuasai Prancis, dan terbentuklah Republik Bataaf (1795-1806) yang merupakan bagian Prancis. Kebijakan-kebijakan Republik Bataaf untuk mengatur pemerintahan di Hindia, masih juga terpengaruh Prancis. Pemerintahan yang mewakili Republik Bataaf di Indonesia adalah Herman Willem Daendels (1808-1811) dan Jan Willem Janssen (1811).
Inggris berusaha mengambil-alih Indonesia dari kekuasaan Republik Bataaf (Prancis). Akhirnya Janssen secara resmi menyerah ke pihak Inggris, yang ditandai dengan adanya Kapitulasi Tuntang pada tanggal 18 September 1811. Setelah dikuasai, penguasa Inggris di India, Lord Minto, menunjuk Thomas Stamford Raffles sebagai letnan gubernur di Indonesia (Jawa).
Inggris menguasai Indonesia mulai 1811-1816, dengan Thomas Stamford Raffles sebagai gubernur jenderal. Pada tahun 1814, Napoleon Bonaparte kalah melawan raja-raja di Eropa dalam perang koalisi. Untuk memulihkan kembali keadaan di Eropa, diadakan Kongres Wina 1814. Adapun antara Inggris dan Belanda, diadakan Convention of London 1814, yang salah satunya adalah: Belanda mendapatkan kembali wilayah-wilayah kekuasaannya di Nusantara dari Inggris.
Berdasarkan data di atas, kalian dapat memahami kronologi penjajahan di Indonesia setelah masa VOC.

Renungkan
Fasilitas yang dinikmati bangsa Indonesia saat ini, merupakan salah satu jerih payah rakyat Indonesia masa lalu. Sebagian jalan kereta api; jalan raya; dan saluran irigasi, merupakan salah satu peninggalan masa lalu. Fasilitas tersebut dikerjakan melalui kerja paksa. Kalian memelihara dan memanfaatkan fasilitas tersebut dengan baik, dan mendoakan para pekerja yang dahulu mengerjakan proyek tersebut.

3.      Pengaruh Sistem Sewa Tanah
Perhatikan gambar Kebun Raya Bogor di atas. Kebun Raya Bogor merupakan salah satu pusat pengetahuan yang menyimpan berbagai jenis tanaman. Tahukah kalian bahwa kebun raya tersebut sudah dibangun sejak awal abad XIX? Kebun Raya Bogor merupakan salah satu bukti pengaruh kekuasaan Inggris di Indonesia. Bagaimana Inggris dapat menguasai Indonesia?
Pada masa tersebut meletus perang di Eropa antara Prancis dan Belanda. Willem V dari negeri Belanda, berhasil lolos dari serangan Prancis dan melarikan diri ke Inggris. Willem V kemudian mengeluarkan maklumat yang memerintahkan para pejabat jajahan Belanda, menyerahkan wilayahnya kepada Inggris. Maklumat ini dimaksudkan agar jajahan Belanda tidak jatuh ke tangan Prancis.
Saat Inggris menguasai Indonesia, Gubernur Jenderal Lord Minto membagi daerah jajahan Hindia Belanda menjadi 4 gubernement, yakni: Malaka; Sumatera; Jawa; dan Maluku. Lord Minto selanjutnya menyerahkan tanggung jawab kekuasaan atas seluruh wilayah itu kepada Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles.
Salah satu kebijakan terkenal pada masa Raffles, adalah: sistem sewa tanah atau landrent system atau landelijk stelsel. Sistem tersebut memiliki ketentuan, antara lain sebagai berikut:
a.       Petani harus menyewa tanah, meskipun dia adalah pemilik tanah tersebut.
b.      Harga sewa tanah, tergantung kepada kondisi tanah.
c.       Pembayaran sewa tanah, dilakukan dengan uang tunai.
d.      Bagi yang tidak memiliki tanah, dikenakan pajak kepala.

Wawasan
Teori Domein
Dalam melaksanakan sistem sewa tanah, Gubernur Jenderal Raffles menggunakan Teori Domein. Raffles berpendapat bahwa tanah yang dimiliki petani pada dasarnya adalah tanah para raja. Karena kekuasaan para raja telah berpindah dari pemerintah Inggris, maka sebagai akibat hukumnya, hak-hak pemilikan atas tanah tersebut dengan sendirinya beralih pula kepada raja Inggris. Oleh karena itu tanah-tanah yang dikuasai dan digunakan oleh rakyat itu bukan miliknya, melainkan milik raja Inggris, sehingga mereka wajib memberikan sesuatu kepada raja Inggris sebagaimana sebelumnya diberikan kepada raja-raja mereka sendiri. Hal yang menjadi kewajiban untuk diberikan tersebut, dikenal dengan istilah: landrente Raffles.

Bagaimana pendapatmu tentang sistem sewa tanah? Walaupun lebih ringan dari sistem Tanam Paksa, sewa tanah tetap memberatkan rakyat. Sistem sewa tanah menggambarkan seakan-akan rakyat tidak memiliki tanah, padahal tanah tersebut adalah milik rakyat. Hasil sewa tanah juga tidak seluruhnya digunakan untuk kemakmuran rakyat. Hasil sewa tanah tersebut sebagian besar digunakan untuk kepentingan penjajah.
Pelaksanaan sistem sewa tanah tersebut dianggap memiliki banyak kelemahan, sehingga gagal diterapkan di Indonesia. Beberapa penyebab kegagalan pelaksanaan sistem sewa tanah adalah sebagai berikut.
a.       Sulit menentukan besar kecil pajak bagi pemilik tanah, karena tidak semua rakyat memiliki tanah yang sama.
b.      Sulit menentukan luas dan tingkat kesuburan tanah petani.
c.       Keterbatasan jumlah pegawai.
d.      Masyarakat desa belum mengenal sistem uang.
Sistem sewa tanah diberlakukan terhadap daerah-daerah di Pulau Jawa, kecuali daerah-daerah Batavia dan Parahyangan. Daerah-daerah Batavia umumnya telah menjadi milik swasta dan daerah-daerah Parahyangan merupakan daerah wajib tanaman kopi yang memberikan keuntungan besar kepada pemerintah.

4.      Pengaruh Sistem Tanam Paksa
Perhatikan gambar tanaman ekspor dari Indonesia di atas. Pada masa penjajahan abad XIX, tanaman tersebut merupakan komoditas utama ekspor Indonesia. Karena itu, Belanda berusaha menaikan ekspor tanaman perkebunan tersebut. Apalagi ketika awal abad XX Belanda menghadapi perang di Eropa, yang menyebabkan kerugian keuangan yang besar. Selain itu, Belanda menghadapi berbagai perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah. Salah satu cara Belanda untuk menutup kerugian, adalah dengan meningkatkan ekspor. Peningkatan ekspor merupakan pilihan Belanda untuk mempercepat penambahan pundi-pundi keuangan negara.
Pada tahun 1830, Johannes van den Bosch menerapkan sistem tanam paksa (cultuur stelsel). Kebijakan ini diberlakukan karena Belanda menghadapi kesulitan keuangan, akibat: Perang Jawa atau Perang Diponegoro (1825-1830) dan Perang Belgia (1830-1831).

Wawasan
Mari Gali
Tahukah kalian ketentuan-ketentuan kebijakan Tanam Paksa? Simaklah ketentuan-ketentuan sistem tersebut berikut ini.
1.      Penduduk wajib menyerahkan 1/5 tanahnya untuk ditanami tanaman wajib dan berkualitas ekspor.
2.      Tanah yang ditanami tanaman wajib, bebas dari pajak tanah.
3.      Waktu yang digunakan untuk pengerjaan tanaman wajib, tidak melebihi waktu untuk menanam padi.
4.      Apabila harga tanaman wajib setelah dijual melebihi besarnya pajak tanah, kelebihannya dikembalikan kepada penduduk.
5.      Kegagalan panen tanaman wajib, bukan kesalahan penduduk melainkan menjadi tanggung jawab pemerintah Belanda.
6.      Penduduk dalam pekerjaannya dipimpin penguasa pribumi, sedangkan pegawai Eropa menjadi pengawas; pemungut; dan pengangkut.
7.      Penduduk yang tidak memiliki tanah, harus melakukan kerja wajib selama 1/5 tahun (66 hari) dan mendapatkan upah.

Ketentuan kebijakan tanam paksa yang diberlakukan pemerintah Hindia Belanda, sangat memberatkan masyarakat Indonesia. Apalagi pelaksanaannya penuh dengan penyelewengan, sehingga semakin menambah penderitaan rakyat Indonesia. Banyak ketentuan yang dilanggar atau diselewengkan, baik oleh pegawai Belanda maupun pribumi. Praktik-praktik penekanan dan pemaksaan terhadap rakyat tersebut, antara lain sebagai berikut:
a.       Menurut ketentuan, tanah yang digunakan untuk tanaman wajib hanya 1/5 dari tanah yang dimiliki rakyat. Namun kenyataannya selalu lebih bahkan sampai ½ bagian dari tanah yang dimiliki rakyat.
b.      Kelebihan hasil panen tanaman wajib, tidak pernah dibayarkan.
c.       Waktu untuk kerja wajib, melebihi dari 66 hari dan tanpa imbalan yang memadai.
d.      Tanah yang digunakan untuk tanaman wajib, tetap dikenakan pajak.
Penderitaan rakyat Indonesia akibat kebijakan Tanam Paksa ini dapat dilihat dari jumlah angka kematian rakyat Indonesia yang tinggi, akibat kelaparan dan penyakit kekurangan gizi. Pada tahun 1848-1850 karena paceklik, 9/10 penduduk Grobogan Jawa Tengah mati kelaparan.
Sistem ini membuat banyak pihak bersimpati dan mengecam praktik Tanam Paksa. Mereka menuntut agar Tanam Paksa dihapuskan. Kecaman dari berbagai pihak tersebut membuahkan hasil dengan dihapusnya sistem Tanam Paksa pada tahun 1870. Orang-orang Belanda yang menentang adanya Tanam Paksa tersebut, diantaranya: Baron van Hoevel; EFE Douwes Dekker (Multatuli); dan L Vitalis.
Pada tahun 1870, keluarlah Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) yang mengatur tentang prinsip-prinsip politik tanah di negeri jajahan yang menegaskan bahwa pihak swasta dapat menyewa tanah, baik tanah pemerintah maupun tanah penduduk. Tanah-tanah pemerintah dapat disewa pengusaha swasta sampai 75 tahun. Tanah penduduk dapat disewa selama 5 tahun, dan ada juga yang disewa sampai 30 tahun.
Pada tahun yang sama juga (1870) keluar Undang-Undang Gula (Suiker Wet) yang berisi larangan mengangkut tebu keluar dari Indonesia. Tebu harus diproses di Indonesia. Pabrik gula milik pemerintah akan dihapus secara bertahap dan diambil alih oleh pihak swasta. Pihak swasta diberi kesempatan yang luas untuk mendirikan pabrik gula baru.
Melalui UU Gula, perusahaan-perusahaan swasta Eropa mulai berinvestasi di Hindia Belanda di bidang perkebunan. Sejak UU Agraria dan UU Gula dikeluarkan, pihak swasta semakin banyak memasuki tanah jajahan di Indonesia. Mereka memainkan peranan penting dalam mengeksploitasi tanah jajahan. Tanah jajahan di Indonesia berfungsi sebagai tempat untuk mendapatkan bahan mentah untuk kepentingan industri di Eropa dan tempat penanaman modal asing, tempat pemasaran barang-barang hasil industri dari Eropa, serta penyedia tenaga kerja yang murah.

5.      Perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme
Coba kalian amati gambar peta di atas! Bandingkan luas negara Indonesia dan Belanda. kira-kira berapa kali lipat luas Indonesia dibandingkan Belanda? Negeri Indonesia yang jauh lebih luas dibandingkan wilayah Belanda. Pada masa lalu Indonesia hanya dianggap sebuah provinsi bagi bangsa Belanda, namun tidak diperlakukan sama dengan masyarakat Belanda di Eropa. Belanda hanya menguras kekayaan Indonesia untuk kemakmuran negerinya. Bagaimanakah reaksi masyarakat Indonesia? Tentu saja mereka melawan. Mari pelajari lebih lanjut, perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia dengan mencermati uraian berikut.

a.       Perlawanan terhadap Persekutuan Dagang
1)      Sultan Baabulah mengusir Portugis
Konflik antara kerajaan di Indonesia dan persekutuan/kongsi dagang Barat, terjadi sejak para kongsi dagang menunjukkan kecongkakannya. Sebagai contoh: Pada tahun 1529 terjadi perang antara Tidore dan Portugis.
Penyebab utamanya adalah: Portugis menghalang-halangi perdagangan Banda dengan Tidore. Portugis menembaki jung-jung (perahu) dari Banda yang akan membeli cengkih ke Tidore. Tidore tidak terima dengan tindakan armada Portugis, lalu melakukan perlawanan. Dalam perang tersebut, Portugis berhasil mengadudomba Kerajaan Ternate dan Tidore. Portugis mendapat dukungan dari Ternate dan Bacan. Akhirnya, Portugis mendapat kemenangan.
Rakyat Maluku sadar bahwa Portugis hanya akan merusak perdamaian. Sultan Hairun berhasil menyatukan rakyat, dan mengobarkan perlawanan pada tahun 1565. Portugis terus terdesak oleh gempuran tentara kerajaan yang didukung rakyat. Portugis menawarkan perundingan kepada Sultan Hairun. Sultan Hairun adalah raja yang cinta damai, sehingga menerima ajakan Portugis.
Pada tahun 1570 bertempat di Benteng Sao Paolo, terjadi perundingan antara Sultan dan Portugis. Pada awal perundingan, semua berjalan seperti sebuah pertemuan pada umumnya, yaitu: membicarakan suatu hal penting. Pada saat itu, Sultan Hairun tidak menaruh curiga sedikitpun. Ia merasa bahwa perdamaian jauh lebih baik. Namun pada saat perundingan berlangsung, tanpa disangka-sangka, tiba-tiba Portugis menangkap Sultan Hairun dan pada saat itu juga membunuhnya.
Kelicikan dan kejahatan Portugis tersebut, menimbulkan kemarahan rakyat Maluku. Sultan Baabullah (putera Sultan Hairun) dengan gagah melanjutkan perjuangan ayahandanya dengan memimpin perlawanan. Pada saat bersamaan, Ternate dan Tidore bersatu melancarkan serangan terhadap Portugis. Akhirnya pada tahun 1575, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Selanjutnya Portugis melarikan diri dan menetap di Ambon. Portugis kemudian menyingkir ke Timor Timur/Timor Leste, dan melakukan kolonisasi di tempat itu.

2)      Perlawanan Aceh
Tahukah kalian bahwa selain di Ternate dan Tidore, perlawanan masyarakat Indonesia terhadap Portugis juga dilakukan oleh rakyat Aceh di Pulau Sumatera? Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), armada Aceh telah disiapkan untuk menyerang kedudukan Portugis di Malaka. Saat itu, Aceh telah memiliki armada laut yang mampu mengangkut 800 prajurit. Pada saat itu wilayah Kerajaan Aceh telah sampai di Sumatera Timur dan Sumatera Barat. Pada tahun 1629, Aceh mencoba menaklukkan Portugis, tetapi penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum berhasil mendapat kemenangan. Meskipun demikian, Aceh masih tetap berdiri sebagai kerajaan yang merdeka.

3)      Ketangguhan Ayam Jantan dari Timur
Kalian tentu tidak asing dengan nama Sultan Hasanuddin. Tokoh ini sangat ditakuti Belanda karena ketangguhannya melawan Belanda, sehingga disebut sebagai: Ayam Jantan dari Timur.
Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa di Sulawesi Selatan. Suatu ketika Kerajaan Gowa (Sultan Hasanuddin) dan Bone (Arung Palaka), berselisih paham. Hal ini dimanfaatkan VOC dengan mengadudomba kedua kerajaan tersebut. VOC memberikan dukungan sehingga Bone menang saat perang dengan Gowa tahun 1666. Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.
Perjanjian Bongaya adalah perjanjian antara Sultan Hasanuddin dan VOC. Isi dari Perjanjian Bongaya adalah sebagai berikut:
a)      Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar.
b)     Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar.
c)      Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya, berupa daerah di luar Makassar.
d)     Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Perjanjian Bongaya telah memangkas kekuasaan Kerajaan Gowa sebagai kerajaan terkuat di Sulawesi. Tinggal kerajaan-kerajaan kecil yang sulit melakukan perlawanan terhadap VOC.

4)      Serangan Mataram terhadap VOC
Perhatikan gambar peta di atas. Mataram adalah kerajaan besar di Jawa Tengah. Keberadaan VOC di Batavia, sangat membahayakan Mataram. Pada awalnya Mataram dengan Belanda, dianggap menjalin hubungan baik. Belanda diizinkan mendirikan benteng gudang (loji) untuk kantor dagang di Jepara pada tahun 1615. Belanda juga memberikan 2 meriam untuk Kerajaan Mataram.
Perselisihan antara Mataram dan Belanda terjadi karena nafsu monopoli Belanda. pada tanggal 8 November 1618, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen memerintahkan van der Marct, menyerang Jepara. Kerugian Mataram sangat besar. Peristiwa tersebut memperuncing perselisihan antara Mataram dan Belanda.
Raja Mataram Sultan Agung segera mempersiapkan penyerangan terhadap kedudukan VOC di Batavia. Serangan pertama dilakukan pada tahun 1628. Pasukan Mataram dipimpin Tumenggung Bahurekso, yang tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628. Selanjutnya menyusul pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul dan kedua bersaudara, yaitu: Kiai Dipati Mandurejo dan Upa Santa.
Mengapa serangan pertama mengalami kegagalan? Hal ini terjadi, selain karena kurangnya perbekalan, juga disebabkan Mataram kurang matang dalam memperhitungkan medan pertempuran. Faktor lain, adalah: persenjataan Belanda jauh lebih modern dibandingkan tentara Mataram.
Serangan pertama yang dilakukan oleh Mataram gagal, sehingga terpaksa pasukan ditarik kembali ke Mataram tanggal 3 Desember 1628. Pada serangan tersebut, tidak kurang 1.000 prajurit Mataram gugur dalam medan pertempuran. Mataram segera mempersiapkan serangan kedua, dengan pimpinan Kyai Adipati Juminah; KA Puger; dan KA Purbaya. Persiapan dilakukan dengan lebih matang. Gudang-gudang dan lumbung persediaan makanan, didirikan di berbagai tempat. Setelah semua persiapan selesai, pengepungan secara total terhadap Batavia pun dilakukan. Serangan dimulai pada tanggal 1 Agustus dan berakhir 1 Oktober 1629. Namun serangan kedua inipun, gagal. Karena faktor kelemahan yang sama seperti pada serangan pertama, serta lumbung padi persediaan makanan banyak dihancurkan Belanda, sehingga semakin memperlemah kekuatan Mataram.
Pada tahun 1799 terjadi peristiwa penting dalam sejarah kolonialisme dan imperialisme Barat di Indonesia. VOC dinyatakan bangkrut, sehingga dibubarkan. Keberadaan VOC sebagai kongsi dagang yang menjalankan roda pemerintahan di negeri jajahan seperti di Indonesia, tidak dapat dilanjutkan lagi. Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC dinyatakan bubar. Semua utang piutang dan segala milik VOC, diambil alih oleh pemerintah. Setelah dibubarkannya VOC, Indonesia berada langsung di bawah pemerintah Hindia Belanda.

Aktivitas Individu
1.      Carilah buku, majalah, atau internet yang menceritakan tentang perlawanan rakyat terhadap VOC.
2.      Pilihlah salah satu kisah perlawanan tersebut.
3.      Bacalah dengan seksama latar belakang, proses, dan akhir perlawanan tersebut.
4.      Buatlah rangkuman tentang perlawanan tersebut dan tuliskan sepanjang 1-2 halaman dan tuliskan komentarmu terhadap perlawanan tersebut.
5.      Tukarkan hasil rangkumanmu dengan 2 temanmu.
6.      Catatlah pelajaran penting dari perlawanan tersebut.

b.      Perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda
Perhatikan gambar Masjid Agung Aceh di atas! Bagi masyarakat Aceh, Masjid Aceh tersebut merupakan masjid bersejarah yang terkait erat dengan semangat perjuangan masyarakat Aceh. Bukan sekadar tempat ibadah kebanggaan masyarakat, masjid tersebut merupakan simbol perjuangan rakyat Aceh menentang imperialisme Barat. Masjid tersebut menjadi salah satu benteng perjuangan rakyat melawan Belanda.
Perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda, terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Abad XIX merupakan puncak perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah menentang Pemerintah Hindia Belanda. Kegigihan perlawanan rakyat Indonesia, menyebabkan Belanda mengalami krisis keuangan untuk membiayai perang. Perlawanan di berbagai daerah tersebut, belum berhasil membuahkan kemerdekaan. Semua perlawanan, dipadamkan. Dan kerajaan-kerajaan di Indonesia, semakin mengalami keruntuhan. Bagaimana proses perlawanan rakyat Indonesia abad XIX? Kalian akan menelusuri sebagian perlawanan tersebut melalui uraian di bawah ini.
1)      Perang Saparua di Ambon
Kalian masih ingat kekuasaan Inggris yang menggantikan Belanda pada tahun 1811-1816? Peralihan kekuasaan tersebut menyadarkan rakyat bahwa Belanda bukanlah kekuatan yang paling hebat. Ketika Belanda kembali berkuasa di Indonesia tahun 1817, rakyat Ambon mengadakan perlawanan dibawah pimpinan Thomas Matulesi (Pattimura).
Pattimura memimpin perlawanan di Saparua dan berhasil merebut benteng Belanda serta membunuh Residen van den Berg. Dalam perlawanan tersebut, turut serta pula seorang pahlawan wanita, bernama: Christina Martha Tiahahu, yang merupakan putri tunggal dari Paulus Tiahahu, teman dari Kapitan Pattimura. Perlawanan Pattimura dapat dikalahkan setelah bantuan Belanda dari Batavia, datang. Pattimura bersama 3 pengikutnya, ditangkap dan dihukum gantung. Untuk memperdalam pemahamanmu tentang perjuangan Pattimura, carilah buku biografinya.
2)      Perang Paderi di Sumatera Barat (1821-1838)
Perhatikan gambar Benteng Fort de Kock. Benteng tersebut merupakan saksi betapa sengitnya perlawanan kaum Padri terhadap pemerintah Hindia Belanda. Dimanakah meletusnya Perang Padri? Bagaimana latar belakang dan proses Perang Padri?
Minangkabau Sumatera Barat, merupakan salah satu pusat gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Gerakan pemurnian ajaran Islam, dibawa oleh para haji yang pulang dari Mekah. Tokohnya, adalah: Haji Miskin; Haji Sunanik; dan Haji Piobang. Kelompok pembaharu Islam di Sumatera Barat ini, disebut sebagai: Kaum Padri. Mereka terpengaruh oleh para pembaharu Islam di Timur Tengah, dan menggelorakan semangat kembali pada kebangkitan Islam.
Ide pembaharuan Kaum Paderi, berbenturan dengan kelompok adat atau kaum penghulu. Belanda memanfaatkan perselisihan tersebut dengan mendukung kaum adat yang posisinya sudah terjepit.
Perlawanan kaum Padri dengan sasaran utamanya Belanda, meletus tahun 1821. Kaum Padri dipimpin Tuanku Imam Bonjol (M Syahab); Tuanku nan Cerdik; Tuanku Tambusai; dan Tuanku nan Alahan. Perlawanan kaum Padri berhasil membuat Belanda terpojok. Sementara itu Belanda menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro (1825-1830). Belanda sadar apabila pertempuran dilanjutkan, Belanda akan kalah. Belanda pun mengajak Kaum Padri berdamai, yang diwujudkan di Bonjol tanggal 15 November 1825. Selanjutnya Belanda berkonsentrasi ke Perang Diponegoro.
Belanda berhasil memadamkan perlawanan Diponegoro. Setelah itu, Belanda kembali melakukan penyerangan terhadap kedudukan Padri. Kaum adat yang semula bermusuhan dengan kaum Padri, akhirnya mendukung perjuangan Padri. Bantuan dari Aceh juga datang, untuk mendukung pejuang Padri. Belanda benar-benar menghadapi musuh yang tangguh.
Belanda menerapkan sistem pertahanan Benteng Stelsel. Benteng Fort de Kock di Bukit Tinggi dan Benteng Fort van der Cappelen, merupakan 2 benteng pertahanannya. Dengan siasat tersebut Belanda akhirnya menang, yang ditandai dengan jatuhnya benteng pertahanan terakhir Padri di Bonjol tahun 1837. Tuanku Imam Bonjol ditangkap kemudian diasingkan ke Priangan, kemudian ke Ambon, dan terakhir di Menado hingga wafat tahun 1864. Berakhirnya Perang Padri membuat kekuasaan Belanda di Minangkabau semakin besar. Keadaan ini kemudian mendukung usaha Belanda untuk menguasai wilayah Sumatera yang lain.
3)      Perang Diponegoro (1825-1830)
Pernahkah kalian melihat foto atau lukisan di atas? Lukisan tersebut merupakan karya pelukis legendaris Raden Saleh. Gambaran dalam lukisan tersebut menjelaskan bagaimana kegagalan perundingan Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang berakibat ditangkapnya Pangeran Diponegoro oleh Belanda. Hal ini membuktikan kelicikan Belanda dalam menghadapi bangsa Indonesia.
Perang Diponegoro merupakan salah satu perang besar yang dihadapi Belanda. Perlawanan Pangeran Diponegoro tidak lepas dari kegelisahan dan penderitaan rakyat akibat penindasan yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda. Campur tangan pemerintah Hindia Belanda dalam urusan Keraton Yogyakarta, merupakan salah satu penyebab kegelisahan rakyat. Pajak-pajak yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda dan kebijakan ekonomi lainnya, menjadi sumber penderitaan rakyat yang ikut juga melatarbelakangi Perang Diponegoro.
Salah satu bukti campur tangan politik Belanda adalah dalam urusan politik Kerajaan Yogyakarta, terjadi ketika pada tahun 1822 Hamengkubuwono IV wafat. Di dalam keraton muncul perselisihan tentang penggantinya. Saat itu putra mahkota baru berumur 3 tahun. Keadaan ini menjadi kesempatan bagi Belanda, untuk campur tangan dalam urusan kerajaan.
Beberapa tindakan Belanda yang dianggap melecehkan harga diri dan nilai-nilai budaya masyarakat, menjadi penyebab lain kebencian rakyat kepada Belanda.
Berbagai kegelisahan dan penderitaan yang berlangsung lama, dipicu oleh berbagai peristiwa yang membuat rakyat marah. Sebagai contoh: saat membangun jalan baru pada bulan Mei 1825, Belanda dan Patih Danurejo memasang patok-patok pada tanah leluhur Diponegoro. Terjadi perselisihan saat pengikut Diponegoro mencabuti patok-patok tersebut. Belanda segera mengutus serdadu untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Perang tidak dapat dihindarkan. Pada tanggal 20 Juli 1825, Tegalrejo yang menjadi basis pengikut Diponegoro direbut dan dibakar Belanda.
Diponegoro meninggalkan kota dan menyusun strategi perlawanan di luar Kota Yogyakarta. Perang Jawa dikumandangkan (1825-1830) untuk mengusir Belanda. Perlawanan tersebut menular sampai Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Belanda berusaha membujuk para pejuang dengan memulangkan Hamengkubuwono II dari pengasingannya di Ambon. Namun langkah ini gagal memadamkan perlawanan. Selanjutnya Belanda menerapkan siasat Benteng Stelsel. Dengan sistem ini, Belanda mampu memecah belah jumlah pasukan musuh. Belanda berhasil menangkap Kyai Maja dan Pangeran Mangkubumi. Belanda kemudian juga berhasil meyakinkan Panglima Sentot Prawiryodirjo untuk membuat perjanjian damai.

Wawasan
Mari Gali
Perang Diponegoro adalah sebuah perang yang besar. Sebanyak 8.000 serdadu Belanda dan 7.000 tentara sewaan Belanda, tewas. Lebih dari 200.000 penduduk Jawa Tengah dan Yogyakarta, meninggal. Betapa gigihnya bangsa Indonesia untuk menegakkan keadilan dan mempertahankan harga diri. Pengorbanan dan kegigihan yang perlu kalian teladani.

Pada bulan Maret 1830, Diponegoro bersedia mengadakan perundingan dengan Belanda di Magelang Jawa Tengah. Perundingan tersebut hanya sebagai jalan tipu muslihat, karena ternyata Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian ke Makassar hingga wafat tahun 1855. Setelah berakhirnya Perang Jawa (Diponegoro), tidak ada lagi perlawanan yang besar di Jawa.
4)      Perang Aceh
Perhatikan gambar Pohon Kohler di depan Masjid Baiturrahman Banda Aceh. Tahukah kalian mengapa pohon tersebut disebut: Pohon Kohler? Penamaan Pohon Kohler ada hubungannya dengan perjuangan rakyat Aceh dalam menentang kolonialisme Belanda. Bagaimana kisahnya? Uraian berikut ini akan membantumu menemukan jawabannya.
Traktat London tahun 1871 menyebut Belanda menyerahkan Sri Lanka kepada Inggris, dan Belanda mendapat hak atas Aceh. Berdasarkan traktat tersebut, Belanda mempunyai alasan untuk menyerang istana Aceh. Saat itu Aceh masih merupakan negara merdeka. Belanda juga membakar Masjid Baiturrahman yang menjadi benteng pertahanan Aceh 5 April 1873.
Semangat jihad (perang membela agama Islam) menggerakkan perlawanan rakyat Aceh. Jenderal Kohler terbunuh saat pertempuran di depan Masjid Baiturrahman Banda Aceh. Kohler meninggal dekat dengan pohon yang sekarang diberi nama Pohon Kohler. Siasat konsentrasi stelsel dengan sistem bertahan dalam benteng besar oleh Belanda, tidak berhasil. Belanda semakin terdesak, korban semakin besar dan keuangan terus terkuras.
Belanda sama sekali tidak mampu menghadapi secara fisik perlawanan rakyat Aceh. Menyadari hal tersebut, Belanda mengutus Dr Snouck Hurgronje yang memakai nama samaran Abdul Gafar. Sebagai seorang ahli bahasa; sejarah; dan sosial Islam, ia dimintai masukan atau rekomendasi tentang cara-cara mengalahkan rakyat Aceh. Setelah lama belajar di Arab, Snouck Hurgronje memberikan saran-saran kepada Belanda mengenai cara mengalahkan orang Aceh. Menurut Hurgronje, Aceh tidak mungkin dilawan dengan kekerasan sebab karakter orang Aceh tidak akan pernah menyerah. Jiwa jihad orang Aceh, sangat tinggi.
Taktik yang paling mujarab adalah dengan mengadudomba antara golongan Uleebalang (bangsawan) dan kaum ulama. Belanda menjanjikan kedudukan pada Uleebalang yang bersedia damai. Taktik ini berhasil, banyak Uleebalang yang tertarik pada tawaran Belanda. Belanda memberikan tawaran kedudukan kepada para Uleebalang apabila kaum ulama dapat dikalahkan. Sejak tahun 1898, kedudukan Aceh semakin terdesak.
Banyak tokohnya yang gugur. Teuku Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh pada 1899. Sultan Aceh Mohammad Daudsyah ditawan pada tahun 1903 dan diasingkan hingga meninggal di Batavia. Panglima Polem juga menyerah pada tahun 1903. Cut Nyak Dien, tokoh pemimpin perempuan, ditangkap tahun 1906 kemudian diasingkan ke Sumedang.
Pahlawan perempuan Cut Meutia, gugur pada tahun 1910. Perlawanan Aceh pun terus menyusut. Hingga tahun 1917, Belanda masih melakukan pengejaran terhadap sisa-sisa perlawanan Aceh. Belanda mengumumkan berakhirnya Perang Aceh pada tahun 1904. Namun demikian, perlawanan sporadis rakyat Aceh masih berlangsung hingga tahun 1930-an.

5)      Perlawanan Sisingamangaraja, Sumatera Utara
Perlawanan terhadap Belanda di Sumatera Utara, dilakukan oleh Sisingamangaraja XII. Perlawanan ini yang dinamakan juga Perang Batak, berlangsung selama 29 tahun. Pertempuran diawali dari Bahal Batu, yang menjadi pusat pertahanan Belanda tahun 1877.
Untuk menghadapi Perang Batak, Belanda menarik pasukan dari Aceh. Pasukan Sisingamangaraja dapat dikalahkan, setelah Kapten Christoffel berhasil mengepung benteng terakhir Sisingamangaraja di Pakpak. Kedua putra beliau: Patuan Nagari dan Patuan Anggi, ikut gugur. Sehingga seluruh Tapanuli dapat dikuasai Belanda.
6)      Perang Banjar
Perang Banjar berawal ketika Belanda campur tangan dalam urusan pergantian raja di Kerajaan Banjarmasin. Belanda memberi dukungan kepada Pangeran Tamjidillah yang tidak disukai rakyat.
Perlawanan dilakukan oleh Prabu Anom dan Pangeran Hidayat. Pada tahun 1859, Pangeran Antasari memimpin perlawanan setelah Prabu Anom ditangkap Belanda. Pasukan Pangeran Antasari dapat didesak. Pada tahun 1862, Pangeran Hidayat menyerah, dan berakhirlah perlawanan Banjar di Pulau Kalimantan. Perlawanan benar-benar dapat dipadamkan pada tahun 1905.
7)      Perang Jagaraga di Bali
Perang Jagaraga berawal ketika Belanda dan kerajaan di Bali bersengketa tentang hak tawan karang. Hak tawan karang, menyatakan bahwa: setiap kapal yang kandas di perairan Bali, menjadi hak penguasa di daerah tersebut. Pemerintah Belanda memprotes Raja Buleleng yang menyita 2 kapal milik Belanda. Raja Buleleng tidak menerima tuntutan Belanda untuk mengembalikan kedua kapalnya. Persengketaan ini menyebabkan Belanda melakukan serangan terhadap Kerajaan Buleleng pada tahun 1846. Belanda berhasil menguasai Kerajaan Buleleng, sementara Raja Buleleng menyingkir ke Jagaraga dibantu oleh Kerajaan Karangasem.
Setelah berhasil merebut Benteng Jagaraga, Belanda melanjutkan ekspedisi militer tahun 1849. Dua kerajaan Bali, yaitu: Gianyar dan Klungkung, menjadi sasaran Belanda pada tahun 1906. Seluruh kerajaan di Bali pun jatuh ke pihak Belanda setelah rakyat melakukan perang habis-habisan sampai mati, yang dikenal dengan: Perang Puputan Jagaraga.

Wawasan
Puputan Margarana
Untuk melawan musuh, rakyat Bali tidak segan-segan melakukan perang puputan. Pada tahun 1946, perang puputan terjadi lagi saat pasukan I Gusti Ngurah Rai melawan Belanda. Pada 20 November 1946 sejak pagi-pagi buta, tentara Belanda mulai mengadakan pengurungan terhadap Desa Margarana. Dalam pertempuran sengit itu, semua anggota pasukan Ngurah Rai bertekad tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan. Di sinilah pasukan Ngurah Rai mengadakan “Puputan” atau perang habis-habisan di Desa Margarana sehingga semua pasukan yang berjumlah 96 orang gugur, termasuk Ngurah Rai sendiri. Sebaliknya di pihak Belanda, ada lebih kurang 400 orang yang tewas.

Aktivitas Individu
1.      Kunjungilah perpustakaan sekolah, kemudian carilah buku tentang perlawanan atau perang yang terjadi di berbagai daerah Indonesia.
2.      Bacalah buku tersebut dengan seksama. Cermati setiap tokoh yang berperan dalam peristiwa tersebut.
3.      Tuliskan laporan singkat dengan format di bawah ini.
4.      Tukarkan hasil pencarian datamu dengan 2 temanmu di kelas.
Nama Perlawanan:
No
Nama Tokoh
Peran dalam Peristiwa
Nilai Keteladanan




















5.      Bacalah hasil pengamatan temanmu, dan catatlah hal-hal yang belum kalian peroleh.

B.     Tumbuh dan Berkembangnya Semangat Kebangsaan
Perhatikan teks Sumpah Pemuda di atas! Apakah kalian telah menghafal teks tersebut? Siapa yang menyusun teks tersebut? Untuk apa teks tersebut dibuat? Apakah makna teks tersebut bagi sejarah bangsa Indonesia? Teks tersebut diikrarkan para pemuda dari berbagai daerah pada tanggal 28 Oktober 1928. Ikrar tersebut merupakan tekad untuk memulai jalan baru mengusir penjajah, melalui perjuangan pergerakan nasional. Mengapa para pemuda menggelorakan pergerakan nasional? Uraian berikut ini akan membantu kalian, menelusuri sejarah pergerakan nasional Indonesia.

Aktivitas Kelompok
Kalian telah mempelajari perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah dalam menentang kolonialisme dan imperialisme.
1.      Bentuklah kelompok dengan anggota 4-5 orang.
2.      Diskusikan faktor-faktor penyebab kegagalan perlawanan mengusir penjajah di berbagai daerah tersebut.
3.      Tuliskan hasil diskusimu dalam format berikut ini.
No
Penyebab Kegagalan
Penjelasan















4.      Presentasikan hasil diskusimu di depan kelas.

Bangsa Indonesia sadar, berbagai penyebab kegagalan perjuangan kemerdekaan pada masa lalu. Salah satu penyebab kegagalan, adalah: perlawanan yang bersifat kedaerahan. Kalian ingat lagi beberapa perjuangan bangsa Indonesia di berbagai daerah. Bagaimana seandainya para tokoh, seperti: Imam Bonjol; Pangeran Diponegoro; Pattimura; Sultan Hasanuddin; dan para tokoh lainnya bersatu mengusir penjajah? Tentu, Belanda akan mudah ditaklukkan.
Pada awal abad XX, corak perjuangan bangsa Indonesia berubah dari yang bersifat kedaerahan menuju perjuangan yang bersifat nasional. Bangsa Indonesia telah menemukan identitas kebangsaan sebagai pengikat perjuangan bersama. Paham kebangsaan atau nasionalisme, telah tumbuh dan menjelma menjadi sarana perjuangan yang sangat kuat.

1.      Latar Belakang Munculnya Nasionalisme Indonesia
Faktor apa saja yang melatarbelakangi terjadinya pergerakan nasional di Indonesia? Dari mana saja faktor-faktor tersebut muncul? Ditinjau dari asal pengaruhnya, pergerakan nasional dilatarbelakangi berbagai kejadian di dalam negeri Indonesia dan berbagai kejadian di luar negeri. Berbagai kejadian di dalam negeri atau sering disebut faktor internal yang melatarbelakangi pergerakan nasional, misalnya: perluasan pendidikan; kegagalan perjuangan di berbagai daerah; rasa senasib sepenanggungan; dan perkembangan berbagai organisasi etnik kedaerahan. Adapaun berbagai hal dari luar Indonesia (faktor eksternal) yang melatarbelakangi terjadinya pergerakan nasional, antara lain: munculnya paham-paham baru di dunia (seperti: Pan Islamisme, nasionalisme, sosialisme, liberalisme, dan demokrasi); peristiwa kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang 1905; serta perkembangan berbagai organisasi pergerakan nasional di berbagai negara. Uraian berikut akan menjelaskan hal-hal yang telah disebutkan di atas.

a.       Perluasan Pendidikan
Pemerintah Hindia Belanda menerapkan kebijakan Politik Etis pada tahun 1901, yaitu dalam bidang: irigasi/pengairan; emigrasi/transmigrasi; edukasi/pendidikan. Tiga kebijakan tersebut sebenarnya bertujuan memperbaiki kondisi masyarakat yang semakin terpuruk. Namun pelaksanaan Politik Etis, tetap lebih berpihak kepada penjajah. Dalam pelaksanaannya banyak penyelewengan dalam Politik Etis, seperti:
1)      Irigasi hanya untuk kepentingan perkebunan Belanda.
2)      Emigrasi/transmigrasi hanya untuk mengirim orang-orang Jawa ke luar Jawa, guna dijadikan buruh perkebunan dengan upah murah.
3)      Pendidikan hanya sampai tingkat rendah, yang bertujuan memenuhi pegawai rendahan. Pendidikan tinggi hanya untuk orang Belanda dan sebagian anak pejabat.
Segi positif yang paling dirasakan bangsa Indonesia, adalah pendidikan. Semakin banyak orang Indonesia berpendidikan modern, yang kemudian mempelopori gerakan: pendidikan; sosial; dan politik. Pengaruh pendidikan inilah yang melahirkan para tokoh pemimpin pergerakan nasional Indonesia.
Pendidikan adalah investasi peradaban. Melalui pendidikan, akan tertanamkan pengetahuan dan kesadaran nasionalisme bangsa Indonesia. Secara bertahap mulai masuk abad XX, kesempatan memperoleh pendidikan bagi rakyat Indonesia semakin besar. Hal ini dipengaruhi kebijakan baru pemerintah Hindia Belanda, melalui Politik Etis (Politik Balas Budi).
Politik kolonial liberal yang memeras rakyat Indonesia, menimbulkan keprihatinan sebagian masyarakat Belanda. C Theodore van Deventer menuangkan kritiknya dalam sebuah majalah de Gids berjudul Een Eereschuld atau Debt of Honour (Hutang Budi/ Hutang Kehormatan) yang terbit pada tahun 1899. Van Deventer mengusulkan agar Belanda melakukan balas budi untuk bangsa Indonesia. Balas budi yang diusulkan, adalah dengan melakukan: educatie; emigratie; dan irrigatie (edukasi/pendidikan; emigrasi/ perpindahan penduduk; dan irigasi/pengairan). Kebijakan Politik Etis memungkinkan berdirinya sekolah-sekolah di berbagai daerah di Indonesia.
Mulai abad XX perkembangan pendidikan yang diselenggarakan swasta juga semakin banyak. Perkembangan pendidikan bukan hanya diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi juga oleh berbagai organisasi sosial dan keagamaan. Misionaris (agama Katolik) dan Zending (agama Kristen Protestan), mendirikan berbagai sekolah di pusat-pusat penyebaran agama Kristen. Di beberapa kota, berkembang pendidikan berdasarkan keagamaan, seperti: Muhammadiyah; Persatuan Islam; Nahdlatul Ulama; dan sebagainya. Sekolah kebangsaan juga tumbuh, seperti: Taman Siswa dan sekolah-sekolah yang didirikan organisasi pergerakan.
Pendidikan sangat besar peranannya dalam menumbuhkembangkan nasionalisme. Pendidikan menyebabkan terjadinya transformasi ide dan pemikiran yang mendorong semangat pembaharuan masyarakat. Pada masa sekarang, kalian harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pendidikan.

b.      Kegagalan Perjuangan di Berbagai Daerah
Bangsa Indonesia menyadari, berbagai penyebab kegagalan perjuangan kemerdekaan pada masa lalu. Salah satu penyebab kegagalan perjuangan tersebut, adalah: perlawanan yang bersifat kedaerahan. Kalian tentu ingat beberapa perjuangan bangsa Indonesia di berbagai daerah. Bagaimana seandainya para tokoh, seperti: Imam Bonjol; Pangeran Diponegoro; Pattimura; Sultan Hasanuddin; dan para tokoh lainnya bersatu mengusir penjajah? Tentu, Belanda akan mudah ditaklukkan.
Memasuki abad XX corak perjuangan bangsa Indonesia berubah. Dari bersifat kedaerahan, menuju perjuangan yang bersifat nasional. Bangsa Indonesia menemukan identitas kebangsaan sebagai perekat perjuangan bersama. Paham kebangsaan atau nasionalisme, telah tumbuh dan menjelma menjadi sarana perjuangan yang sangat kuat. Corak perjuangan nasional bangsa Indonesia, ditandai dengan momentum penting, yaitu: diikrarkannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

c.       Rasa Senasib Sepenanggungan
Perluasan kekuasaan Barat di Indonesia telah memengaruhi perubahan politik; ekonomi; dan sosial bangsa Indonesia. Tekanan pemerintah Hindia Belanda pada bangsa Indonesia, telah memunculkan perasaan kebersamaan rakyat Indonesia sebagai bangsa terjajah. Hal inilah yang mendorong tekad bersama untuk menghimpun kebersamaan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia.

d.      Perkembangan Organisasi Etnis, Kedaerahan, dan Keagamaan
Organisasi pergerakan nasional, tidak muncul begitu saja. Awalnya, organisasi yang berdiri di Indonesia adalah organisasi etnis; kedaerahan; dan keagamaan. Berbagai organisasi tersebut sering melakukan pertemuan hingga akhirnya muncul ide untuk mengikatkan diri dalam organisasi yang bersifat nasional. Bagaimana prosesnya?
Organisasi etnis banyak didirikan para pelajar perantau di kota-kota besar. Mereka membentuk perkumpulan berdasarkan latar belakang etnis. Beberapa contohnya, antara lain: Serikat Pasundan serta Perkumpulan Kaum Betawi yang dipelopori oleh M Husni Thamrin. Selain organisasi etnis, muncul juga beberapa organisasi kedaerahan, seperti: Trikoro Dharmo (1915); Jong Java (1915); dan Jong Sumatranen Bond (1917).
Berbagai organisasi bernapaskan keagamaan pada awal abad XX, sangat memengaruhi perkembangan kebangsaan Indonesia. Antara lain: Jong Islamieten Bond; Muda Kristen Jawi (MKJ); Muhammadiyah; Nahdlatul Ulama (NU); PERSIS (Persatuan Umat Islam); dan Al Jamiatul Washiyah.
Jong Islamieten Bond (JIB) didirikan tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta dengan ketua Raden Sam. Selain sebagai pusat dakwah Islam, JIB juga mengorganisir kegiatan: seni; budaya; sosial; dan penerbitan. MKJ dibentuk tahun 1920, yang kemudian berubah namanya menjadi: Perkumpulan Pemuda Kristen (PPK).
Muhammadiyah didirikan KH Ahmad Dahlan tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Tujuannya: mengembangkan dakwah Islam; mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah (Hadits); membersihkan praktik keagamaan dari syirik dan bid’ah; serta mengembangkan pendidikan agama dan umum secara modern. NU didirikan oleh para kiai pada tanggal 31 Januari 1926 di Jawa Timur dengan pimpinan pertama KH M Hasyim Asy’ari. NU cepat berkembang terutama di Jawa, karena basis pesantren yang sangat banyak di Jawa.
Kaum wanita juga aktif berperan dalam berbagai organisasi, baik organisasi sosial maupun politik. Beberapa tokoh pejuang wanita zaman dulu, adalah: RA Kartini; Dewi Sartika; dan Maria Walanda Maramis. Kartini adalah putri Bupati Jepara Jawa Tengah yang memperjuangkan emansipasi (persamaan derajat) antara laki-laki dan perempuan. Beliau mendirikan sekolah khusus untuk perempuan.

Wawasan
Perjuangan Tokoh Perempuan
Dewi Sartika mendirikan sekolah di Bandung, Jawa Barat. Maria Walanda Maramis mendirikan sekolah di Gorontalo, Sulawesi. Dalam masa pergerakan nasional, kaum perempuan aktif mendukung usaha persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1912, berdirilah Putri Mahardika di Jakarta. Aktivitasnya: dalam pendidikan dan penerbitan pers. Pada tahun 1914, Rohana Kudus mendirikan Kerajinan Amai Setia di Gadang Bukittinggi Sumatera Barat. Rohana aktif dalam usaha mendirikan sekolah-sekolah untuk perempuan.
Organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta pada tahun 1917 membentuk Aisyiah, yang merupakan organisasi wanita Muhammadiyah yang pertama, dipimpin Siti Wardah, istri pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan. Kegiatan Aisyiah, terutama dalam bidang: dakwah; pendidikan; kesehatan; dan budaya.
Organisasi-organisasi kaum perempuan juga mempunyai semangat perjuangan kebangsaan. Pada tanggal 22-25 Desember 1928, diadakan Kongres Perempuan di Yogyakarta. Kongres diikuti 7 organisasi perempuan. Mereka merespon Sumpah Pemuda yang telah diikrarkan pada 28 Oktober 1928. Kongres dipimpin RA Sukanto, dan berhasil membentuk Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI).

e.       Berkembangnya Berbagai Paham Baru
Paham-paham baru, seperti: Pan Islamisme; nasionalisme; liberalisme; sosialisme; dan demokrasi, menjadi salah satu pendorong pergerakan nasional Indonesia. Paham-paham tersebut mengajarkan bagaimana langkah-langkah memperbaiki kondisi kehidupan bangsa Indonesia. Berbagai paham tersebut memengaruhi berbagai organisasi pergerakan nasional Indonesia.

f.       Berbagai Peristiwa dan Pengaruh dari Luar Negeri
Berbagai peristiwa di luar negeri yang turut menjadi pendorong pergerakan kebangsaan Indonesia, adalah sebagi berikut.
1)      Kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905
Pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan Jepang melawan Rusia. Rusia adalah bangsa Eropa, sedangkan Jepang adalah bangsa Asia. Tentara Jepang berhasil mengalahkan Rusia, dan menjadi inspirasi negara-negara lain bahwa orang Asia bisa mengalahkan bangsa Barat. Bangsa-bangsa Asia pun semakin yakin, mampu melawan penjajah.
2)      Berkembangnya Nasionalisme di berbagai Negara
Pada abad XX, Negara-negara terjajah di Asia dan Afrika menunjukkan perjuangan pergerakan kebangsaan. Di India, wilayah jajahan Inggris, muncul pergerakan dengan tokoh-tokohnya: Mahatma Gandhi dan Muhammad Ali Jinnah. Di Filipina, Jose Rizal memimpin perlawanan terhadap penjajah Spanyol. Di Tiongkok, muncul dr Sun Yat Sen yang terkenal dengan gerakan pembaharuannya.

Untuk memperluas wawasanmu tentang perkembangan berbagai organisasi pada masa pergerakan nasional, kalian dapat melakukan aktivitas kelompok berikut ini.

Aktivitas Kelompok
1.      Bentuklah kelompok dengan anggota 4-5 orang.
2.      Berkunjunglah ke perpustakaan, kemudian carilah buku tentang perkembangan berbagai organisasi etnis kedaerahan dan keagamaan pada masa perkembangan pergerakan nasional.
3.      Diskusikan bagaimana perkembangan organisasi tersebut pada masa pergerakan nasional.
4.      Tuliskan rangkuman hasil diskusimu, lalu presentasikan di depan kelas.
Nama Organisasi
Sejarah Kelahiran
Tujuan
Bentuk Perjuangan
Jong Java



Trikoro Dharmo



Jong Islamieten Bond



Perkumpulan Pemuda Kristen (PPK)



Muhammadiyah



Nahdlatul Ulama















5.      Setelah kalian mendiskusikan hasil rangkumanmu di depan kelas, buatlah catatan berdasarkan informasi dari kelompok lain.

Setelah melakukan aktivitas kelompok tersebut, tentu kalian menemukan banyak organisasi lain yang berkembang pada masa pergerakan nasional. Setiap organisasi memiliki bidang perjuangan yang khas, seperti bidang: ekonomi; politik; sosial; maupun keagamaan. Setelah kalian memahami berbagai organisasi perintis pergerakan nasional, berikutnya kalian akan mempelajari bagaimana lahirnya organisasi pergerakan nasional Indonesia.

2.      Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia
Gambar di atas adalah gambar Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta. Gedung tersebut merupakan bekas STOVIA yang sangat penting artinya bagi kebangkitan nasional Indonesia. Kebangkitan nasional yaitu masa lahirnya kesadaran bangsa Indonesia untuk berjuang bersama-sama dalam mengusir penjajahan. Tentu kalian masih ingat, mengapa tanggal 20 Mei selalu diperingati sebagai: Hari Kebangkitan Nasional. Tanggal 20 Mei 1908 merupakan hari lahir Boedi Oetomo (Budi Utomo), organisasi modern pertama di Indonesia yang menjadi tonggak pergerakan nasional Indonesia. Bagaimana sejarah lahirnya Budi Utomo dan berbagai organisasi lainnya? Kalian akan menelusurinya melalui uraian di bawah ini.
a.       Budi Utomo (BU)
Pada awal abad XX, sudah banyak mahasiswa di kota-kota besar terutama di Pulau Jawa. Sekolah kedokteran bernama STOVIA (School tot Opleideing van Inlandsche Artsen) terdapat di Batavia (Jakarta). Para tokoh mahasiswa kedokteran sepakat untuk memperjuangkan nasib rakyat Indonesia dengan memajukan pendidikan rakyat. Pada tanggal 20 Mei 1908, mereka sepakat mendirikan sebuah organisasi bernama: Budi Utomo (BU) dan memilih dr Sutomo sebagai ketua. Tokoh lain pendiri BU, adalah: Gunawan; Cipto Mangunkusumo; dan RT Ario Tirtokusumo.
b.      Sarekat Islam (SI)
Gambar di atas menunjukkan suasana Pasar Klewer di Solo atau Surakarta, Jawa Tengah. Pada masa penjajahan, pasar tersebut telah ramai oleh para pedagang: Indonesia; Arab; dan Tiongkok. Akibat persaingan tidak sehat antara pedagang pribumi dan pedagang Tiongkok, pada tahun 1911 didirikan Serikat Dagang Islam (SDI) oleh KH Samanhudi dan RM Tirtoadisuryo di Solo. Tujuan utama pada awalnya adalah: melindungi kepentingan pedagang pribumi dari ancaman pedagang Tiongkok. Saat itu para pedagang Tiongkok menguasai perdagangan di pasar, menggeser pedagang lokal yang kurang pendidikan dan pengalaman.
Dalam kongres di Surabaya tanggal 30 September 1912, SDI berubah menjadi Sarekat Islam (SI). Perubahan nama dimaksudkan agar kegiatan organisasi lebih terbuka ke bidang-bidang lain, tidak hanya perdagangan. Pada tahun 1913, SI dipimpin oleh Haji Oemar Said Cokroaminoto. Pada tahun 1915, jumlah anggota SI mencapai 800.000.
Pada tahun 1923, SI berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI) yang bersifat non-kooperatif terhadap Belanda. tahun 1927, PSI menetapkan tujuan pergerakan, yaitu: Indonesia Merdeka Berasaskan Islam.
c.       Indische Partij (IP)
IP adalah partai politik pertama di Indonesia. Gambar di atas merupakan pendiri IP yang terkenal dengan sebutan: Tiga Serangkai, yakni: EFE Douwes Dekker (Danudirjo Setiabudi); RM Suwardi Suryaningrat; dan dr Cipto Mangunkusumo. IP dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912 dengan tujuan: mengembangkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun terbuka bagi semua golongan, tanpa memandang: suku; agama; dan ras.

Wawasan
Pada tahun 1913, Belanda menyiapkan perayaan 100 tahun pembebasan Belanda dari kekuasaan Prancis. Belanda meminta rakyat Indonesia untuk turut memperingati hari tersebut. Para tokoh IP menentang rencana tersebut. Suwardi Suryaningrat menulis artikel yang dimuat dalam harian De Expres, dengan judul: Als Ik een Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda). Suwardi mengecam Belanda, dengan menyatakan tidak masuk akal bangsa terjajah (Indonesia) disuruh merayakan kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda marah dengan sikap para tokoh IP. Akhirnya, Douwes Dekker; Tjipto Mangunkusumo; dan Suwardi Suryaningrat, ditangkap dan dibuang ke Belanda.

d.      Perhimpunan Indonesia (PI)
Semula bernama: Indische Vereeniging (IV) didirikan oleh orang-orang Indonesia di Belanda pada tahun 1908. Pada tahun 1922 IV berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging, dengan kegiatan utama politik. Pada tahun 1925 berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Nama majalahnya: Hindia Putra, yang kemudian berubah menjadi: Indonesia Merdeka.
Tujuan utama PI, adalah: mencapai Indonesia Merdeka; memperoleh suatu pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab kepada seluruh rakyat. Tokoh-tokoh PI, adalah: Mohammad Hatta; Ali Sastroamijoyo; Abdulmajid Joyoadiningrat; Iwa Kusumasumantri; Sastro Mulyono; Sartono; Gunawan Mangunkusumo; dan Nazir Datuk Pamuncak.
Pada tahun 1925, PI secara tegas mengeluarkan manifesto arah perjuangan, yaitu:
a.       Indonesia bersatu, menyingkirkan perbedaan, dapat mematahkan kekuasaan penjajah.
b.      Diperlukan aksi masa yang percaya pada kekuatan sendiri untuk mencapai Indonesia Merdeka.
c.       Melibatkan seluruh lapisan masyarakat, merupakan syarat mutlak untuk perjuangan kemerdekaan.
d.      Anasir yang berkuasa dan esensial dalam tiap-tiap masalah politik.
e.       Penjajah telah merusak dan demoralisasi jiwa dan fisik bangsa, sehingga normalisasi jiwa dan materi perlu dilakukan secara sungguh-sungguh.
Manifesto 1925 sangat menggugah kesadaran bangsa Indonesia, serta sangat memengaruhi pola pergerakan nasional bangsa Indonesia. Gagasan Manifesto 1925 terealisasi saat Sumpah Pemuda diikrarkan pada 28 Oktober 1928.
Kongres Pemuda I dilaksanakan tanggal 30 April-2 Mei 1926 di Jakarta, dihadiri berbagai organisasi pemuda. Kongres ini berhasil membentuk jaringan yang lebih kokoh untuk mempersatukan diri, yang kemudian dilanjutkan dalam Kongres Pemuda II tahun 1928.
Panitia Kongres Pemuda II dibentuk tanggal 12 Agustus 1928, dengan ketuanya: Sugondo Joyopuspito. Susunan panitia, mewakili wilyah di seluruh Indonesia. Beberapa tokoh panitia kongres, adalah: Sugondo (PPPI); Joko Marsaid (Jong Java); M Yamin (Jong Sumatranen Bond); Amir Syarifuddin (Jong Bataks Bond); Senduk (Jong Celebes); J Leimena (Jong Ambon); Johan Muh Cai (Jong Islamieten Bond); dan tokoh-tokoh lainnya.
Kongres Pemuda II diselenggarakan 27-28 Oktober 1928, dihadiri oleh perwakilan organisasi-organisasi pemuda dari seluruh Indonesia. Pada tanggal 28 Oktober 1928 dibacakanlah keputusan hasil Kongres Pemuda II, yang berupa ikrar pemuda, yang terkenal dengan nama: Sumpah Pemuda.

Sumpah Pemuda
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah jang satu, tanah Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa jang satu, bangsa Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Beberapa keputusan penting Kongres Pemuda II 27-28 Oktober 1928:
·         Ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
·         Menetapkan lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman sebagai lagu kebangsaan Indonesia.
·         Menetapkan bendera Merah Putih sebagai lambang negara Indonesia.
Realisasi hasil kongres adalah didirikannya Indonesia Muda (IM) tahun 1930. IM berasaskan kebangsaan dan bertujuan Indonesia Raya. Pemerintah Belanda sangat menekan rapat-rapat yang diselenggarakan para tokoh pemuda. Lagu Indonesia Raya dilarang, dan penyebutan Indonesia Merdeka tidak diperbolehkan. Pada Kongres Pemuda III di Yogyakarta tahun 1938, tujuan kemerdekaan nusa dan bangsa diganti dengan: menjunjung tinggi martabat nusa dan bangsa.

e.       Partai Nasional Indonesia (PNI)
PNI didirikan tanggal 4 Juli 1927 di Bandung, dipimpin: Ir Soekarno. Tujuan PNI adalah Indonesia Merdeka, dengan ideologi nasionalisme. Keikutsertaan Hatta dalam kegiatan politik Soekarno, semakin membuat PNI sangat kuat. Kegiatan politik PNI dianggap mengancam pemerintah Belanda, sehingga para tokoh PNI ditangkap dan diadili tahun 1929. Soekarno; Maskoen; Gatot Mangkupraja; dan Supriadinata, diadili Belanda. Pembelaan Soekarno di hadapan pengadilan, diberi judul: Indonesia Menggugat. Sukarno dan kawan-kawan dihukum penjara.
Tahun 1931, PNI dibubarkan. Selanjutnya, Sartono membentuk Partindo. Adapun Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir, mendirikan organisasi Pendidikan Nasional Indonesia. Para tokoh partai tersebut kemudian ditangkap Belanda dan diasingkan ke Boven Digul Papua.

Renungkan
Karena membela rakyat Indonesia, banyak tokoh dihukum dan dibuang pemerintah colonial Belanda, seperti: Sukarno; Hatta; Ki Hajar Dewantara; dan sebagainya. Mereka tidak gentar dengan hukuman yang dijatuhkan tersebut. Keberanian mereka pantas ditiru pemuda masa kini. Untuk membela kebenaran dan keadilan, kalian tidak perlu takut dengan berbagai hambatan dan tantangan.

Selain 5 organisasi di atas, kalian dapat menemukan berbagai organisasi pada masa pergerakan nasional. Sebagai contoh: pada tahun 1935 berdiri Parindra (Partai Indonesia Raya) dengan bbeberapa tokoh, seperti: M Husni Thamrin; R Sukardjo; R Panji Suroso; dan Mr Susanto. Gerindo (Gerakan Indonesia) didirikan di Jakarta pada bulan April 1937 yang pemimpinnya adalah mantan pimpinan Partindo yang dibubarkan tahun 1937, seperti: Amir Syarifuddin; Mr M Yamin; Mr Sartono; dan Dr AK Gani.
Golongan nasionalis mencoba menggunakan Volksraad sebagai media perjuangan nasional. Dengan tujuan memperkuat wakil-wakil bangsa Indonesia, tahun 1930 Husni Thamrin membentuk Fraksi Nasional. Pada tahun 1936 seorang anggota Volksraad, Sutarjo, mengajukan petisi menuntut Kemerdekaan Indonesia dalam masa 10 tahun. Petisi ini kemudian dikenal dengan nama: Petisi Sutarjo. Petisi tersebut ditolak Belanda dengan alasan bahwa bangsa Indonesia belum siap untuk merdeka.

Wawasan
Pada masa pergerakan nasional juga berkembang organisasi yang sangat berpengaruh, yaitu: Partai Komunis Indonesia (PKI). Cikal bakal PKI adalah Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang didirikan oleh Henk Sneevelt (orang Belanda) pada tahun 1914 di Semarang. PKI didirikan tanggal 23 Mei 1920 diketuai oleh Semaun. PKI melakukan perlawanan pertama dengan menggunakan kekuatan senjata tahun 1926. Perlawanannya kurang terkonsolidasi, sehingga justru menyebabkan tokoh-tokohnya ditangkap dan diasingkan ke luar negeri. Perlawanan ini juga merugikan pergerakan nasional lainnya. Akibat perlawanan tersebut, Belanda semakin menekan aktivitas pergerakan kebangsaan.

Para pejuang pergerakan nasional kecewa, dan tidak terlalu berharap kepada Volksraad. Pada tahun 1939, dibentuk federasi/gabungan dari beberapa organisasi politik, yang disebut: Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Semboyan GAPI yang terkenal, adalah: Indonesia Berparlemen.

Renungkan
Para penggerak organisasi modern pada masa pergerakan nasional, umumnya adalah para pemuda pelajar atau terdidik. Hal ini menunjukkan bahwa pemuda merupakan tulang punggung pergerakan nasional. Kalian adalah bagian dari para pemuda pada masa sekarang. Gunakan hidupmu untuk membangun bangsa ini, salah satunya dengan aktif diberbagai organisasi. Aktif di organisasi pramuka; kerohanian remaja; dan karang taruna, merupakan contoh pengamalan semangat berorganisasi para pemuda pada masa pergerakan nasional.

3.      Pergerakan Nasional pada Masa Pendudukan Jepang
Amatilah gambar kerja paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia di atas. Kerja paksa pada masa kependudukan Jepang, dikenal dengan istilah: romusha. Romusha merupakan salah satu bukti penderitaan rakyat Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Kapan Jepang mulai menguasai Indonesia? Bagaimana Jepang menguasai Indonesia? Bagaimana kondisi bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang?
a.       Proses Penguasaan Indonesia
Awal mula tujuan Jepang menguasai Indonesia ialah untuk kepentingan ekonomi dan politik. Jepang merupakan negara industri yang sangat maju dan sangat besar. Jepang sangat menginginkan bahan baku industri yang tersedia banyak di Indonesia untuk kepentingan ekonominya. Untuk mengamankan jalur pelayaran bagi bahan-bahan mentah dan bahan baku dari ancaman Sekutu serta memuluskan ambisinya menguasai wilayah-wilayah baru, Jepang menggalang kekuatan pasukannya serta mencari dukungan dari bangsa-bangsa Asia.

Pengamatan
Perhatikan gambar peta di atas! Peta tersebut menggambarkan gerakan tentara Jepang ketika masuk ke Indonesia. Terdapat 3 tempat penting pendaratan Jepang ketika masuk ke Indonesia, yakni: Tarakan (Kalimantan); Palembang (Sumatera); dan Jakarta (Jawa). Berdasarkan 3 lokasi tersebut, lokasi manakah yang paling dekat dengan tempat tinggal kalian? Dapatkah kalian temukan alasan mengapa Jepang memilih menduduki tempat tersebut? Tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang strategis untuk menguasai Indonesia. Selain itu, 3 lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan politik dan ekonomi pada masa kependudukan Belanda.

Pada tanggal 8 Desember 1941, Jepang melakukan penyerangan terhadap pangkalan militer AS di Pearl Harbour. Pada tanggal 11 Januari 1942, Jepang mendaratkan pasukannya di Tarakan Kalimantan Timur. Menduduki kota minyak Balikpapan pada tanggal 24 Januari, selanjutnya Jepang menduduki kota-kota lainnya di Kalimantan.
Jepang menguasai Palembang pada tanggal 16 Februari 1942, kemudian menyerang Pulau Jawa. Pulau Jawa merupakan pusat pemerintahan Belanda, tetapi berhasil dikuasai Jepang pada tanggal 1 Maret 1942. Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang Jawa Barat. Surat perjanjian ditandatangani oleh Letnan Jenderal Ter Poorten (Panglima Angkatan Perang Belanda) dan diserahkan kepada Letnan Jenderal Imamura (Pimpinan Pasukan Jepang). Sejak saat itu, seluruh Indonesia berada di bawah kekuasaan Jepang.

b.      Kebijakan Pemerintah Militer Jepang
Pada saat kependudukannya di Indonesia, Jepang melakukan pembagian 3 daerah pemerintahan militer di Indonesia, yakni:
1)      Pemerintahan Angkatan Darat (Tentara XXV) untuk Sumatera, dengan pusat di Bukittinggi.
2)      Pemerintahan Angkatan Darat (Tentara XVI) untuk Jawa dan Madura, dengan pusat di Jakarta.
3)      Pemerintahan Angkatan Laut (Armada Selatan II) untuk daerah Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku, dengan pusat di Makassar.
Jepang menggunakan sistem pemerintahan berdikari dalam menjalankan pemerintahan di daerah kependudukannya. Berdikari, berarti: berdiri sendiri. Maksudnya, pemerintah pusat tidak banyak berperan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pasukan di daerah kependudukannya. Dengan demikian, pemerintahan militer Jepang di Indonesia lebih leluasa untuk menerapkan sistem penjajahan.
Jepang melakukan propaganda dengan semboyan “Tiga A” (Jepang Pemimpin Asia; Jepang Pelindung Asia; Jepang Cahaya Asia) untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Selain itu Jepang menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia dalam melakukan ibadah; mengibarkan bendera merah putih yang berdampingan dengan bendera Jepang; menggunakan bahasa Indonesia; dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya bersama lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”.
Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh Jepang, hanyalah janji manis saja. Sebagai penjajah, Jepang justru lebih kejam. Program yang paling mendesak bagi Jepang adalah: mengerahkan seluruh sumber daya yang ada di Indonesia untuk tujuan perang. Beberapa kebijakan tersebut, antara lain sebagai berikut.
1)      Membentuk Organisasi-organisasi Sosial
Organisasi-organisasi sosial yang dibentuk oleh Jepang, diantaranya: Gerakan 3A; Pusat Tenaga Rakyat; Jawa Hokokai; dan Masyumi. Gerakan 3A dipimpin oleh Mr Syamsudin, dengan tujuan: meraih simpati penduduk dan tokoh sekitar. Gerakan ini kurang berhasil, sehingga Jepang membentuk Pusat Tenaga rakyat (Putera). Putera didirikan tanggal 1 Maret 1943 dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu: Soekarno; Mohammad Hatta; KH Mas Mansyur; dan Ki Hajar Dewantara. Pada akhirnya, Putera dibubarkan oleh Jepang. Pada tahun 1944, dibentuk Jawa Hokokai (Gerakan Kebaktian Jawa) di bawah pengawasan para pejabat Jepang. Tujuan pokoknya, adalah: menggalang dukungan untuk rela berkorban demi pemerintah Jepang.
Islam adalah agama yang dianut mayoritas penduduk Indonesia, sehingga Jepang merasa harus menarik hati golongan ini. Maka pada tahun 1943, Jepang membubarkan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan menggantikannya dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang dipimpin oleh KH Hasyim Ashari dan KH Mas Mansyur.
2)      Pembentukan Organisasi Semi Militer
Jepang menyadari pentingnya pengerahan rakyat Indonesia untuk membantu perang menghadapi Sekutu. Oleh karena itu, Jepang membentuk berbagai organisasi semi militer, seperti: Seinendan; Fujinkai; Keibodan; Heiho; dan Pembela Tanah Air (Peta). Organisasi Barisan Pemuda (Seinendan) dibentuk pada 9 Maret 1943, tujuannya: memberi bekal bela negara agar siap mempertahankan tanah airnya. Dalam kenyataannya, maksud sesungguhnya adalah untuk membantu menghadapi tentara Sekutu.
Fujinkai merupakan himpunan kaum wanita di atas 15 tahun untuk terikat dalam latihan semi militer. Keibodan merupakan barisan pembantu polisi untuk laki-laki berumur 20-25 tahun. Heiho yang didirikan tahun 1943 merupakan organisasi prajurit pembantu tentara Jepang. Adapun Peta yang didirikan 3 Oktober 1943 merupakan pasukan bersenjata yang memperoleh pendidikan militer secara khusus dari Jepang.
3)      Pengerahan Romusha
Jepang melakukan rekruitmen anggota romusha dengan tujuan mencari bantuan tenaga yang lebih besar untuk membantu perang dan melancarkan aktivitas Jepang. Anggota-anggota romusha dikerahkan untuk membangun: jalan; kubu pertahanan; rel kereta api; jembatan; dan sebagainya. Jumlah romusha paling besar berasal dari Jawa yang dikirim ke luar Jawa bahkan sampai ke Malaya; Myanmar; dan Thailand.
Penjajahan Jepang yang sangat menyengsarakan adalah pemaksaan wanita-wanita untuk menjadi Jugun Ianfu, wanita yang dipaksa untuk menjadi wanita penghibur Jepang di berbagai pos medan pertempuran. Sebagian dari mereka tidak kembali, walaupun Perang Dunia II telah berakhir.
4)      Eksploitasi Kekayaan Alam
Jepang tidak hanya menguras tenaga rakyat Indonesia, pengerukan kekayaan alam dan harta benda yang dimiliki bangsa Indonesia jauh lebih kejam daripada pengerukan yang dilakukan oleh Belanda. Usaha perkebunan dan industri, harus mendukung untuk keperluan perang, seperti: tanaman jarak untuk pelumas. Jepang memanfaatkan Jawa Hokokai dan instansi-instansi pemerintah lainnya. Pada masa panen, rakyat wajib melakukan setor padi sedemikian rupa sehingga mereka hanya membawa pulang padi sekitar 20% dari panen yang dilakukannya. Kondisi ini mengakibatkan musibah kelaparan dan penyakit busung lapar di Indonesia. Pada tanggal 20 Maret 1942, dikeluarkan maklumat pemerintah yang isinya berupa: larangan pembicaraan tentang pengibaran bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Hal ini tentu membuat kecewa bangsa Indonesia.

c.       Sikap Kaum Pergerakan
Bangsa Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menanggapi kebijakan Jepang tersebut. Propaganda Jepang, sama sekali tidak mempengaruhi para tokoh perjuangan untuk percaya begitu saja. Bagaimanapun mereka sadar, bahwa Jepang adalah penjajah. Bahkan mereka sengaja memanfaatkan organisasi-organisasi pendirian Jepang sebagai “batu loncatan” untuk meraih Indonesia Merdeka. Beberapa bentuk perjuangan pada zaman Jepang, adalah sebagai berikut.
1)      Memanfaatkan Organisasi Bentukan Jepang
Kelompok ini sering disebut kolaborator, karena mau bekerja sama dengan penjajah. Sebenarnya cara ini, merupakan bentuk perjuangan diplomasi. Tokoh-tokohnya adalah para pemimpin Putera, seperti: Sukarno; Mohammad Hatta; Ki Hajar Dewantara; dan KH Mas Mansyur. Mereka memanfaatkan Putera sebagai sarana komunikasi dengan rakyat. Akhirnya Putera justru dijadikan para pemuda Indonesia sebagai ajang kampanye nasionalisme. Pemerintah Jepang menyadari hal tersebut, dan akhirnya membubarkan Putera dan diganti Barisan Pelopor. Sama seperti Putera, Barisan Pelopor yang dipimpin Sukarno inipun selalu mengkampanyekan perjuangan kemerdekaan.
2)      Gerakan Bawah Tanah
Larangan berdirinya partai politik pada zaman Jepang, mengakibatkan sebagian tokoh perjuangan melakukan gerakan bawah tanah. Gerakan bawah tanah merupakan perjuangan melalui kegiatan-kegiatan tidak resmi, tanpa sepengetahuan Jepang (gerakan sembunyi-sembunyi). Dalam melakukan perjuangan, mereka terus melakukan konsolidasi menuju kemerdekaan Indonesia. Mereka menggunakan tempat-tempat strategis, seperti: asrama pemuda, untuk melakukan pertemuan-pertemuan. Penggalangan semangat kemerdekaan dan membentuk suatu negara, terus mereka kobarkan.
Tokoh-tokoh yang masuk dalam garis pergerakan bawah tanah, adalah: Sutan Sjahrir; Achmad Subarjo; Sukarni; A Maramis; Wikana; Chairul Saleh; dan Amir Syarifuddin. Mereka terus memantau Perang Pasifik, melalui radio-radio bawah tanah. Pada saat itu, Jepang melarang bangsa Indonesia memiliki pesawat komunikasi. Kelompok bawah tanah inilah yang sering disebut golongan radikal/keras, karena mereka tidak mengenal kompromi dengan Jepang.
3)      Perlawanan Bersenjata
Di samping perjuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan organisasi bentukan Jepang dan gerakan bawah tanah, ada pula perlawanan-perlawanan bersenjata yang dilakukan bangsa Indonesia, diantaranya sebagai berikut.
a)      Perlawanan Rakyat Aceh
Dilakukan oleh Tengku Abdul Djalil, seorang ulama di Cot Plieng Aceh, yang menentang peraturan-peraturan Jepang. Pada tanggal 10 November 1942, ia melakukan perlawanan. Dalam perlawanan tersebut, ia tertangkap dan ditembak mati.
b)      Perlawanan Singaparna, Jawa Barat
Dipelopori oleh KH Zainal Mustofa, yang menentang seikerei yakni menghormati Kaisar Jepang. Pada tanggal 24 Februari 1944, meletus perlawanan terhadap tentara Jepang. KH Zainal Mustofa dan beberapa pengikutnya, ditangkap Jepang lalu dihukum mati.
c)      Perlawanan Indramayu, Jawa Barat
Pada bulan Juli 1944, rakyat Lohbener dan Sindang di Indramayu memberontak terhadap Jepang. Para petani dipimpin H Madrian, menolak pungutan padi yang terlalu tinggi. Akan tetapi, pada akhirnya perlawanan mereka dipadamkan Jepang.
d)      Perlawanan Peta di Blitar, Jawa Timur
Perlawanan Peta merupakan perlawanan terbesar yang dilakukan rakyat Indonesia pada masa penjajahan Jepang. Perlawanan ini dipimpin Supriyadi, seorang Shodanco (komandan pleton) Peta tanggal 14 Februari 1945. Perlawanan dipadamkan Jepang, karena persiapan Supriyadi dkk kurang matang. Para pejuang Peta yang berhasil ditangkap, kemudian diadili di mahkamah militer di Jakarta. Beberapa diantaranya dihukum mati, seperti: dr Ismail; Muradi; Suparyono; Halir Mangkudidjaya; Sunanto; dan Sudarmo. Sedangkan Supriyadi sebagai pemimpin perlawanan, tidak diketahui nasibnya. Kemungkinan besar Supriyadi berhasil ditangkap Jepang, kemudian dihukum mati sebelum diadili.

Aktivitas Individu
Carilah buku yang membahas tentang perlawanan rakyat pada masa pendudukan Jepang. Kalian juga dapat mencari data dari internet. Tuliskan secara singkat: latar belakang; proses; dan akhir dari perlawanan tersebut.
Perlawanan Rakyat pada Masa Pendudukan Jepang
Nama Perlawanan
Tokoh Perlawanan
Latar Belakang
Proses
Akhir






















4.      Perubahan Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan
Kalian telah mempelajari bagaimana kondisi masyarakat Indonesia pada masa penjajahan. Pada perjalanan sejarah, sejak masa kolonialisme VOC; pemerintah Hindia Belanda; pemerintah Inggris; hingga pendudukan Jepang, tentu kalian menemukan berbagai perubahan pada masyarakat Indonesia.
Terjadinya kolonialisme dan imperialisme di Indonesia, menyebabkan berbagai perubahan masyarakat Indonesia, baik aspek geografis; ekonomi; budaya; pendidikan; maupun politik. Perubahan apa saja yang terjadi pada masyarakat Indonesia pada masa kolonial? Mari lacak melalui uraian di bawah ini.
a.       Perubahan pada Masa Kolonial Barat
1)      Perluasan Penggunaan Lahan
Perhatikan gambar perkebunan di Sumatera tersebut. Mulai kapan perkebunan tersebut berkembang? Perkebunan di Indonesia telah berkembang sebelum masa penjajahan. Bangsa Indonesia telah memiliki teknologi turun temurun untuk mengembangkan berbagai teknologi pertanian. Pada masa penjajahan, terjadi perubahan besar dalam perkembangan perkebunan di Indonesia. Penambahan jumlah lahan untuk tanaman ekspor, dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Bukan hanya pemerintah kolonial yang mengembangkan lahan perkebunan di Indonesia, tetapi juga perusahaan-perusahaan swasta.
Pada masa pemerintah kolonial Hindia Belanda, banyak perusahaan asing yang menanamkan investasi di Indonesia. Berhektar-hektar hutan, dibuka untuk pembukaan lahan perkebunan. Apakah kalian menemukan bekas-bekas perkebunan yang dahulu dikuasai Belanda?
Perhatikan gambar saluran irigasi Bendung Komering 10 (BK 10) di Desa Gumawang; Belitang Madang Raya; Kabupaten OKU Timur; Sumatera Selatan. Saluran tersebut dibangun sejak masa Hindia Belanda. Daerah OKU Timur yang awalnya hutan belantara, berubah menjadi lahan pertanian dan perkebunan yang sangat subur hingga sekarang. Sepanjang aliran irigasi tersebut, menjadi lumbung padi Sumatera Selatan hingga kini.
2)      Persebaran Penduduk dan Urbanisasi
Kalian tentu masih ingat dengan Politik Etis, yang terdiri atas: irigasi; transmigrasi; dan edukasi. Sejarah transmigrasi Indonesia terutama terjadi pada akhir abad XIX. Tujuan utama transmigrasi pada saat tersebut adalah: untuk menyebarkan tenaga kerja murah di berbagai perkebunan di Sumatera dan Kalimantan. Kalian yang tinggal di beberapa daerah di Sumatera mungkin dapat menelusuri sejarah keluargamu atau teman-temanmu. Mungkin sebagian dari mereka, memiliki garis keturunan dari Jawa. Pembukaan perkebunan pada masa kolonial Barat di Indonesia, telah berhasil mendorong persebaran penduduk Indonesia.
Munculnya berbagai pusat industri dan perkembangan berbagai fasilitas di kota, menjadi daya dorong perkembangan kota-kota. Urbanisasi terjadi hampir di berbagai daerah di Indonesia. Daerah yang awalnya hutan belantara, menjadi ramai dan gemerlap karena ditemukannya area pertambangan.
Persebaran penduduk Indonesia tidak sebatas dalam lingkungan nasional, tetapi juga lintas negara. Sebagai bukti perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar di atas adalah negara Suriname di Amerika Latin, di dalamnya banyak terdapat warga keturunan suku Jawa. Tahukah kalian bahwa di Suriname terdapat banyak penduduk yang dapat berbahasa Jawa? Mereka adalah keturunan Jawa yang hidup turun temurun di Suriname sejak penjajahan Belanda. Mengapa mereka dapat sampai di Suriname? Hal ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah Belanda untuk mengirim banyak tenaga kerja ke Suriname, yang juga merupakan wilayah jajahan Belanda. Coba kalian cari data dari internet atau majalah yang menceritakan kehidupan masyarakat keturunan Jawa di Suriname. Bagaimana kehidupan: sosial; ekonomi; dan pendidikan mereka? Tuliskan dalam bentuk karangan singkat.
3)      Pengenalan Tanaman Baru
Pengaruh pemerintah kolonial Barat di satu sisi memiliki pengaruh positif dalam mengenalkan berbagai tanaman dan teknologi dalam pertanian dan perkebunan. Beberapa tanaman andalan ekspor, dikenalkan dan dikembangkan di Indonesia. Pengenalan tanaman baru, sangat bermanfaat dalam pengembangan pertanian dan perkebunan di Indonesia.
4)      Penemuan Tambang-tambang
Pembukaan lahan pada masa kolonial Barat juga dilakukan untuk pertambangan minyak bumi; batu bara; dan logam. Pembukaan lahan untuk pertambangan ini, terutama terjadi pada akhir abad XIX dan awal abad XX. Coba kalian cari pertambangan yang terdapat di lingkungan provinsimu! Dapatkah kalian mencari sejarah pertambangan tersebut? Apakah ada hubungan pertambangan tersebut dengan penjajahan bangsa Barat?
5)      Transportasi dan Komunikasi
Pada zaman penjajahan Belanda, banyak dibangun: jalan raya; rel kereta api; dan jaringan telepon. Pembangunan berbagai sarana transportasi dan komunikasi tersebut, mendorong mobilitas barang dan jasa yang sangat cepat. Pada transportasi laut, juga dibangun berbagai dermaga di berbagai daerah di Indonesia.
Kalian tentu masih ingat, bagaimana proses pembangunan jalur Anyer-Panarukan yang dibangun pada masa pemerintahan Daendels. Di satu sisi pembangunan tersebut menimbulkan kesengsaraan rakyat terutama akibat kerja paksa, namun di sisi lain pembangunan jalur tersebut telah mempermudah jalur transportasi dan komunikasi masyarakat Indonesia khususnya di Jawa. Pembangunan rel kereta api juga dilakukan di berbagai daerah di Jawa dan Sumatera.
6)      Perkembangan Kegiatan Ekonomi
Perubahan masyarakat dalam kegiatan ekonomi pada masa kolonial terjadi, baik dalam kegiatan produksi; distribusi; dan konsumsi. Kegiatan produksi dalam pertanian dan perkebunan semakin maju dengan ditemukannya berbagai teknologi pertanian yang bervariasi. Rakyat mulai mengenal tanaman yang tidak hanya untuk dipanen semusim. Pembukaan berbagai perusahaan, telah melahirkan berbagai jenis pekerjaan dalam bidang yang berbeda. Sebagai contoh: munculnya kuli-kuli perkebunan; mandor; dan administrasi, di berbagai perusahaan pemerintah ataupun swasta. Kegiatan ekspor-impor juga mengalami kenaikan signifikan pada masa penjajahan Barat. Hal ini tidak lepas dari usaha pemerintah kolonial menggenjot jumlah produksi ekspor.
7)      Mengenal Uang
Pada masa sebelum kedatangan bangsa Barat, masyarakat biasanya bekerja secara bergotong royong. Contohnya: dalam mengerjakan sawah, setiap kelompok penduduk akan mengerjakan secara bersama-sama dari sawah satu ke sawah lainnya. Pada masa kekuasaan kolonial Barat, uang mulai dikenalkan sebagai alat pembayaran jasa tenaga kerja. Keberadaan uang sebagai barang baru dalam kehidupan masyarakat, menjadi daya tarik tersendiri. Masyarakat mulai menyenangi uang, karena dianggap lebih mudah digunakan.
8)      Perubahan dalam Pendidikan
Perhatikan gambar sistem pendidikan di pesantren di atas. Pendidikan tersebut berkembang di berbagai daerah pada masa sebelum kedatangan bangsa Barat. Bagaimana pendidikan pasa masa kolonial Barat? Terdapat 2 pendidikan yang dikembangkan pada masa pemerintahan kolonial Barat. Pertama adalah pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah, dan yang kedua adalah pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakat.
Pusat-pusat kekuasaan Belanda di Indonesia di berbagai kota di Indonesia, menjadi pusat pertumbuhan berbagai sekolah di Indonesia. Kalian dapat menemukan sekolah-sekolah yang telah berdiri sejak zaman penjajahan di kota provinsi tempat tinggalmu. Pada masa penjajahan Belanda juga, telah berkembang perguruan tinggi, seperti: Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pada masa pemerintahan kolonial Barat, terjadi diskriminasi pendidikan di Indonesia. Sekolah dibedakan menjadi 2 golongan, yakni: sekolah untuk bangsa Eropa dan sekolah untuk penduduk pribumi. Hal ini mendorong lahirnya berbagai gerakan pendidikan di Indonesia. Taman Siswa yang berdiri di Yogyakarta, merupakan salah satu pelopor gerakan pendidikan modern di Indonesia. Sekolah-sekolah yang dipelopori berbagai organisasi pergerakan nasional, tumbuh pesat pada awal abad XX.
Pengaruh pendidikan modern berdampak pada perluasan lapangan kerja pada masyarakat Indonesia. Munculnya elite intelektual memunculkan jenis pekerjaan baru, seperti: guru; administrasi; pegawai pemerintah; dan sebagainya.
9)      Perubahan dalam Aspek Politik
Kejayaan kerajaan-kerajaan pada masa sebelum kedatangan bangsa Barat, satu per satu mengalami kemerosotan bahkan keruntuhan. Pada masa kerajaan, rakyat diperintah oleh raja yang merupakan bangsa Indonesia. Pada pemerintahan kolonial Barat, rakyat diperintah oleh bangsa asing. Kekuasaan bangsa Indonesia untuk mengatur bangsanya semakin hilang, digantikan dengan kekuasaan bangsa Barat. Perubahan inilah yang paling penting untuk diperjuangkan. Tanpa kemerdekaan, bangsa Indonesia sulit mengatur dirinya sendiri.
Perubahan dalam sistem politik juga terjadi dengan dikenalnya sistem pemerintahan baru. Pada masa kerajaan dikenal raja dan bupati, sementara itu pada masa pemerintahan kolonial Barat dikenal: gubernur jenderal; residen; bupati; dan seterusnya. Para penguasa kerajaan menjadi hilang kekuasaannya, digantikan dengan kekuasaan pemerintahan kolonial Barat.
Terbentuknya pemerintahan Hindia Belanda di satu sisi, menguntungkan bangsa Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda yang terpusat, menyebabkan hubungan yang erat antara rakyat Indonesia diberbagai daerah. Muncul perasaan senasib dan sepenanggungan dalam bingkai Hindia Belanda.
Munculnya berbagai organisasi pergerakan nasional, tidak lepas dari ikatan politik Hindia Belanda. Sebelum masa penjajahan Hindia Belanda, masyarakat Indonesia terkotak-kotak oleh sistem politik kerajaan. Terdapat puluhan kerajaan di berbagai daerah di Indonesia. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, berbagai daerah tersebut disatukan dalam satu identitas, yaitu: Hindia Belanda.
10)  Perubahan dalam Aspek Budaya
Perhatikan gambar Benteng Vredeburg di Yogyakarta. Peninggalan tersebut merupakan salah satu bukti pengaruh kolonialisme dalam bidang budaya. Berbagai perubahan budaya pada masa penjajahan Belanda adalah dalam seni bangunan; tarian; cara berpakaian; bahasa; dan teknologi.
Seni bangunan dengan gaya Eropa, dapat kalian temukan di berbagai kota di Indonesia. Coba kalian amati berbagai peninggalan pada masa kolonial Belanda yang terdapat di lingkungan tempat tinggalmu. Bagaimana perbedaan bangunan-bangunan tersebut dengan bangunan asli masyarakat Indonesia sebelumnya? Masa penjajahan Belanda berpengaruh terhadap teknologi dan seni bangunan di Indonesia. Teknologi bangunan modern, dikenalkan bangsa Barat di berbagai wilayah di Indonesia. Kalian masih dapat menelusuri sebagian besar peninggalan bangunan pada masa kolonial. Bahkan sebagian bangunan tersebut sampai saat ini masih dimanfaatkan sebagai kantor pemerintah.
Perubahan kesenian juga terjadi terutama di masyarakat perkotaan yang mulai mengenal tarian-tarian Barat. Kebiasaan dansa dan minum minuman yang dikenalkan para pejabat Belanda, berpengaruh pada perilaku sebagian masyarakat Indonesia. Kalian juga masih dapat menelusuri bahasa-bahasa Belanda yang berpengaruh dalam kosa kata Bahasa Indonesia.
Dalam aspek budaya juga terjadi perubahan kehidupan beragama masyarakat Indonesia. Pengaruh kolonial yang lain adalah penyebaran agama Kristen di Indonesia.
Agama Kristen diprediksi sampai di Indonesia sejak zaman kuno melalui jalur pelayaran. Menurut Cosmas Indicopleustes dalam bukunya Topographica Christiana, pada abad VI sudah ada komunitas Kristiani di India Selatan, di Pantai Malabar, dan di Sri Lanka. Dari Malabar itu agama Kristen menyebar ke berbagai daerah. Pada tahun 650, agama Kristen sudah mulai berkembang di Kedah (di Semenanjung Malaya) dan sekitarnya. Pada abad IX, Kedah berkembang menjadi pelabuhan dagang yang sangat ramai di jalur pelayaran yang menghubungkan: India-Aceh-Barus-Nias melalui Selat Sunda-Laut Jawa dan selanjutnya ke Tiongkok. Jalur ini disebut-sebut sebagai jalur penyebaran agama Kristen dari India ke Nusantara.
Penyebaran agama Kristen menjadi lebih intensif lagi seiring dengan datangnya bangsa-bangsa Barat ke Indonesia pada abad XVI. Kedatangan bangsa-bangsa Barat itu semakin memantapkan dan mempercepat penyebaran agama Kristen di Indonesia. Orang-orang Portugis menyebarkan agama Kristen Katolik (selanjutnya disebut Katolik). Orang-orang Belanda menyebarkan agama Kristen Protestan (selanjutnya disebut Kristen).
Siapa yang menyebarkan agama Katolik di Indonesia? Mereka adalah para pastor, seperti: Fransiskus Xaverius dari ordo Serikat Yesus. Pastor ini aktif mengunjungi desa-desa di sepanjang Pantai Leitimor; Kepulauan Lease; Pulau Ternate; Halmahera Utara; dan Kepulauan Morotai. Usaha penyebaran agama Katolik ini kemudian dilanjutkan oleh pastor-pastor yang lain. Selanjutnya di Nusa Tenggara Timur, seperti: Flores; Solor; dan Timor, agama Katolik berkembang dengan baik sampai sekarang.
Agama Kristen Protestan berkembang di Kepulauan Maluku, terutama setelah VOC menguasai Ambon, yang dipelopori Zending. Penyebaran agama Kristen ini juga semakin intensif saat Raffles berkuasa di Indonesia. Agama Katolik dan kemudian juga Kristen Protestan, berkembang pesat di Indonesia bagian timur.
Pengaruh lain dalam bidang budaya, adalah: pakaian; bahasa; makanan; dan jenis pekerjaan baru. Pakaian gaya Eropa tidak hanya berpengaruh dalam lingkungan keraton, tetapi juga masyarakat luas. Kalian dapat menemukan berbagai kosa kata pengaruh Belanda, seperti: knalpot; kabinet; kanker; dan sebagainya.

b.      Perubahan Masyarakat pada Masa Penjajahan Jepang
1)      Perubahan dalam Aspek Geografi
Adanya eksploitasi kekayaan alam, menjadi ciri penting pada masa pendudukan Jepang. Misi untuk memenangkan Perang Dunia II, mendorong Jepang menjadikan Indonesia sebagai salah satu basisnya dalam menghadapi tentara Sekutu. Jepang sangat membutuhkan banyak dukungan dalam menghadapi PD II. Lahan perkebunan yang ada pada masa Hindia Belanda, merupakan lahan yang menghasilkan untuk jangka waktu yang lama. Jepang menggerakkan tanaman rakyat yang mendukung Jepang dalam PD II. Tanaman jarak dikembangkan sebagai bahan produksi minyak yang dibutuhkan sebagai mesin perang.
Kesengsaraan pada masa pendudukan Jepang, menyebabkan besarnya angka kematian pada masa pendudukan Jepang. Migrasi terjadi terutama untuk mendukung perang Jepang menghadapi Sekutu. Banyak rakyat Indonesia yang ikut dalam romusha ataupun membantu pasukan Jepang di beberapa negara Asia Tenggara untuk membantu perang Jepang. Sebagian dari mereka, tidak kembali atau tidak diketahui nasibnya. Menurut catatan sejarah, jumlah tenaga kerja yang dikirim ke luar Jawa bahkan ke luar negeri seperti: Burma, Malaya, Vietnam, dan Muangthai/Thailand, mencapai 300.000 orang. Ratusan ribu orang tersebut, banyak tidak diketahui nasibnya setelah Perang Dunia II usai.
2)      Perubahan dalam Aspek Ekonomi
Sistem ekonomi perang Jepang, membawa kemunduran dalam bidang perekonomian di Indonesia. Putusnya hubungan dengan perdagangan dunia, mempersempit kegiatan perekonomian di Indonesia. Perkebunan tanaman ekspor, diganti menjadi lahan pertanian untuk kebutuhan sehari-hari. Pembatasan ekspor menyebabkan sulitnya memperoleh bahan pakaian. Maka rakyat Indonesia pun mengusahakannya sendiri. Pakaian yang terbuat dari benang goni, menjadi tren pada masa pendudukan Jepang.
Wajib setor padi dan tingginya pajak pada masa pendudukan Jepang, menyebabkan terjadinya kemiskinan luar biasa. Angka kematian, sangat tinggi. Sebagai contoh, di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah, angka kematian mencapai 50%. Kemiskinan yang luar biasa berdampak pada penyakit-penyakit sosial lainnya. Gelandangan, pengemis, kriminalitas, semakin berkembang akibat lemahnya kekuatan ekonomi rakyat.
3)      Perubahan dalam Aspek Pendidikan
Kegiatan pendidikan dan pengajaran, menurun. Sebagai contoh, gedung SD menurun dari 21.500 menjadi 13.500 buah; gedung sekolah lanjutan menurun dari 850 menjadi 20 buah. Kegiatan Perguruan Tinggi, macet. Sementara itu pengenalan budaya Jepang dilakukan di berbagai sekolah di Indonesia. Bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa pengantar di berbagai sekolah di Indonesia. Adapun bahasa Jepang, menjadi bahasa utama di sekolah-sekolah.
Tradisi budaya Jepang dikenalkan di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat rendah. Para siswa harus digembleng, agar bersemangat Jepang (Nippon Seishin). Para pelajar juga harus menyayikan lagu Kimigayo (lagu kebangsaan Jepang) dan lagu-lagu lain, menghormati bendera Hinomaru, serta melakukan gerak badan (taiso) dan seikerei.
4)      Perubahan dalam Aspek Politik
Propaganda Jepang, berhasil memengaruhi masyarakat Indonesia. Dengan alasan untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda, Jepang mulai mendapat simpati rakyat. Dengan kebijakan yang kaku dan keras, secara politik, organisasi pergerakan yang pernah ada, sulit mengembangkan aktivitasnya. Bahkan Jepang melarang dan membubarkan semua organisasi pergerakan politik yang pernah ada di masa kolonial Belanda. Hanya MIAI yang kemudian diperbolehkan hidup, karena organisasi ini dikenal sangat anti budaya Barat (Belanda). Kempetai selalu memata-matai gerak-gerik organisasi pergerakan nasional. Akibatnya, muncul gerakan-gerakan bawah tanah.
Jepang berusaha mendapat simpati dan dukungan rakyat dan tokoh-tokoh Indonesia, atas kekuasaannya di Indonesia. Akibatnya hal ini menimbulkan beragam tanggapan dari para tokoh pergerakan nasional. Kelompok Pertama adalah kelompok yang masih mau bekerja sama dengan Jepang, tetapi tetap menggelorakan pergerakan nasional. Para tokoh ini adalah mereka yang muncul dalam berbagai organisasi bentukan Jepang. Adapun Kelompok Kedua adalah mereka yang tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Jepang dan melakukan gerakan bawah tanah.
Pada masa akhir pendudukan Jepang, terjadi revolusi politik di Indonesia, yakni: Kemerdekaan Indonesia. Peristiwa proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, menjadi momen penting perjalanan sejarah Indonesia selanjutnya. Kemerdekaan telah membawa perubahan masyarakat dalam segala bidang.
5)      Perubahan dalam Aspek Budaya
Jepang berusaha “menjepangkan” Indonesia. Ajaran Shintoisme diajarkan pada masyarakat Indonesia. Kebiasaan menghormat matahari dan menyanyikan lagu Kimigayo, merupakan salah satu pengaruh pada masa pendudukan Jepang. Pengaruh budaya ini menimbulkan perlawanan di berbagai daerah. Kalian dapat mengamati terjadinya perlawanan masyarakat pada masa pendudukan Jepang. Salah satu penyebab perlawanan adalah penolakan terhadap kebiasaan menghormat matahari.
Perkembangan Bahasa Indonesia pada masa pendudukan Jepangan, mengalami kemajuan. Pada tanggal 20 Oktober 1943 atas desakan dari beberapa tokoh Indonesia, didirikan Komisi (Penyempurnaan) Bahasa Indonesia. Tugas Komisi adalah menentukan istilah-istilah modern dan menyusun suatu tata bahasa normatif serta menentukan kata-kata yang umum bagi Bahasa Indonesia.

Aktivitas Kelompok
1.      Bentuklah kelompok dengan anggota 4-5 orang.
2.      Lakukan pengamatan terhadap berbagai peninggalan sejarah pada masa penjajahan.
3.      Diskusikan makna yang dapat diambil dari peninggalan sejarah tersebut.
4.      Diskusikan bagaimana sikapmu terhadap peninggalan sejarah tersebut.
Bentuk Peninggalan
Makna bagi Kehidupan Sekarang
Cara Melestarikan Peninggalan








Rangkuman
Kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia, telah menyebabkan kolonialisme dan imperialisme. Hidup dalam penjajahan, menyebabkan penderitaan rakyat dalam berbagai bidang. Perubahan yang terjadi pada masa kolonial, lebih banyak merugikan bangsa Indonesia. Pemerintah kolonial tidak memiliki perhatian serius untuk memajukan negeri jajahan.
Bangsa Indonesia mencintai perdamaian, tetapi bangsa Indonesia lebih mencintai kemerdekaan. Kesewenang-wenangan penjajah, mendorong bangsa Indonesia melawan. Perjuangan untuk melepaskan diri dari penjajahan, memerlukan pengorbanan yang sangat besar. Satu demi satu perlawanan di berbagai daerah, dapat dipatahkan penjajah.
Memasuki abad XIX bangsa Indonesia sadar bahwa salah satu kelemahan perjuangan selama ini, adalah berjuang sendiri-sendiri dan lebih mengandalkan satu pemimpin. Pada tahun 1928 secara tegas bangsa Indonesia mengikatkan diri dalam perjuangan nasional melalui ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Usaha bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan, tercapai dengan diproklamasikannya Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak itulah, bangsa Indonesia hidup dalam kemerdekaan hingga saat ini. Sepatutnya kalian terus berjuang mempertahankan kemerdekaan dan mengisi pembangunan untuk mencapai kejayaan bangsa dan negara.
Pada masa penjajahan Jepang dan Belanda, masyarakat Indonesia mengalami banyak perubahan terutama dalam aspek geografis, pendidikan, ekonomi, dan politik.

Uji Kompetensi
Pilihan Ganda
1.      Tanah adalah milik negara, maka rakyat harus menyewa tanah kepada negara. Hal inilah yang melatarbelakangi sistem sewa tanah pada masa pemerintahan…
a.       Daendels      b. Raffles      c. Janssen      d. Lord Minto
2.      Pelaksanaan Tanam Paksa telah menghancurkan perekonomian Indonesia dan merupakan beban yang berat, karena…
a.       rakyat dipaksa menyerahkan 1/5 tanah pertanian pada Belanda
b.      rakyat tidak punya waktu lagi mengerjakan tanah pertaniannya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
c.       dalam praktiknya, tanah yang harus ditanami tanaman industri hampir 2/3 dari tanah yang terbaik
d.      selain menanami 1/5 tanaman, wajib juga harus menyerahkan 1/5 dari hari kerjanya
3.      Pelaksanaan Politik Etis yang paling dirasakan dalam pergerakan nasional bangsa Indonesia, adalah…
a.       pendidikan dengan munculnya golongan terpelajar
b.      irigasi telah memajukan pertanian khususnya di Jawa
c.       perpindahan penduduk telah mengangkat kesejahteraan kaum miskin
d.      kemajuan ekonomi akibat politik kolonial liberal
4.      Perlawanan rakyat di berbagai daerah, seperti: Perang Padri; Perang Diponegoro; Perang Banjar; dan sebagainya, pada masa penjajahan, gagal mengusir penjajah dari Indonesia. Berikut ini yang merupakan penyebab kegagalan perjuangan pada masa tersebut yaitu…
a.       tujuan tidak jelas, bersifat kedaerahan, kalah persenjataan
b.      tergantung pada satu pemimpin, mengandalkan kekuatan fisik, bersifat kedaerahan
c.       kalah persenjataan, pemimpin tidak berpendidikan tinggi, semangat perjuangan lemah
d.      tidak memiliki komandan perang yang baik, tergantung pada satu pemimpin, kalah persenjataan
5.      Berikut ini yang bukan karakteristik perjuangan bangsa Indonesia sebelum abad XX, adalah…
a.       tidak tergantung pada satu pemimpin
b.      menggunakan persenjataan tradisional
c.       bersifat lokal, kedaerahan
d.      kurang menggunakan siasat perjuangan diplomasi
6.      Serikat Islam asal mulanya adalah dari Serikat Dagang Islam, yang didirikan oleh pedagang batik di Solo yang bernama…
a.       Haji Samanhudi   b. Haji Misbach   c. KH Ahmad Dahlan    d. KH Hasyim Asyari
7.      Perhatikan beberapa putusan di bawah ini.
1)      Menetapkan Pancasila
2)      Ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928
3)      Menetapkan presiden dan wakil presiden
4)      Menetapkan lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman sebagai lagu kebangsaan
5)      Menetapkan bendera merah putih sebagai lambang negara Indonesia
Yang termasuk putusan Kongres Sumpah Pemuda adalah…
a.       1, 2, dan 3        b. 2, 3, dan 4          c. 2, 3, dan 5         d. 2, 4, dan 5
8.      Perjuangan Kemerdekaan Indonesia ditandai dengan era kebangkitan nasional. Kebangkitan nasional yang dimaksud, adalah…
a.       dinyanyikannya lagu Indonesia Raya oleh para pemuda
b.      kesadaran untuk membentuk pergerakan nasional
c.       munculnya organisasi kedaerahan
d.      perang melawan penjajah
9.      Pengerahan tenaga rakyat yang sangat menyengsarakan yang dilakukan pemerintah pendudukan Jepang, disebut…
a.       sekerei           b. oshamu seirei         c. romusha            d. rodi
10.  Karena Gerakan 3A tidak mendapatkan hasil seperti yang diharapkan, sebagai gantinya pemerintah pendudukan Jepang mendirikan…
a.       Keibodan         b. PETA               c. PUTERA            d. Jawa Hokokai

Esai
1.      Jelaskan bagaimana penderitaan bangsa Indonesia akibat penjajahan pada masa VOC.
2.      Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi Belanda menerapkan sistem Tanam Paksa di Indonesia?
3.      Bagaimana manfaat Sumpah Pemuda bagi kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini?
4.      Bagaimanakah sikap kaum pergerakan terhadap penjajahan yang dilakukan Jepang?
5.      Bagaimanakah sikap kalian sebagai pemuda memaknai kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pejuang?

Refleksi
Setelah mempelajari materi pada bab ini, pelajaran apa yang dapat kalian ambil? Apakah kalian tahu bagaimana penderitaan bangsa Indonesia selama masa penjajahan? Menurut kalian, bagaimanakah para pejuang bangsa melakukan perlawanan terhadap penjajah yang memiliki senjata yang lebih modern? Mengapa perlu Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928? Menurut kalian, bagaimanakah seharusnya kalian sebagai generasi penerus bangsa memaknai Sumpah Pemuda? Apakah kalian tahu bagaimana perjuangan para pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Bagaimanakah kalian sebagai generasi sekarang mengisi kemerdekaan yang telah susah payah diperjuangkan para pejuang?

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar