Rabu, 14 Januari 2015

Kain Tenun Cap Padi



Pabrik Tenun Garut, didirikan oleh NV Rotterdam Internatio. Pabrik ini semula bernama: NV Preanger Bontweverij Garoet, tetapi kemudian lebih terkenal dengan nama Pabrik Tenun Garut. Pabrik yang berlokasi memanjang di Jalan Guntur dan berbatasan dengan Jalan Cimanuk (Leuwidaun) Garut tersebut, adalah penghasil kain katun sarung berkualitas terbaik yang memakai merek: “tjap Padi”. Selain itu juga, pabrik ini memproduksi kain katun handuk dan kain katun bahan seragam militer yang berwarna abu-abu hijau (grijs-groen katoenen). Pabrik tenun ini, kemudian berkembang dan menjelma menjadi Raksasa Tekstil Asia Tenggara. Dari pendapatan pabrik inilah, mengalirkan kesejahteraan hidup bagi ribuan karyawannya. Dan, dari lengkingan sirene pabriknya, membuat Kota Garut meraih predikat sebagai Kota Terbersih di Indonesia.
Tenun Sarung "tjap Padi" buatan PTG

Pabrik Tenun Garut
Kondisi di awal tahun 1930-an, dunia lagi dilanda krisis ekonomi –malaise. Namun justru di saat krisis itu, satu grup usaha terkemuka di Belanda –Internatio, yang merupakan salah satu dari Big Five Trading House (yakni: NV Rotterdam Internatio; NV Jacobson van den Berg atau Jacoberg & Co; NV Lindeteves Stokvis, NV Borsumij Maatschappij; serta NV J & Geo Wehry) dalam perdagangan retail di Hindia Belanda, mendirikan sebuah pabrik tenun: Naamloze Vennootschap Preanger Bontweverij (PBW) di Garut pada 8 Juni 1933, pimpinan G. Dalenoord. Pendirian NV Preanger Bontweverij di Garut itu, merupakan upaya grup Internatio dalam mengatasi krisis perusahaan. Salah satunya adalah dengan memperkuat sektor manufaktur di Hindia Belanda. Dengan begitu, jarak produksi dengan negara importir bahan baku menjadi tidak terlalu jauh, begitu pula dengan daerah pemasaran produk. Perusahaan Internatio sendiri, berdiri sejak 1863 yang dibentuk oleh paraprodusen kapas di Twente Belanda dan bergerak di bidang pembiayaan perdagangan. Dan ternyata, NV Preanger Bontweverij Garoet berkembang sangat pesat –meski sempat tersendat akibat terjadinya Perang Dunia Kedua. Sampai dengan era 1930-an akhir, terdapat dua perusahaan Eropa di sektor tenun yang berskala besar, yakni: Preanger Bontweverij di Garut dan Java Textielmaatschappij di Tegal. Di antara keduanya, yang terbesar adalah: Preanger Bontweverij.
Pabrik Tenun Garut - Preanger Bontweverij Garoet, 1930-1940-an.
NV Preanger Bontweverij Garoet, didirikan dengan modal sebesar 1.000.000 gulden. Luas pabrik, awalnya sekitar 3.500 m2, yang berada di lahan seluas 24.000 m2. Sebagian lokasinya terpisah oleh Sungai Cimanuk yang membelah Kota Garut –karenanya, di dalam kawasan pabrik itu terbentang jembatan tangguh. Pada tahun 1935, pabrik tenun ini memiliki 259 mesin tenun –alat tenun mesin dan 76 alat yang digerakkan tangan –alat tenun bukan mesin. Jumlah pekerjanya sekitar 600 orang, yang rata-rata upahnya 40-50 sen sehari, sehingga total 100.000 gulden per tahun upah yang dibayarkan. Pada akhir 1937, mesin tenunnya meningkat menjadi 484 mesin serta jumlah pekerja menjadi 1.200 orang, dengan upah yang dibayarkan sebesar 200.000 gulden per tahun.
Rambut Panjang Megawati Soekarnoputri, menghiasi kunjungannya di PTG-1964.
Rombongan Putri Presiden Soekarno (Megawati Soekarnoputri) saat melintasi jembatan PTG, 1964.
Pada tahun 1935, Preanger Bontweverij Garoet memproduksi hampir 2 juta meter kain sarung per tahun, sementara itu, pada tahun 1937 tercatat hampir 3 juta meter kain per tahun. Penyelesaian perluasan pabrik dan penambahan mesin, telah direncanakan agar dapat meningkatkan kapasitas produksi sampai dengan dua kali lipatnya. Kain sarung produksi Preanger Bontweverij ini, memakai merek sarung: “tjap Padi”. Selain kain sarung, Preanger Bontweverij juga memproduksi kain handuk. Pada tahun 1937 itu juga, Preanger Bontweverij Garoet mendapat kontrak untuk membuat 600.000 meter kain bahan seragam KNIL –Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger.
ATM (Alat Tenun Mesin) Pabrik Tenun Garut
Karyawan PTG dan Mesin Tenun
Kain Tenun Garut
Mesin-mesin Tenun di PTG
Mekanik Mesin
Kain Tenun Buatan Preanger Bontweverij Garoet (Pabrik Tenun Garut) dalam sebuah pameran, 1939.
Di masa kekuasan Jepang, Preanger Bontweverij Garoet berganti nama menjadi: Garoet Syokoho Kozyo, dibawah pimpinan: K. Abe J. Matsumoto. Tahun 1941, pabrik tenun itu kembali ke tangan Belanda. Pada tahun 1962, pabrik tenun ini menjelma menjadi Raksasa Tekstil Asia Tenggara. Tingginya kapasitas produksi unggulan PTG –berupa: kain sarung “Cap Padi,” dan handuk, mampu menembus pasar Saudi Arabia. Pabrik ini, mengalirkan kesejahteraan hidup bagi ribuan karyawannya di Garut –konon, 10% warga Garut terserap sebagai tenaga kerja pabrik tenun itu. Kondisi seperti itu berlangsung hingga tahun 1974, meski kapasitas produksi mingguan PTG menurun sampai 35.000 potong kain sarung, 10.000 kain handuk, dan 6.000 meter kain kerja. Pada tanggal 14 September 1964, PTG jadi milik pemerintah Republik Indonesia, dan berganti nama menjadi PTG “Ampera I” Garut yang ditangani oleh Provinsi Jawa Barat. Kemudian, pabrik tenun ini dikelola oleh Perusahaan Daerah Kerta Paditex Jawa Barat. Di era 1980-an, kapasitas PTG sebagai unit kerja PD Kerta Paditex Jawa Barat, tak mampu lagi memenuhi misinya untuk penambah sumber pendapatan Pemprov Jawa Barat. Terakhir, pabrik tenun yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Kerta Paditex Jawa Barat ini, kemudian bersama PD. Kerta Pertambangan, PD. Kerta Sari Mamin, dan PD. Kerta Gemah Ripah, dilebur oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat menjadi PD. Agribisnis dan Pertambangan.

Katoenen Garoet
Seragam KNIL, Made in Garut - 1942.
Selain kain sarung dan kain handuk, Preanger Bontweverij Garoet juga memproduksi kain katun bahan seragam militer yang berwarna abu-abu hijau –grijs-groen katoenen. Pada tahun 1936, pabrik tenun di Garut ini mulai memproduksi grijs-groen katoenen dengan kualitas yang lebih baik dari bahan sebelumnya yang diproduksi di Cirebon. Tapi kemudian, orang Belanda menamakan semua grijs-groen katoenen itu sebagai: Katoenen Garoet –katun Garut. Katun produksi Preanger Bontweverij Garoet ini, disebut sebagai: katoenen “Garoet-B”. Dan katoenen Garoet-B ini, dipandang berkualitas “paling baik”. Seluruh bahan seragam abu-abu hijau untuk KNIL yang dipasok dari dalam negeri, dibuat oleh Preanger Bontweverij Garoet. Pada tahun 1937, Preanger Bontweverij Garoet mendapat kontrak untuk membuat 600.000 meter kain bahan seragam KNIL.
Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL), merupakan organisasi militer Belanda yang bertugas di Hindia Belanda. Cikal bakalnya adalah Oost-Indische Leger –Tentara Hindia-Timur, yang dibentuk Gubernur Jenderal van Den Bosch pada 4 Desember 1830 –tepat setelah perang Diponegoro usai. Pada tahun 1933, namanya diubah menjadi KNIL. Personil KNIL, terdiri dari prajurit bayaran atau sewaan. Kebanyakan berasal dari: Perancis; Jerman; Belgia; dan Swiss. Undang-undang Belanda, memang tidak mengijinkan wajib militer dari warga negaranya untuk ditempatkan di daerah jajahan. Selain itu, ada pula yang direkrut KNIL dari bekas tentara Belanda yang di negaranya melakukan pelanggaran atau disersi. Karena pelanggaran atau disersi, mereka ini diberikan opsi, untuk: "dihukum" atau "masuk KNIL". Tidak hanya orang Eropa saja, ternyata banyak orang pribumi yang juga direkrut KNIL. Tercatat pada tahun 1936, jumlah pribumi yang menjadi prajurit KNIL mencapai 33 ribu orang atau sekitar 71% dari jumlah personil KNIL keseluruhan. Ketika berhadapan dengan rakyat, maka kebanyakan prajurit pribumi ini pula yang berada di garis depan.
Perekrutan Anggota KNIL
Berdasarkan pengalaman selama menghadapi berbagai peperangan, maka pada tahun 1908, atas inisiatif Komando Angkatan Darat KNIL, mulai diuji coba “seragam lapangan baru”. Batalyon Infantri ke-10 di Batavia, mulai mencoba pakaian lapangan dengan berbagai warna. Tapi, pada tahun 1910 dibuat keputusan untuk memperkenalkan seragam lapangan yang terbuat dari bahan katun tebal berwarna abu-abu hijau –grijs-groen katoenen, yang dikemudian hari disebut sebagai: katoenen Garoetkatun Garut. Bahan kain seragam itu, awalnya didatangkan dari Twente Belanda. Alasan perubahan menjadi warna abu-abu hijau itu, karena kebanyakan laskar pribumi yang melawan mereka selama ini, mengenakan pakaian gelap seperti yang dikenakan prajurit KNIL, yakni yang berwarna biru gelap –donkerblauw uniform. Pada tahun 1911, seragam lengkap yang disebut sebagai: “Grijs-Groen Katoenen Jas Model 1911”, secara resmi diperkenalkan. Seragam ini ditujukan sebagai seragam lapangan, sementara untuk keperluan upacara, masih digunakan donkerblauw uniform. Beberapa saat setelah pengenalan Grijs-Groen Katoenen Jas Model 1911 itu, Perang Dunia Pertama mulai berkecamuk, dan pengaruhnya terasa pada pengadaan bahan kain seragam. Katun abu-abu hijau, saat itu, diimpor dari Belanda dan transportasi laut sangat langka. Sebagai jalan keluar, KNIL mengimpor dalam jumlah besar kapas abu-abu hijau berkualitas buruk dari Jepang. Kapas ini ternyata setelah dicuci, jadi luntur. Ketika perang telah berakhir, katun abu-abu hijau bisa diimpor lagi dari Twente Belanda.
Seragam Sersan KNIL, Made in Garut.
Pada tahun 1926, produksi kapas abu-abu hijau juga dimulai di Hindia-Belanda, tepatnya di Cirebon. Tujuannya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan kapas abu-abu hijau di Hindia-Belanda. Dengan produksi dalam negeri ini, maka dapat menghemat pengeluaran, seiring terjadinya penurunan ekonomi –malaise pada waktu itu. Industri tekstil Hindia-Belanda ini, dapat memenuhi total permintaan KNIL pada tahun 1934. Dengan ketersediaan bahan seragam yang melimpah dan cukup berkualitas, maka seragam KNIL didesain ulang. Grijs-Groen Katoenen Jas Model 1911, akhirnya, dapat digunakan juga sebagai seragam upacara –menghapuskan donkerblauw uniform. Pada tahun 1936, pabrik tenun di Garut mulai memproduksi grijs-groen katoenen dengan kualitas yang lebih baik. Katun ini disebut sebagai: Garoet-B. Satu-satunya pabrik tenun di Garut, saat itu, adalah Preanger Bontweverij atau yang dikenal kemudian sebagai: Pabrik Tenun Garut (PTG). Meskipun tidak semua diproduksi di Garut, ternyata semua katun abu-abu hijau yang diproduksi di Hindia-Belanda tahun 1926-1936 kemudian sering disebut sebagai: jenis Garoet-A. Dengan kata lain, orang Belanda menamakan grijs-groen katoenen itu sebagai jenis katoenen Garoet –Garoet-stof. Dengan demikian, ada dua jenis katun: Garoet A dan Garoet B. Sangat mungkin penamaan grijs-groen katoenen ini sebagai katoenen Garoet, disebabkan katun produksi Garut ini adalah jenis yang terbaik. Pada tanggal 20 Juli 1950, KNIL dibubarkan –menyusul ditandatanganinya Konperensi Meja Bundar pada tanggal 27 Desember 1949. Dengan pembubaran KNIL ini, maka jelas, pasar grijs-groen katoenen dari PTG menjadi berkurang.
SK Pembubaran KNIL oleh Ratu Juliana

Sirine
Sumber Suara Sirine, Pabrik Tenun Garut.
Lengkingan sirene dari mulut cerobong asap dapur pabrik PTG, setiap hari kerja, membangunkan warga Garut hingga radius 10 km. Sesungguhnya, bunyi sirene itu ditujukan untuk karyawan PTG dalam menjalani rutinitas di pabrik. Ada sirene persiapan kerja, sirine mulai jam kerja, sirine jam istirahat, dan sirine saat bubar kerja. Tapi karena berbunyi secara rutin itu, maka suara sirene PTG digunakan pula oleh masyarakat Kota Garut menjadi “penanda” waktu sehari-hari. Ketika sirene pertama berbunyi di pagi hari, itu pertanda anak-anak sekolah harus bergegas berangkat, karena jam telah menunjukkan tepat pukul 06.30. Dan, begitu seterusnya. Khusus pada bulan Ramadhan, sirene PTG punya tugas tambahan, yakni: tiap menjelang Shubuh dan saat berbuka puasa, maka sirene akan melengking nyaring.
Pada masa bupati Garut periode 1960-1966, R. Gahara Widjaja Soeria, sirene PTG digunakan sebagai tanda untuk masyarakat Kota Garut memulai kegiatan membersihkan lingkungan kota. Seminggu sekali sirene dibunyikan pada pukul 09.30. Konon, saat itu semua komponen masyarakat ikut terlibat, hingga dalam waktu setengah jam disetiap minggunya itu, aktivitas yang ada di kota hanyalah: beberesih (bersih-bersih). Tak heran, di tahun 1962 Kota Garut meraih predikat sebagai Kota Terbersih di Indonesia, dan Presiden Soekarno secara khusus memberi julukan sebagai: Kota Intan.
Sirine Bubar Kerja, Karyawan Pabrik Tenun Garut - 1939.


***

2 komentar:

  1. Hallo permisi boleh minta arsip atau foto mengenai ptg, kebetulan uyut saya kl tidak salah adalah salah satu direktur ptg bernama rd lomri dan saya ingin menggali lebih jauh mengenai sejarah keluarga, terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo kang? Kebetulan skripsi saya akan membahas terkait PTG. Apakah akang tertarik untuk membantu saya? Barang kali saya juga bisa membantu akang mencari sejarah keluarga akang. Please contact me at instagram @azmiyasfii

      Hapus