Minggu, 07 Desember 2014

Kisah Sunan Gunung Jati dalam Babad Cirebon



Cirebon awal mulanya didirikan oleh tokoh Raden Walangsungsang alias Pangeran Cakrabuana alias Haji Abdullah Iman, putra Prabu Siliwangi, uwa Syarif Hidayatulloh alias Sunan Gunungjati. Dalam kisah ini, Islam secara jelas telah memasuki panggung politik kekuasaan dengan berhasilnya menggeser sistem kerajaan kedalam sistem kesultanan dengan pusat pemerintahan di daerah-daerah atau kota-kota pesisir Utara Pulau Jawa.

Naskah Babad Cirebon
Perbedaan antara naskah-naskah periode Islamisasi dengan naskah-naskah periode Islam, tidak terdapat garis batas yang tegas. Namun, satu hal yang patut dipertimbangkan bahwa dalam periode Islam, unsur-unsur agama Islam umumnya muncul sejak awal pemberangkatan cerita. Di samping itu, teks-teks naskah Sunda yang muncul pada periode ini umumnya berisi kisah hagiografi, seperti: kisah para nabi, kisah Kangjeng Nabi Muhammad beserta keturunannya, kisah para sahabat, serta kisah para wali. Naskah-naskah Sunda yang teksnya berisi cerita kisah para wali biasanya dikenal dengan judul: Babad Cirebon, Sajarah Lampahing Parawali Kabéh, Sajarah Para Oliya, Sajarah Sunan Gunungjati, dan Wawacan Wali Sanga. Sesungguhnya isi dari kelima judul naskah tersebut pada dasarnya sama saja, perbedaan hanya terletak pada penekanan penamaan judul. Intinya, melukiskan proses penyebaran agama Islam di Sunda dan Pulau Jawa dengan mengambil latar tempat utama: Cirebon.
Berikut ini disajikan garis besar isi teks Babad Cirebon tersebut berdasarkan salah satu versi naskah koleksi Museum Sri Baduga Jawa Barat:
1.        Manggala Sastra:
a.    Puji-pujian dan doa atas keagungan Tuhan YME.
b.    Amanat bagi para pembaca dan/atau pendengar.
2.        Raja Pajajaran ditinggalkan putra-putranya:
a.    Sembilan putra Prabu Siliwangi dari isteri yang lain masing-masing pergi bertapa.
b.    Raden Walangsungsang diusir ayahanda, Prabu Siliwangi, tatkala menceritakan tentang mimpinya bertemu dengan Nabi Muhammad agar berguru agama Islam kepada Syekh Nurjati dari Mekah yang tengah berada di gunung Amparan.
c.    Walangsungsang bertemu dengan Syekh Ora (Quro) di Karawang dan mendapat petunjuk jalan ke gunung Amparan.
d.   Di gunung Marapi Walangsungsang bertemu dengan Pendeta Buda, juga dengan Syekh Danuwarsi yang kemudian berguru kepada mereka.
3.        Prabu Siliwangi ditinggalkan Nyai Rarasantang untuk mengikuti Walangsungsang:
a.    Patih Arga tidak berhasil menyusul Nyai Rarasantang dan terus menetap di Tajimalela.
b.    Di gunung Tangkubanparahu, Rarasantang ditemukan Nyai Indang Saketi (Sapirasa) lalu dibekali azimat baju Antakusumah dan diberi nama Nyi Batin.
c.    Di gunung Cilawung, Batara Angganali menamainya Nyai Eling dan diramal akan melahirkan anak yang bakal menjadi wali kutub serta diberi petunjuk jalan ke gunung Marapi.
d.   Bertemu dengan kakaknya yang telah mendapat nama baru dan Ali-Ali Ampal dari Syekh Danuwarsi.
e.    Rarasantang bersama Nyai Indang Geulis (isteri Somadullah alias Walangsungsang), puteri Danuwarsi, dimasukkan ke dalam Ali-Ali Ampal menuju gunung Ciangkup.
4.        Walangsungsang mendapat azimat lagi:
a.    Berhasil meranjau Raja Bango dan diancamnya akan dibunuh.
b.    Diajak Raja Bango ke istananya dan ia berubah menjadi seorang lelaki tampan lalu menyerahkan Pendil Wesi dan Piring Bareng, sambil menamai Walangsungsang dengan Raden Kuncung.
5.        Walangsungsang bertemu dengan Syekh Nurjati, Syekh Nurbayan, Syekh Datul Kahfi:
a.    Di gunung Amparan diajari tentang agama Islam.
b.    Ditugasi membuka perkampungan dan diganti namanya menjadi Cakrabumi atau Cakrabuana dan membangun masjid Panjunan.
6.        Rarasantang dan Indang Geulis dikeluarkan dari Ali-Ali Ampal oleh Walangsungsang:
a.    Mereka tinggal bersama di Kanoman.
b.    Bekerja sebagai penjaring dan pembuat terasi.
c.    Bersama Rarasantang pergi ke Mekah menunaikan ibadah haji.
7.        Rarasantang menjadi Permaisuri Sultan Mesir:
a.    Di Mekah, Walangsungsang dan Rarasantang tinggal di Syekh Bayanullah, kenalan Syekh Nurbayan dan berguru ilmu agama Islam kepadanya.
b.    Perjumpaan Walangsungsang dan Rarasantang dengan Patih Mesir seusai naik haji.
c.    Bersama Syekh Bayan Sidik, mereka menghadap Raja Mesir.
d.   Walangsungsang mengizinkan adiknya dijadikan Permaisuri Raja Mesir.
e.    Walangsung menerima separuh sorban dari Raja Mesir serta ia diberi nama Syekh Abduliman.
8.        Walangsungsang berpamitan kepada Raja Mesir dan Permaisuri:
a.    Bersama Syekh Bayanullah merencanakan pulang ke tanah Jawa.
b.    Walangsungsang menjelajahi wilayah negeri Mekah hingga kesasar ke Aceh.
c.    Walangsungsang menyembuhkan Sultan Kut dan memungut bayinya.
d.   Syekh Bayanullah yang tak sabar menunggu Walangsungsang, segera pergi ke Jawa.
e.    Walangsungsang menyusul Syekh Bayanullah.
f.     Walangsungsang menyamar sebagai kakek-kakek bertemu dengan Syekh Bayanullah yang bermaksud menemui Syekh Nurbayan.
g.    Syekh Bayanullah disuruh ke gunung Gajah dan bersedekah kepada tiap-tiap orang yang lewat.
9.        Walangsungsang menemui gurunya:
a.    Walangsungsang teringat kepada Syekh Nurjati di Panjunan.
b.    Syekh Nurjati sempat menulis surat agar Walangsungsang menyusul Indang Geulis.
c.    Menjelang kepergiannya ke Pandan Jalma menyusul Syekh Nurjati, Walangsungsang berpesan kepada isterinya agar menyerahkan kandaga jika kelak kedatangan wali asal Mekah dan apabila melahirkan bayi perempuan harus diberi nama Pakungwati.
d.   Dalam tulisannya di Pandan Jalma, gurunya itu memerintahkan supaya membuka perkampungan di tempat itu dengan nama Sela Pandan.
e.    Tinggal bersama dengan Nyi Gandasekar atau Nyi Paguragan, anak pungutnya dari Sultan Aceh.
10.    Rarasantang kedatangan Burung Sorga:
a.    Rarasantang minta kepada suaminya agar kelak bisa melahirkan putra kembar sebagai pemimpin di bumi.
b.    Raja Mesir menerima ilham.
11.    Kelahiran Syarif Hidayat:
a.    Raja Utara, yakni raja Mesir meninggal dunia di negeri Rum ketika menengok adiknya, Raja Yuta, sekaligus akan berbelanja untuk merayakan tujuh bulan kehamilan Rarasantang.
b.    Rarasantang melahirkan putra kembar.
c.    Menjelang dewasa, Syarif Hidayat mendapat ilham.
d.   Syarif Hidayat mengembara mencari hakekat Muhammad.
e.    Syarif Hidayat menyembuhkan Naga Pertala dan menerima azimat Cincin Marbut Putih, lalu mendapat petunjuk jalan ke Pulau Majeti untuk menemui seorang pertapa.
12.    Syarif Hidayat bertemu dengan Syekh Nata Ula:
a.    Syekh Nata Ula asal Mekah yang tak berhasil menemui Nurbayan bertapa di Pulau Marda alias Pulau Majeti.
b.    Bertemu dengan Syarif Hidayat, lalu bersama-sama hendak mengambil Cincin Mamlukat.
13.    Perebutan Cincin Mamlukat:
a.    Syarif Hidayat memperoleh Cincin Mamlukat Nabi Sulaeman dan nama baru sebagai Imam Lukat Raspati.
b.    Syekh Nata Ula terpental ke tanah Jawa sedangkan Syarif Hidayat terjatuh di gunung Surandil.
c.    Rarasantang menemui gurunya, Syekh Nurjati di gunung Amparan serta diberi nama Babu Dampul dan melanjutkan bertapa di sana.
14.    Syarif Hidayat di gunung Surandil:
a.    Bertemu dengan kendi dan menerima wangsit.
b.    Bertemu dengan Syekh Kamarullah asal negeri Cempa di pertapaannya yang tak berhasil menemui Syekh Nurjati untuk berguru.
c.    Memperbincangkan masalah agama Islam dan akhirnya Syekh Kamarullah menghilang pergi ke tanah Jawa.
15.    Syarif Hidayat bermikraj:
a.    Raja Yuta ke tanah Jawa serta bertapa nyungsang ‘menukik’ di gunung Kancana atas petunjuk Syarif Hidayat.
b.    Syarif Hidayat menerima sepotong roti dan mendapat petunjuk agar mengejar Nabi Khidir.
c.    Syarif Hidayat terpental ke tanah Ajrak hingga pingsan setelah makan buah kamuksan dari raja.
d.   Sukma Syarif Hidayat mengembara ke jagat raya sehingga dapat menyaksikan seluruh keadaan di setiap tingkatan langit dan akhirnya bertemu dengan Nabi Muhammad, lalu mendapat penerangan tentang hakikat hidup dan mati serta seluk-beluk agama selengkapnya.
16.    Syarif Hidayat di tanah Jawa:
a.    Syarif Hidayat dengan nama baru Kangjeng Sinuhun Jati diperintah  Nabi Muhammad pergi ke tanah Jawa menjumpai Syekh Datuliman Sidik.
b.    Syarif Hidayat berjumpa dengan ibunya di gunung Jati.
c.    Berkat Cincin Mamlukat, akhirnya Syekh Nurjati dapat dijumpai pula.
17.    Syarif Hidayat bermukat tentang ilmu agama:
a.    Syeh Nurjati dengan nama Syekh Lemah Abang atau Pangeran Madati menghilang setelah menyerahkan “kitab agung” kepada Syarif Hidayat.
b.    Syarif Hidayat diberi tahu ibunya tentang Kamarullah yang telah banyak muridnya, di antaranya: Pangeran Kendal, Pangeran Kajoran, dan Pangeran Makdum.
c.    Syarif Hidayat diberi tahu Syekh Kamarullah tentang Syekh Bayanullah yang berada di gunung Gajah.
18.    Syarif Hidayat mengumpulkan muridnya di Cirebon:
a.    Syekh Bayanullah hendak berguru setelah melihat keampuhan keramat kalimat syahadat yang diucapkan Syarif Hidayat bisa mengubah pohon pinang menjadi emas.
b.    Syekh Nata Ula alias Syekh Damar Cahaya menyatakan hendak berguru ketika air tempat pertapaannya kering berkat keramat kalimat syahadat Syarif Hidayat.
c.    Bermupakat kitab warisan Syarif Juned asal Mekah dengan Syekh Mayang.
d.   Sunan Kendal yang bertapa bisu ketahuan Syarif Hidayat, lalu ia hendak berguru kepada Syarif Hidayat.
e.    Bertemu dengan Syekh Makdum yang bertapa muncung di Blambangan.
f.     Di Madura bertemu dengan Pangeran Kajoran yang bertapa menatap matahari.
g.    Mengejar Ratu Buda yang melarikan diri ke dasar laut, lalu bertemu dengan Patih Keling yang akhirnya menyatakan hendak berguru.
h.    Perjalanan berakhir di Palembang dan menyuruh Syekh Palembang ke Cirebon jika hendak berguru.
19.    Syarif Hidayat menjelang persinggahannya di gunung Jati Cirebon:
a.    Menyamar jadi dukun di negeri Cina serta menyembuhkan orang-orang sakit.
b.     Meramal kandungan yang dibuat-buat dalam puteri Raja Cina.
c.    Puteri Cina menyusul Syarif Hidayat yang dibuang ke laut, dan bertemu dengan Nabi Khidir.
d.   Syarif Hidayat diberi tahu Nabi Khidir bahwa puteri itu adalah anaknya, lalu menerima azimat Antabumi dan nama Nyi Junti untuk puterinya.
e.    Ke Mesir untuk memungut putera adiknya, Raja Syarif Arifin, yang bernama Nyi Pulung Ganda.
f.     Singgah di Karawang dan bermupakat tentang kalimat syahadat dengan Syekh Ora (Quro).
g.    Tiba di Cirebon mengajari murid-muridnya.
h.    Nyi Indang Geulis menyerahkan kandaga atas pesan suaminya kepada Syarif Hidayat.
i.      Tinggal bersama isterinya, Pakungwati di Kawedrahan.
j.      Raden Sahid Abdurahman dan Araswulan ditinggal mati ayahnya.
20.    Negeri Tuban dijual:
a.    Seluruh harta kekayaan negeri Tuban habis dipakai sedekah oleh Nurkamal alias Raden Sahid Abdurahman.
b.    Negeri Tuban dijual oleh Nurkamal, uangnya dibelikan dongeng dari kakek-kakek dan dihadiahi si Bonet.
c.    Nurkamal membaktikan diri di negeri Urawan dengan penuh setia.
21.    Sahid Abdurahman terhindar dari maut:
a.    Dipitnah oleh permaisuri negeri Urawan.
b.    Mengabdikan diri di Kediri atau negeri Liwungan dan dijadikan suami Ratu.
c.    Menangkap kelabang putih yang keluar dari kemaluan putri dan berubah menjadi keris Kalamuyeng.
22.    Sahid Abdurahman mencari guru sejati:
a.    Berguru di Ampel Denta, diperintah bertapa Braja oleh Kamarullah dan diberi nama Lokajaya.
b.    Syekh Mayang Dulkahfi memperlihatkan keampuhan keramat kalimat syahadat kepada penyamun (Lokajaya).
c.    Syekh Bayanullah dan Nyi Mukena tak berhasil disamun oleh Lokajaya. Atas perintah mereka, Lokajaya mengubur diri hingga leher dalam tanah dan berganti nama jadi Jagabaya.
23.    Araswulan meloloskan diri dari Tuban:
a.    Bermikraj dan dihadiahi baju dari kulit ular oleh Dzulkarnaen.
b.    Siuman lalu menunggangi kijang jadi-jadian milik Nabi Khidir.
c.    Raja Rum yang tengah bertapa nyungsang dimintai pertanggungjawaban atas kehamilannya.
d.   Pangeran Drajat alias Kidang Talangkas lahir dari ibu jari Araswulan.
e.    Araswulan bertapa di Nusakambangan.
24.    Keadaan di Majapahit:
a.    Raden Husen diangkat sebagai senapati dengan julukan Adipati Terung.
b.    Raden Patah tidak menerima jabatan sebagai raja.
c.    Raden Patah berguru kepada Syekh Ampel Denta dan Syekh Bayanullah.
25. Sahid Abdurahman berjumpa dengan Syekh Maruf (nama lain dari Syarif Hidayat):
a.    Sahid Abdurahman sudah diangkat lagi dari kuburnya oleh Syekh Bayanullah.
b.    Sahid Abdurahman hendak berguru kepada Sunan Purba, disuruh menunggu sejenak oleh Syekh Maruf.
26.    Syekh Maruf menemui leluhurnya:
a.    Prabu Siliwangi sudah menghilang beserta kerajaan dan rakyatnya.
b.    Menemui kakak ibunya, yaitu Pangeran Cakrabuana alias Kuwu Sangkan.
27.    Syekh Maruf mendapat murid baru:
a.    Mengajari Pangeran Drajat dan memberinya nama Pangeran Darma Kusumah.
b.    Jaka Tarub selesai bertapa mencari kalimah syahadat, lalu menyatakan  hendak berguru kepada Syarif Hidayat.
28.    Sahid Abdurahman mencari 100 biji kemiri:
a.    Menunggu Syarif Hidayat yang akan mengajarinya di tepi pantai.
b.    Terhanyut ke dasar laut ketika mengambil biji kemirinya.
c.    Diajari ilmu agama oleh Nabi Khidir serta diberi sebilah pisau di Pulau Hening.
d.   Bertapa di gunung Diyeng sambil melukis pada dindingnya tentang kisah Buda.
e.    Memerintahkan Prabu Kontea, Ratu Buda berguru agama Islam di Cirebon.
f.     Menerima Kitab Mustaka Jamus dari Prabu Kontea, menemui Syarif Hidayat untuk mencoba kekuatan ilmunya.
29.    Pengukuhan jabatan wali:
a.    Para wali mencari bahan bangunan.
b.    Pangeran Tuban menunggu Syarif Hidayat ditemani benda-benda yang bisa bicara.
c.    Sahid Abdurahman menyerahkan Layang Kalimah dan Kitab Jamus kepada Syarif Hidayat.
d.   Para wali diwisuda/dilantik, Syarif Hidayat diangkat sebagai Sultan Kangjeng Sinuhun Cirebon sekaligus Ratu Aulia, Pangeran Makdum tidak mendapat pangkat sunan, Sunan Kalijaga sebagai ketua.
e.    Mencetak wayang, mendirikan Masjid Agung “Sang Ciptarasa” Cirebon.
f.     Prabu Kontea dimakamkan di gunung Sembung, Puteri Cina (ibunya Nyi Junti) dikuburkan di Kanoman.
30.    Pertempuran antara pasukan Islam dengan pasukan Majapahit:
a.    Sunan Kudus (alias Syekh Nata Ula) diangkat senapati Islam dengan dipinjami baju si Bonet oleh Sunan Kalijaga (Pangeran Tuban).
b.    Dipati Terung dari Majapahit tampil ke medan perang.
c.    Sunan Kudung (Sunan Kudus) tewas di tangan Dipati Terung.
d.   Raden Bintara (alias Raden Patah) maju memimpin pasukan Islam menghadapi Dipati Terung.
31.    Majapahit Runtuh:
a.    Raden Bintara mengadu kesaktian dengan Dipati Terung.
b.    Dipati Terung tewas di tangan Raden Bintara.
c.    Mahaprabu Majapahit dan pembesar lainnya beserta negerinya menghilang.
32.    Kekuasaan Islam makin kokoh:
a.    Raden Patah diangkat sebagai Sultan Demak, dinikahkan kepada Nyi Pulung Ganda.
b.    Para bupati mengikuti sayembara Nyi Panguragan.
c.    Pangeran Suka (Soka alias Syekh Magelung) dari negeri Sam bertemu dengan seorang kakek-kakek, hanya dengan jari tangan rambutnya terpotong.
d.   Disuruh menemui Nyi Panguragan mengadu kesaktian.
e.    Nyi Panguragan bersembunyi pada jubah Sunan Purba, Pangeran Suka lemah tak berdaya.
f.     Nyi Panguragan dan Pangeran Suka berikrar janji tentang pernikahannya di akhirat kelak di hadapan Sunan Purba, Lurah dan Lebai Pakiringan.
g.    Kecuali Ki Gedeng Majudin (Gedeng Palumbon), para bupati memeluk agama Islam.
33. Gedeng Palumbon disuruh bertapa oleh Syarif Hidayat:
a.    Gedeng Kuningan tidak menuruti ajakan Gedeng Palumbon untuk tidak berguru kepada Sunan Gunungjati atau Sunan Jati.
b.    Syekh Kamil (Sunan Purba) berhasil menyempurnakan mayat Gedeng Kuningan.
c.    Gedeng Palumbon hendak berguru kepada Sunan Purba, disuruh bertapa di gunung Cigugur.
d.   Di masjid Cirebon tengah berkumpul para wali.
34.    Kondisi Kerajaan Galuh:
a.    Para ponggawa menghadap Ratu Galuh.
b.    Ratu Galuh memerintahkan para ponggawa menyiapkan pasukan.
35.    Di perjalanan:
a.    Pasukan Galuh di bawah komando Limas Patih Suradipa menuju ke sebuah bukit.
b.    Pangeran Arya Kamuning diiringi Patih Waruangga dan Anggasura hendak menghadap ke Cirebon.
36.    Pangeran Arya Kamuning memerintahkan pengiringnya kembali:
a.    Anggasura melaporkan tujuan pasukan Galuh kepada Arya Kamuning.
b.    Sultan Demak (Raden Patah) ke Cirebon hendak membicarakan soal pernikahan putranya.
c.    Para wali sedang bermupakat ilmu agama di Cirebon.
37.    Pangeran Arya Kamuning mengatur pasukan:
a.    Para wali bersiap-siap akan ke Demak.
b.    Arya Kamuning melaporkan tentang pasukan Galuh.
c.    Para wali tetap pada rencana semula.
d.   Arya Kamuning dengan restu para wali menghadapi musuh.
38.    Pertempuran antara pasukan Islam melawan pasukan Galuh:
a.    Pasukan Galuh dipimpin oleh tiga orang senapati, yaitu: Ki Pande Domas, Suradipa, dan Dipakuan (pembesar Leuwimunding).
b.    Anggasura tewas oleh Ki Suradipa yang dibantu Ngabehi Dipasara.
c.    Waruangga maju, Suradipa dibantingkan, terdesak.
d.   Pasukan Kuningan terdesak oleh Pasukan Rajagaluh, Ciamis, dan Palimanan.
e.    Arya Kamuning maju berperang dan pasukan musuh kocar-kacir.
39.    Dalem Kiban dari Galuh maju ke medan perang:
a.    Patih Leuwimunding melaporkan pasukannya yang terdesak Arya Kamuning.
b.    Pasukan Galuh mendapat semangat baru.
40.    Perang tanding:
a.    Arya Kamuning mengendarai kuda si Windu, Dalem Kiban mengendarai Gajah.
b.    Balatentara kedua belak pihak bertaruhan.
c.    Gajah diterjang si Windu, Dalem Kiban tersungkur.
d.   Arya Kamuning dan Dalem Kiban berlaga, saling pukul dan saling dorong selama tiga bulan, akhirnya lenyap di pesisir Utara.
e.    Balatentara kedua belah pihak berlarian melapor kepada induk semangnya.
41.    Pertempuran berlanjut:
a.    Kuwu Sangkan (Cakrabuana) memaksakan diri hendak ke medan perang, tersesat ke gunung Panorajati lalu bertafakur.
b.    Patih Anggasura lapor kepada Sunan Jati Purba tentang hilangnya Arya Kamuning dan Dalerm Kiban.
c.    Patih Keling memimpin pasukan berhadapan dengan Suradipa.
d.   Pangeran Kajoran berhadapan dengan Sanghyang Pandewesi, Pandewesi menghilang tak tertangkap.
e.    Patih Gempol dari Galuh tampil mengendarai kuda sembrani, tak terlawan oleh para panglima Islam.
f.     Balatentara kedua belah pihak berhamburan.
42.    Kemenangan pihak Islam:
a.    Cakrabuana mendengar suara gaib yang menyatakan pemberian maaf.
b.    Cakrabuana maju ke medan perang, melihat Patih Gempol mengendarai kuda terbang.
c.    Golok Cabang mengejar-ngejar Patih Gempol.
d.   Kuda sembrani jatuh ke gunung Kap, Patih Gempol melarikan diri ke gunung Gundul bersatu dengan siluman.
e.    Ki Elek dan ki Igel dari Galuh sesumbar menantang Cakrabuana.
f.     Kuwu Sangkan (Cakrabuana) melemparkan Kopeah Waring, Elek dan Igel linglung lalu tertangkap.
g.    Cakrabuana masuk ke dalam kendi tempat persembunyian Ratu Galuh, Ratu Galuh melarikan diri ke luar dan berubah-ubah wujud, namun dapat ditandingi oleh Cakrabuana.
h.    Ratu Galuh melarikan diri lalu bergabung dengan bangsa siluman di gunung Kumbang, mengancam keturunan Kangjeng Sinuhun Jati dari alam gaib.
i.      Dalem Ciamis beserta para dipati lainnya telah ditangkap Cakrabuana.
43.    Kangjeng Sinuhun Jati menerima laporan:
a.    Para aolia, para mantri, dan para santri bermupakat soal agama.
b.    Kuwu Sangkan menghadap kemenakannya, Kangjeng Sinuhun Jati alias Sunan Purba alias Sunan Gunungjati, melaporkan tentang keberhasilannya sambil menyerahkan tawanan perang dan barang-barang rampasan.
c.    Sunan Gunungjati memerintahkan agar semua barang disedekahkan kepada fakir miskin, para aolia, dan para pangeran yang ahli sabil.
T A M A T (Wallohu’alam bisowab)


***

1 komentar:

  1. Terimakasih atas infonya ttg artikel diatas dalam hal ini apakah bisa mempertanggungjawabkan isi artikel anda ini dan bila di ijinkan bisa kah kita kontak via email berikut alamat email saya : trade.lukah8@gmail.com

    BalasHapus