A. Fungsi dan Peran
Kelembagaan dalam Mengelola Keragaman Sosial Budaya untuk Pembangunan Nasional
Pemerintah menyelenggarakan pentas
budaya tersebut, dalam upaya mengembangkan budaya-budaya daerah, sekaligus
sebagai promosi pariwisata yang sangat menarik. Masyarakat asing, sangat
menyukai keragaman seni dan budaya bangsa Indonesia. Untuk mengelola keragaman
sosial budaya, diperlukan kelembagaan.
Keragaman sosial budaya seperti yang
telah kamu pelajari saat kelas VII, merupakan potensi untuk pembangunan
nasional. Pada materi ini, kamu akan mempelajari bagaimana peranan kelembagaan
dalam keragaman sosial budaya untuk pembangunan. Kelembagaan yang dimaksud
adalah: Lembaga Keluarga, Lembaga Agama, Lembaga Ekonomi, Lembaga pendidikan, Lembaga
Budaya, dan Lembaga Politik. Untuk memahami bagaimana peranan keenam
kelembagaan tersebut, kalian kerjakan aktivitas kelompok berikut.
Aktivitas Kelompok
1.
Bentuklah
kelompok dengan anggota 3-4 orang.
2.
Lakukan
wawancara kepada pengurus suatu lembaga dan orangtua kalian, terkait dengan
fungsi dan perannya dalam menjalankan aktivitas lembaganya.
3.
Tuliskan
kesimpulanmu di dalam kertas.
4.
Presentasikan
hasil simpulan di depan kelas.
5.
Tuliskan
simpulan hasil diskusi kelas dan bagikan ke seluruh siswa.
Sudahkah kalian selesai mengerjakan
aktivitas kelompok ? Jika sudah, tentu simpulan yang kalian peroleh terkait
dengan peran lembaga dalam mengelola keragaman sosial budaya untuk pembangunan
nasional, adalah sebagai berikut.
1.
Fungsi
dan Peran Lembaga Keluarga
Keluarga memiliki peran strategis, dalam
melakukan pendidikan keberagaman. Keluarga yang gagal menjalankan fungsinya,
akan menyebabkan terganggunya proses sosialisasi pada anak-anak.
Pengakuan atau kesadaran perbedaan,
pertama kali dialami anak-anak di dalam keluarga. Keluarga dapat memberikan
kesadaran kepada seluruh anggota, bahwa perbedaan fisik merupakan pemberian
Tuhan YME yang harus selalui dihargai dan dihormati.
2.
Fungsi
dan Peran Lembaga Agama
Kamu tentu masih ingat, beberapa lembaga
agama di Indonesia, seperti: Majelis Ulama Indonesia (MUI), Persekutuan
Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Parisada
Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), dan
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), merupakan lembaga agama
yang resmi di tingkat nasional. Di samping keenam lembaga agama tersebut, masih
terdapat berbagai lembaga agama, baik tingkat nasional maupun daerah.
Bagaimana fungsi dan peran lembaga agama
dalam mengelola keberagaman sosial budaya bangsa Indonesia ?
a.
Pemberdayaan
Umat
Paratokoh agama,
berperan penting dalam pemberdayaan masyarakat. Mereka tidak hanya mengajarkan
tentang ibadah, tetapi juga melakukan pendidikan keterampilan kepada
masyarakat.
b.
Melakukan
Komunikasi Antar-Umat Beragama
Setiap agama
memiliki perbedaan keyakinan tentang Tuhan dan cara beribadah. Perbedaan ini
kalau tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan perpecahan masyarakat.
Untuk mewujudkan komunikasi yang baik, antarpemeluk agama yang berbeda, dapat
dilakukan dengan membentuk forum antarumat beragama. Bertemunya paratokoh
agama, dapat menyelesaikan berbagai permasalahan masyarakat, bangsa, dan
negara.
3.
Fungsi
dan Peran Lembaga Ekonomi dalam Mengelola Keragaman Sosial Budaya
Keragaman sosial budaya adalah salah satu aset bangsa yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga ekonomi, dapat memanfaatkan keragaman sosial budaya tersebut untuk pembangunan nasional. Kamu telah mempelajari berbagai lembaga ekonomi di Indonesia pada tema sebelumnya. Bagaimana peran lembaga ekonomi dalam mengelola keragaman sosial budaya di Indonesia?
Salah satu fungsi dan peran lembaga
ekonomi, yaitu untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat. Indonesia
adalah salah satu tujuan wisatawan sunia, keragaman sosial budaya merupakan
salah satu daya tarik wisatawan dunia.
Gambar 4.32 Candi Prambanan di dekat
Kota Yogyakarta, merupakan salah satu cagar budaya yang dikunjungi ribuan
wisatawan asing dan domestik setiap hari. Namun, keberadaan candi sebagai
tempat wisata, berdampak munculnya lembaga ekonomi dalam bentuk pasar. Adanya
pasar berdampak pada berbagai aktivitas ekonomi, baik masyarakat Yogyakarta
maupun masyarakat lain di luar Yogyakarta. Pedagang di kawasan candi pada
umumnya menjual hasil kerajinan yang dihasilkan masyarakat Yogyakarta, juga menjual
pakaian batik dari Solo dan Pekalongan, serta menjual kain lurik dan makanan
dari Klaten.
Daya tarik candi Prambanan juga didukung
oleh keragaman sosial budaya masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.
4.
Fungsi
dan Peran Lembaga Pendidikan dalam Mengelola Keragaman Sosial Budaya
Lembaga pendidikan formal dan non
formal, memiliki peran penting dalam mengelola keragaman sosial budaya untuk
pembangunan nasional. Lembaga pendidikan berperan dalam melakukan transformasi
budaya masyarakat. Pelajaran bahasa daerah di sekolah, sebagai salah satu
bentuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan berupa bahasa. Saat ini,
banyak sekolah yang mengajarkan seni tradisional, seperti: membatik, seni tari,
dan sebagainya.
Selain mengajarkan budaya masyarakat,
lembaga pendidikan juga berperan penting dalam mengelola keragaman budaya
masyarakat. Kamu dapat mengamati kegiatan kesenian di sekolahmu. Pelajaran seni
tari yang mengajarkan tarian daerah, merupakan salah satu contoh pendidikan
keragaman budaya.
5.
Fungsi
dan Peran Lembaga Budaya dalam Mengelola Keragaman Sosial Budaya
Lembaga budaya memiliki arti penting,
dalam mengelola keragaman sosial budaya untuk pembangunan nasional. Peran serta
lembaga adat, dalam mewariskan dan mengembangkan budaya secara turun temurun.
6.
Fungsi
dan Peran Lembaga Politik
Lembaga politik memiliki peran penting
dalam mengelola keragaman sosial budaya bangsa Indonesia. Kamu tentu masih
ingat, beberapa lembaga politik yang kamu identifikasi pada kelas VII, yakni:
MPR
Aktivitas Kelompok
1.
Bentuklah
kelompok dengan anggota 3-4 orang.
2.
Diskusikan
peranan kelembagaan politik dalam mengelola keragaman sosial budaya untuk
pembangunan nasional.
3.
Tuliskan
hasil diskusimu pada tabel berikut ini.
Lembaga
Politik
|
Peran dalam
Mengelola Keragaman Sosial Budaya
|
Penjelasan
|
MPR
|
||
DPR
|
Menetapkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
|
Dengan keluarnya UU ini, maka benda
cagar budaya di Indonesia dapat dilestarikan.
|
Kepresidenan
|
||
MA
|
||
DPA
|
||
BPK
|
||
Pemerintah Daerah
|
4.
Presentasikan
hasil diskusimu di depan kelas.
Setelah kamu melaksanakan aktivitas
kelompok di atas, tentu kamu dapat mengidentifikasi fungsi dan peran lembaga
politik dalam mengelola keragaman budaya. MPR sebagai lembaga yang memiliki
wewenang mengubah dan menetapkan undang-undang, dapat berperan membuat
Undang-Undang Dasar yang memungkinkan berkembangnya keragaman: suku bangsa,
bahasa, budaya, dan agama, masyarakat. Fungsi dan peran lembaga politik dalam
mengelola keragaman sosial budaya, misalnya dapat dilakukan sebagai berikut:
a.
Menyusun
perundang-undangan yang melindungi keragaman sosial budaya masyarakat
Indonesia.
b.
Menyusun
perundang-undangan yang memungkinkan berkembangnya keragaman sosial budaya.
c.
Mengelola
keragman sosial budaya, demi pembangunan nasional.
Wawasan
Dalam melaksanakan Fungsi Legislasi,
Fungsi Anggaran, dan Fungsi Pengawasan, DPR mempunyai tugas dan wewenang,
antara lain:
·
Membentuk
undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
·
Membahas
dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang.
·
Menerima
dan membahas usulan Rancangan Undang-Undang yang diajukan oleh DPD yang
berkaitan dengan bidang otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat
dan daerah dan mengikut sertakan dalam pembahasannya dalam awal pembicaraan
tingkat I.
·
Mengundang
DPD untuk melakukan pembahasan rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPR
maupun oleh Pemerintah, sebagaimana dimaksud pada huruf c, pada awal
pembicaraan tingkat I.
·
Memperhatikan
pertimbangan DPD atas Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan
agama, dalam awal pembicaraan tingkat I.
·
Menetapkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD.
·
Membahas
dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap
pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
pajak, pendidikan, dan agama.
·
Memilih
anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
·
Membahas
dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara
yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
·
Mengajukan,
memberikan persetujuan, pertimbangan/konsultasi, dan pendapat.
·
Menyerap,
menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.
·
Melaksanakan
tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan undang-undang.
Renungkan
Indonesia memiliki keragaman sosial
budaya. Keragaman tersebut, harus selalu dijaga dan dikembangkan demi
pembangunan nasional. Pengelolaan keragaman sosial budaya masyarakat Indonesia,
tidak boleh merusak nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat Indonesia.
Apakah kamu telah memahami fungsi dan
peran kelembagaan, dalam mengelola keragaman sosial budaya Indonesia ? Untuk
mengetahui pemahamanmu tentang materi tersebut, kerjakan latihan di bawah ini.
Latihan
Tingkatan
|
Soal
|
Menjelaskan
|
Jelaskan fungsi dan peran keragaman
bahasa dalam pembangunan nasional.
|
Menerapkan
|
Jelaskan dengan menunjukkan
bukti-bukti bahwa keragaman budaya, dapat memperkaya kebudayaan nasional.
|
Menganalisis
|
Bagaimana hubungan keragaman sosial
budaya dengan kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia.
|
Mengevaluasi
|
Bagaimana pendapatmu dengan munculnya
perasaan bahwa budaya yang dimiliki merupakan kekayaan bangsa Indonesia.
|
Mengkreasi
|
Bagaimana strategi untuk melestarikan
dan mengembangkan Batik Indonesia, sebagai warisan dunia.
|
B. Kemerdekaan
sebagai Modal Pembangunan
Salah satu modal sosial yang sangat
penting dalam pembangunan nasional adalah kemerdekaan. Kekayaan suku bangsa,
budaya, bahasa, dan agama, tidak akan dapat berkembang dengan baik, tanpa modal
kemerdekaan. Pada tema 2, kamu mempelajari bagaimana perjuangan bangsa
Indonesia memperjuangkan kemerdekaan. Kemerdekaan memberikan kebebasan bangsa
Indonesia, menentukan nasib sendiri.
Bagaimana perjuangan pergerakan nasional
tersebut, berhasil mengantarkan bangsa Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan ?
Kamu akan mempelajari pada uraian di bawah ini.
Bangsa Indonesia pada saat ini (tahun
2014) telah menikmati kemerdekaan selama 69 tahun. Supaya kamu lebih menghayati
bagaimana kenikmatan kemerdekaan yang dimiliki bangsa Indonesia sekarang, kamu
perlu mempelajari bagaimana pembangunan di Indonesia pada masa penjajahan.
Untuk mengetahui pembangunan di Indonesia pada masa penjajahan sampai bangsa
Indonesia mencapai kemerdekaan, kamu pelajari uraian berikut ini.
1.
Perubahan
Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan Bangsa Barat
Kamu telah mempelajari bagaimana kondisi
masyarakat Indonesia pada masa penjajahan. Pada perjalanan sejarah sejak masa
kolonialisme VOC, pemerintah Hindia Belanda, pemerintah Inggris, dan pendudukan
Jepang, tentu kalian menemukan berbagai perubahan pada masyarakat Indonesia.
Perubahan apa saja yang terjadi pada masyarakat Indonesia pada masa penjajahan,
kalian kerjakan aktivitas kelompok berikut.
Aktivitas Kelompok
Petunjuk mengerjakan:
1.
Bentuklah
kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari 3-4 orang.
2.
Carilah
di internet atau membaca buku di perpustakaan terkait dengan materi tentang
perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan.
3.
Lengkapilah
kolom berikut sesuai dengan materi yang kalian peroleh.
4.
Tulis
hari/tanggal dan identitas kalian (nama, nomor, dan kelas).
5.
Presentasikan
hasil kerja kalian di depan kelas.
6.
Tulis
simpulan yang diperoleh.
No.
|
Aspek
Perubahan
|
Deskripsi
Perubahan
|
1.
|
Perluasan Penggunaan Lahan
|
|
2.
|
Persebaran Penduduk dan Urbanisasi
|
|
3.
|
Pengenalan Tanaman Baru
|
|
4.
|
Penemuan Tambang-tambang
|
|
5.
|
Transportasi dan Komunikasi
|
|
6.
|
Perkembangan Kegiatan Ekonomi
|
|
7.
|
Mengenal Uang
|
|
8.
|
Perubahan dalam Aspek Budaya
|
Apakah kalian sudah selesai mengerjakan
aktivitas kelompok ? Jika sudah, tentu hasil kesimpulan yang kalian peroleh
terkait dengan perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan, meliputi:
a.
Perluasan
penggunaan lahan
Perkebunan di Indonesia, telah
berkembang sebelum masa penjajahan. Pada masa penjajahan, terjadi perubahan
besar dalam perkembangan perkebunan di Indonesia. Penambahan jumlah lahan untuk
tanaman ekspor, dilakukan diberbagai wilayah Indonesia.
Pada masa pemerintah kolonial Hindia
Belanda, banyak perusahaan asing yang menanamkan investasi di Indonesia.
Berhektar-hektar hutan, dibuka untuk lahan perkebunan. Saluran irigasi Bendung
Komering 10 (BK 10) di Desa Gumawang, Belitang Madang Raya – Kabupaten OKU
Timur, Sumatera Selatan, dibangun sejak masa Hindia Belanda. Daerah OKU Timur
yang awalnya hutan belantara, berubah menjadi lahan pertanian dan perkebunan
yang sangat subur. Sepanjang aliran irigasi tersebut, menjadi lumbung padi
Sumatera Selatan hingga sekarang.
b.
Persebaran
penduduk dan urbanisasi
Kamu tentu masih ingat dengan politik
ethis, yang terdiri dari: irigasi, transmigrasi, dan edukasi. Sejarah
transmigrasi Indonesia, terjadi pada akhir abad XIX. Tujuannya: untuk
menyebarkan tenaga murah diberbagai perkebunan Sumatera dan Kalimantan.
Pembukaan perkebunan pada masa kolonial Barat di Indonesia, telah berhasil
mendorong persebaran penduduk Indonesia. Persebaran penduduk ke luar Jawa,
hingga saat sekarang memiliki dampak sosial juga dampak ekonomi yang positif.
Dulunya sebagai tenaga murah, berbalik menjadi majikan.
Munculnya berbagai pusat industri dan
perkembangan berbagai fasilitas di kota, menjadi daya dorong terjadinya
urbanisasi. Daerah yang awalnya hutan belantara, menjadi ramai dan gemerlap
karena ditemukan tambang.
c.
Pengenalan
tanaman baru
Pengaruh pemerintah kolonial Barat dalam
satu sisi memiliki pengaruh positif dalam mengenalkan berbagai tanaman dan
teknologi dalam pertanian dan perkebunan. Beberapa tanaman andalan ekspor,
dikenalkan dan dikembangkan di Indonesia. Pengenalan tanaman baru, sangat bermanfaat
dalam pengembangan pertanian dan perkebunan di Indonesia.
d.
Penemuan
tambang-tambang
Pembukaan lahan pada masa kolonial Barat
juga dilakukan untuk pertambangan minyak bumi, batu bara, dan logam. Pembukaan
lahan untuk pertambangan ini terutama terjadi pada akhir abad XIX dan awal abad
XX.
e.
Transportasi
dan komunikasi
Pada zaman penjajahan Belanda, banyak
dibangun: jalan raya, rel kereta api, dermaga, dan jaringan telepon.
Pembangunan berbagai sarana transportasi dan komunikasi tersebut, mendorong
mobilitas barang dan jasa yang sangat cepat.
Kamu tentu masih ingat, bagaimana proses
pembangunan jalur Anyer-Panarukan pada masa pemerintah Daendels. Meski
menimbulkan kesengsaraan rakyat akibat kerja paksa, tetapi di sisi lain telah
mempermudah jalur transportasi dan komunikasi masyarakat Indonesia.
f.
Perkembangan
kegiatan ekonomi
Perubahan masyarakat dalam kegiatan
ekonomi pada masa kolonial terjadi, baik dalam kegiatan produksi, konsumsi,
maupun distribusi. Kegiatan produksi dalam pertanian dan perkebunan, semakin
maju dengan ditemukannya berbagai teknologi pertanian yang bervariasi. Rakyat
mulai mengenal tanaman yang bukan hanya untuk dipanen semusim. Pembukaan
berbagai perusahan, telah melahirkan berbagai jenis pekerjaan baru, seperti:
kuli perkebunan, mandor, dan administrasi. Kegiatan ekspor impor juga mengalami
kenaikan signifikan, meski tidak lepas dari usaha pemerintah kolonial untuk
menggenjot jumlah ekspor. Sedangkan dilihat dari aktivitas konsumsi, masyarakat
dapat menikmati hasil produksi dengan kualitas yang lebih baik.
g.
Mengenal
uang
Pada masa sebelum kedatangan
bangsa-bangsa Barat, biasanya masyarakat melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara bergotong royong. Pada masa kolonial Barat, uang mulai dikenalkan
sebagai alat pembayaran jasa tenaga kerja. Sebagi barang baru dalam kehidupan
masyarakat, uang menjadi daya tarik tersendiri. Masyarakat mulai menyenagi
uang, karena dianggap lebih mudah digunakan.
Untuk memahami lebih lanjut perubahan
masyarakat dilihat dari perubahan penggunaan sarana alat pembayaran, terlebih
dahulu kamu akan mempelajari tentang pengertian dan sejarah uang dalam uraian
berikut.
Apakah uang itu ? Bagaimana sejarah
munculnya uang ? Bagaimana sejarah proses terbentuknya uang, seperti yang
kalian lihat sekarang ini ? Uraian berikut ini, akan membatu kamu memahaminya.
1)
Masa
Sebelum Barter
Pada mulanya
masyarakat belum mengenal pertukaran, karena setiap orang berusaha memenuhi
kebutuhan dengan usahanya sendiri. Singkatnya, apa yang diperoleh itulah yang
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya. Masyarakat semacam ini, biasa disebut
dengan: Masyarakat Subsistan, suatu masyarakat dimana mereka melakukan produksi
hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Tetapi kemudian, seseorang memiliki
teh tetapi tidak memiliki gula. Sementara, orang lain memiliki gula tetapi
tidak memiliki teh. Maka kemudian terjadilah pertukaran barang yang dikenal
dengan barter.
2)
Masa
Barter
Pada masa
barter, manusia sudah membutuhkan pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Syarat utama terjadinya pertukaran/barter, adalah: saling membutuhkan.
Kelemahan barter, antara lain: a) kesulitan menemukan barang yang dibutuhkan,
b) kesulitan menentukan nilai dari barang yang dipertukarkan, dan c) kesulitan
memenuhi kebutuhan yang bermacam-macam. Oleh karena adanya beberapa kesulitan,
maka munculah masa uang barang.
3)
Masa
Uang Barang
Pada masa ini,
orang sudah mulai berpikir, barang perantara sebagai alat pertukaran. Maka
dicarilah jenis barang yang dapat mempermudah pertukaran. Jenis barang yang
pernah digunakan sebagai uang barang, antara lain: kulit hewan, hewan,
batu-batu berharga, kulit pohon, dan logam. Penggunaan uang barang juga banyak
mengalami kesulitan, antara lain: a) sulit disimpan, b) sukar dibawa ke
mana-mana, c) sukar dibagi menjadi bagian yang lebih kecil, d) tidak tahan
lama, dan e) nilainya tidak tetap. Oleh karena adanya beberapa kesulitan, maka
munculah masa uang, seperti yang sekarang kalian kenal.
4)
Masa
Uang
Setelah
menemukan berbagai kelemahan uang barang, manusia kemudian berusaha menemukan
uang yang lebih praktis. Jenis barang yang paling memenuhi syarat tersebut di
atas, adalah: logam, terutama emas dan perak. Penggunaan uang sebagai alat
pertukaran juga banyak menimbulkan kesulitan, terutama saat terjadi transaksi
jual beli yang cukup besar. Dengan menggunakan uang sebagai alat tukar, sangat
riskan, maka kemudian munculah sistem kredit.
5)
Mengenal
Sistem Kredit
Sistem kredit
sederhana, mulai berkembang pada masa pemerintah kolonial Barat. Keberadaan
uang, sangat besar peranannya dalam kegiatan perkreditan di Indonesia. Satu
sisi negatif dalam sistem kredit, adalah: munculnya berbagai lintah darat
diberbagai daerah.
h.
Perubahan
dalam pendidikan
Perhatikan gambar 4.42 tentang sistem pendidikan
pesantren. Pendidikan tersebut berkembang diberbagai daerah, sebelum kedatangan
bangsa Barat. Pada masa kolonial, terdapat dua pendidikan yang dikembangkan.
Pertama adalah pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah, dan yang kedua
adalah pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakat.
Pusat-pusat kekuasaan Belanda diberbagai
kota juga sekaligus menjadi pusat pertumbuhan berbagai sekolah di Indonesia.
Perguruan Tinggi juga berkembang pada masa penjajahan Belanda, seperti:
Institut Teknologi Bandung dan Institut Pertanian Bogor.
Pada masa pemerintahan kolonial Barat,
terjadi diskriminasi pendidikan di Indonesia. Sekolah dibedakan menjadi dua
golongan, yakni: sekolah untuk bangsa Eropa, dan sekolah untuk penduduk
pribumi. Hal ini mendorong lahirnya berbagai gerakan pendidikan di Indonesia,
seperti: Taman Siswa yang berdiri di Yogyakarta, merupakan salah satu pelopor
gerakan pendidikan modern di Indonesia.
Pengaruh pendidikan modern, berdampak
pada perluasan lapangan kerja pada masyarakat Indonesia. Munculnya elit
intelektual, menyebabkan lahirnya jenis pekerjaan baru, seperti: guru,
administrasi, pegawai pemerinta, dan sebagainya.
i.
Perubahan
dalam aspek politik
Pada pemerintahan kolonial Barat, rakyat
diperintah oleh bangsa asing. Kekuasaan untuk mengatur bangsanya sendiri,
hilang. Perubahan inilah, yang paling penting untuk diperjuangkan. Tanpa
kemerdekaan, bangsa Indonesia sulit mengatur dirinya sendiri.
Perubahan dalam sistem politik juga
terjadi, dengan dikenalkannya sistem pemerintahan baru, seperti: pemerintahan
Gubernur Jenderal, Residen, Bupati, dan seterusnya.
Terbentuknya pemerintah Hindia Belanda,
dalam satu sisi menguntungkan bangsa Indonesia. Hubungan yang erat antara
rakyat dari berbagai daerah, memunculkan perasaan senasib sepenanggungan dalam
bingkai Hindia Belanda.
Munculnya berbagai organisasi pergerakan
nasional, tidak lepas dari ikatan politik Hindia Belanda. Sebelum masa
penjajahan Hindia Belanda, masyarakat Indonesia terkotak-kotak oleh sistem
politik kerajaan. Berbagai daerah tersebut, disatukan dalam satu identitas
Hindia Belanda.
j.
Perubahan
dalam aspek budaya
Perhatikan gambar Benteng Vredeburg di
Yogyakarta pada gambar 4.43, peninggalan tersebut merupakan salah satu bukti
pengaruh kolonialisme dalam bidang budaya.
Seni bangunan dengan gaya Eropa, dapat
kalian temukan diberbagai kota di Indonesia. Penjajahan Belanda berpengaruh
terhadap teknologi dan seni bangunan di Indonesia.
Perubahan kesenian juga terjadi, terutama
di masyarakat perkotaan yang mulai mengenal tarian-tarian Barat. Kebiasaan
dansa dan minum minuman yang dikenalkan parapejabat Belanda, berpengaruh pada
perilaku sebagian masyarakat Indonesia. Kamu juga masih dapat menelusuri
bahasa-bahasa Belanda yang mempengaruhi dalam kosa kata bahasa Indonesia.
Dalam aspek budaya juga terjadi
perubahan kehidupan beragama masyarakat Indonesia. Pengaruh kolonial yang lain,
adalah persebaran agama Kristen di Indonesia. Penyebarannya sangat intensif
seiring dengan datangnya bangsa-bangsa Barat ke Indonesia pada abad ke16.
Orang-orang Portugal menyebarkan agama Kristen Katolik (selanjutnya disebut
Katolik), sedangkan orang-orang Belanda membawa agama Kristen Protestan
(selanjutnya disebut Kristen).
Wawasan
Agama Kristen diperkirakan telah sampai
di Indonesia, sejak zaman kuno melalui jalur pelayaran. Menurut Cosmas
Indicopleustes dalam bukunya Topographica Christiana, bahwa pada abad ke-6
sudah ada komunitas Kristiani di India Selatan, di Pantai Malabar, dan Sri
Lanka. Dari Malabar itu, agama Kristen menyebar ke berbagai daerah. Pada tahun
650, agama Kristen sudah mulai berkembang di Kedah (Semenanjung Malaya) dan
sekitarnya. Pada abad ke-9, Kedah berkembang menjadi pelabuhan dagang yang
sangat ramai di jalur pelayaran yang menghubungkan India-Aceh-Barus-Nias,
melalui Selat Sunda-Laut Jawa dan terus ke Cina. Jalur inilah yang
disebut-sebut sebagai jalur penyebaran agama Kristen dari India ke Nusantara.
Siapa yang menyebarkan agama Katolik di
Indonesia ? Mereka adalah para-pastor, seperti: Franciscus Xaverius, dan SJ
dari ordo Yesuit. Pastor ini aktif mengunjungi desa-desa disepanjang Pantai
Leitimor, Kepulauan Lease, Pulau Ternate, Halmahera Utara, dan Kepulauan
Morotai. Usaha penyebaran agama Katolik ini, kemudian dilanjutkan oleh
pastor-pastor yang lain. Di Nusa Tenggara Timur, seperti: Flores, Solor, Timor,
agama Katolik berkembang tidak terputus sampai sekarang.
Agama Kristen Protestan berkembang di
Kepulauan Maluku, terutama setelah VOC menguasai Ambon. Pada waktu menyebarkan
agama baru ini, para-zending dengan semangat pietisme menekankan pertobatan
(hidup individu orang Kristen yang baru). Penyebaran agama Kristen ini juga
semakin intensif saat Raffles berkuasa di Indonesia. Agama Katolik dan Kristen
Protestan, berkembang pesat di Indonesia bagian Timur.
2.
Perubahan
Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan Jepang
Untuk memahami perubahan masyarakat
Indonesia pada masa penjajahan Jepang, kalian kerjakan aktivitas kelompok
berikut.
Aktivitas Kelompok
Petunjuk mengerjakan:
1.
Bentuk
kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari 3-4 orang.
2.
Carilah
di internet atau membaca buku di perpustakan terkait dengan materi tentang
perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan Jepang.
3.
Lengkapilah
kolom berikut sesuai materi yang kalian peroleh.
4.
Tulis
hari/tanggal dan identitas kalian (nama, nomor, dan kelas)
5.
Tulis
simpulan yang diperoleh.
No.
|
Aspek
Perubahan
|
Deskripsi
Perubahan
|
1.
|
Perubahan aspek geografi
|
|
2.
|
Perubahan aspek ekonomi
|
|
3.
|
Perubahan aspek politik
|
|
4.
|
Perubahan aspek pendidikan
|
|
5.
|
Perubahan aspek sosial
|
|
6.
|
Perubahan aspek budaya
|
6.
Presentasikan
hasil kerja kalian di depan kelas.
Sudahkah kamu mengerjakan aktivitas
kelompok ? Jika sudah, tentu hasil kesimpulan yang kalian peroleh terkait
dengan perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan Jepang. Uraian
berikut ini, akan membantu kamu memahami perubahan masyarakat Indonesia pada
masa penjajahan Jepang.
Bagaimana perubahan masyarakat Indonesia
pada masa penjajahan Jepang ? Untuk mempelajari berbagai perubahan masyarakat
Indonesia pada masa penjajahan Jepang, terlebih dahulu kamu perlu memahami
bagaimana proses pendudukan Jepang di Indonesia. Kapan Jepang mulai menguasai
Indonesia ? Bagaimana Jepang menguasai Indonesia ? Bagaimana kondisi bangsa
Indonesia pada masa penjajahan Jepang ?
a.
Bangsa
Indonesia dikuasai Jepang
Pada awal mula tujuan Jepang menguasai
Indonesia, ialah: untuk kepentingan ekonomi dan politik. Jepang merupakan
negara industri yang sangat menginginkan bahan baku industri yang tersedia
banyak di Indonesia. Disamping itu, Indonesia juga merupakan daerah pemasaran
industri yang strategis bagi Jepang untuk menghadapi persaingan dengan tentara
sekutu. Selain itu, Jepang harus menggalang kekuatan pasukannya dan mencari
dukungan dari bangsa-bangsa Asia.
Perhatikan gambar 4.45. Peta tersebut
menggambarkan gerakan tentara Jepang ketika masuk ke Indonesia. Terdapat tiga
tempat penting pendaratan Jepang ketika masuk ke Indonesia, yakni: Tarakan
(Kalimantan), Palembang (Sumatera), dan Jakarta (Jawa). Berdasarkan tiga lokasi
tersebut, lokasi manakah yang paling dekat dengan tempat tinggalmu ? Dapatkah
kamu temukan alasan mengapa Jepang memilih menduduki tempat tersebut ?
Tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang strategis serta merupakan pusat
perkembangan politik dan ekonomi pada masa kependudukan Belanda.
Wawasan
Pada saat pendudukan Jepang di
Indonesia, Jepang melakukan pembagian tiga daerah pemerintahan militer di
Indonesia, yakni: 1) Pemerintahan Angkatan Darat (Tentara XXV) untuk: Sumatera,
dengan pusatnya di Bukittinggi; 2) Pemerintahan Angkatan Darat (Tentara XVI)
untuk: Jawa dan Madura, dengan pusatnya di Jakarta; dan 3) Pemerintahan
Angkatan Laut (Armada Selatan II) untuk: Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku,
dengan pusatnya di Makassar.
Jepang berhasil menguasai Palembang pada
tanggal 16 Februari 1942, kemudian menyerang Pulau Jawa. Batavia (Jakarta)
sebagai pusat pemerintahan Belanda, berhasil dikuasai Jepang pada tanggal 15
Maret 1942. Setelah melakukan berbagai pertempuran, akhirnya Belan menyerah
tanpa syarakt kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati Subang Jawa
Barat. Surat perjanjian serah terima kedua belah pihak, ditandatangani oleh
Letnan Jenderal Ter Poorten (Panglima Angkatan Perang Belanda) dan Letnan
Jenderal Imamura (pimpinan pasukan Jepang). Sejak saat itu, seluruh wilayah
Indonesia dalam kekuasaan Jepang.
b.
Kebijakan
Pemerintah Militer Jepang
Bagaimana setelah Jepang menguasai
Indonesia ? Kebijakan apa saja yang dilakukan Jepang terhadap masyarakat
Indonesia ? Bagaimana kondisi bangsa Indonesia pada masa pendudukan Jepang ?
Untuk menemukan jawabannya, kerjakan aktivitas kelompok di bawah ini.
Aktivitas Kelompok
1.
Bentuklah
kelompok dengan anggota 3-4 orang.
2.
Carilah
informasi dengan membaca buku di perpustakaan atau melalui internet di
sekolahmu.
3.
Diskusikan
kebijakan-kebijakan yang dilakukan Jepang setelah menduduki Indonesia.
4.
Tuliskan
hasil diskusi pada tabel di bawah ini.
Kebijakan
Pemerintah Jepang di Indonesia
|
|
Nama Kebijakan
|
Penjelasan
|
Membentuk Organisasi Sosial
|
1.
Organisasi
3 A: bertujuan untuk memobilisasi rakyat Indonesia guna membantu Jepang.
Organisasi 3 A diganti dengan PUTERA.
2.
PUTERA:
3.
dst
|
Pembentukan Organisasi Semi Militer
|
|
Pengerahan Romusha
|
5.
Presentasikan
hasil diskusimu di depan kelas.
Bagaimana setelah kamu melaksanakan
aktivitas kelompok di atas ? Kamu tentu menemukan kebijakan pemerintah
pendudukan Jepang di Indonesia. Untuk menambah informasi tentang kebijakan
pemerintah Jepang di Indonesia, kamu dapat menyimak informasi berikut ini.
Jepang berusaha menarik simpati rakyat
Indonesia dengan berbagai cara. Jepang melakukan propaganda dengan semboyan
“Tiga A” (Jepang Pemimpin Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Cahaya Asia)
untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Selain itu, Jepang menjanjikan
kemudahan bagi bangsa Indonesia: dalam melakukan ibadah, mengibarkan bendera
merah putih yang berdampingan dengan bendera Jepang “Hinomaru”, menggunakan
bahasa Indonesia, dan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” bersama lagu
kebangsaan Jepang “Kimigayo”.
Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh
Jepang, hanyalah janji-janji manis saja. Sebagai penjajah, Jepang justru lebih
kejam dalam menjajah bangsa Indonesia. Program yang paling mendesak bagi
Jepang, adalah: mengerahkan seluruh sumber daya yang ada di Indonesia untuk
tujuan perang. Beberapa kebijakan tersebut, antara lain:
1)
Membentuk
Organisasi-organisasi Sosial
Organisasi-organisasi sosial yang
dibentuk oleh Jepang, diantaranya: Gerakan Tiga A, Pusat Tenaga Rakyat, Jawa
Hokokai, dan Masyumi. Gerakan Tiga A dipimpin oleh Mr. Syamsudin, yang
bertujuan untuk meraih simpati penduduk dan tokoh masyarakat sekitar. Seiring
perkembangannya, gerakan ini kurang berhasil sehingga Jepang membentuk
organisasi yang lebih menarik.
Sebagai ganti Gerakan Tiga A, Jepang
mendirikan gerakan Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) pada tanggal 1 Maret 1943,
dipimpin oleh tokoh-tokoh nasional yang sering disebut: Empat Serangkai, yaitu:
Sukarno, Mohammad Hatta, KH. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara.
Pemerintah Jepang kurang puas dengan
kegiatan yang dilakukan oleh gerakan PUTERA, karena para-tokohnya memanfaatkan
organisasi ini untuk melakukan konsolidasi dengan tokoh-tokoh perjuangan. Pada
akhirnya, organisasi PUTERA dibubarkan oleh Jepang.
Pada tahun 1944, dibentuk Jawa Hokokai
(Gerakan Kebaktian Jawa) dibawah pengawasan para-pejabat Jepang. Tujuan
pokoknya: menggalang dukungan untuk rela berkorban demi pemerintah Jepang.
Islam adalah agama yang dianut oleh
mayoritas penduduk Indonesia. Jepang merasa harus bisa menarik hati golongan
ini, sehingga pada tahun 1943, Jepang membubarkan Majelis Islam A’la Indonesia
(MIAI) dan menggantikannya dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)
yang dipimpin oleh KH. Hasyim Ashari dan KH. Mas Mansyur.
2)
Membentuk
Organisasi Semi Militer
Jepang menyadari pentingnya mengerahkan
rakyat Indonesia, untuk membantu perang menghadapi sekutu, sehingga Jepang
membentuk berbagai organisasi semi militer, seperti: Seinendan, Fujinkai,
Keibodan, Heiho, dan Pembela Tanah Air (PETA).
Organisasi Barisan Pemuda (Seinendan)
dibentuk pada 9 Maret 1943, tujuannya: memberi bekal bela negara agar siap
mempertahankan tanah air. Maksud Jepang adalah untuk membantu menhadapi tentara
sekutu.
Fujinkai merupakan himpunan kaum wanita
di atas usia 15 tahun, untuk latihan semi militer. Keibodan merupakan barisan
pembantu polisi, untuk laki-laki usia 20-25 tahun. heiho didirikan tahun 1943,
merupakan organisasi prajurit pembantu tentara Jepang. Pada saat itu, Jepang
sudah mengalami kekalahan dibeberapa front pertempuran. Sedangkan PETA
didirikan 3 Oktober 1943, merupakan pasukan bersenjata yang memperoleh
pendidikan militer secara khusus dari Jepang. Kelak, para eks-PETA akan besar
peranannya dalam bertempur melawan Jepang dan Belanda.
3)
Pengerahan
Romusha
Jepang melakukan rekrutmen anggota
Romusha, yang bertujuan: untuk mencari bantuan tenaga yang lebih besar untuk
membantu perang dan melancarkan aktivitas Jepang. Anggota-anggota romusha,
dikerahkan oleh Jepang untuk membangun: jalan, kubu pertahanan, rel kereta api,
jembatan, dan sebaginya. Jumlah romusha paling besar berasal dari Jawa, yang
dikirim ke luar Jawa, bahkan sampai di: Malaya, Burma, dan Siam.
Perhatikan gambar Romusha di atas.
Sebagian besar romusha adalah penduduk yang tidak berpendidikan. Mereka
terpaksa melakukan kerja paksa ini, karena rasa takutnya kepada Jepang. Pada
saat mereka bekerja sebagai romusha, makanan yang mereka dapat, tidak terjamin,
sehingga kesehatan mereka memburuk, sementara pekerjaan sangat berat. Ribuan
rakyat Indonesia, meninggal akibat romusha.
Mendengar nasib Romusha yang sangat
menyedihkan, banyak pemuda Indonesia yang meninggalkan kampungnya. Mereka
takut, akan menjadi romusha. Akhirnya, sebagian besar desa hanya didiami oleh
kaum perempuan, orangtua, dan anak-anak.
Penjajahan Jepang yang sangat
menyengsarakan, adalah: pemaksaan wanita-wanita untuk menjadi Jugun Ianfu,
yaitu wanita yang dipaksa Jepang untuk melayani kebutuhan Jepang diberbagai pos
medan pertempuran. Banyak gadis-gadis desa diambil paksa tentara Jepang untuk
menjadi Jugun Ianfu. Sebagian dari mereka, tidak kembali walaupun Perang Dunia
II telah berakhir.
4)
Eksploitasi
Kekayaan Alam
Jepang tidak hanya menguras tenaga
rakyat Indonesia. Pengerukan kekayaan alam dan harta benda yang dimiliki bangsa
Indonesia, jauh lebih kejam daripada Belanda. Semua usaha yang dilakukan di
Indonesia, harus menunjang semua keperluan perang Jepang.
Jepang mengambil alih seluruh aset
ekonomi Belanda, dan mengawasi secara langsung seluruh usahanya. Usaha
perkebunan dan industri, harus mendukung keperluan perang, seperti: tanaman
jarak untuk minyak pelumas. Rakyat, wajib menyerahkan bahan pangan
besar-besaran kepada Jepang. Jepang memanfaatkan Jawa Hokokai dan
instansi-instansi pemerintah lainnya. Keadaan inilah yang semakin
menyengsarakan rakyat Indonesia.
Pada masa panen, rakyat wajib melakukan
“setor padi”, sehingga mereka hanya membawa pulang padi sekitar 20% dari panen
yang dilakukannya. Kondisi ini, membawa musibah kelaparan dan penyakit busung
lapar di Indonesia. Banyak penduduk yang memakan umbi-umbian liar, yang
sebenarnya hanya pantas untuk makanan ternak.
Sikap manis Jepang hanya sebentar,
tanggal 20 Maret 1942, dikeluarkan maklumat pemerintah yang isinya berupa:
larangan pembicaraan tentang pengibaran bendera merah putih dan menyanyikan lagu
Indonesia Raya. Hal ini tentu membuat kecewa bangsa Indonesia.
c.
Strategi
kaum pergerakan kemerdekaan
Beberapa sikap perjuangan bangsa
Indonesia, telah dilakukan untuk menanggapi kebijakan Jepang tersebut.
Propaganda Jepang, sama sekali tidak mempengaruhi paratokoh perjuangan untuk
percaya begitu saja. Bagaimanapun, paratokoh pergerakan sadar, bahwa Jepang
adalah penjajah. Bahkan paratokoh sengaja memanfaatkan organisasi-organisasi
bentukan Jepang, sebagai: ‘batu loncatan’ untuk meraih Indonesia Merdeka.
Beberapa bentuk perjuangan pada jaman
Jepang, adalah:
1)
Memanfaatkan
Organisasi Bentukan Jepang
Kelompok ini
sering disebut: kolaborator, karena mereka mau bekerja sama dengan penjajah.
Sebenarnya cara ini sebagai bentuk perjuangan diplomasi. Tokoh-tokohnya adalah
para-pemimpin PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), seperti: Sukarno, Mohammad Hatta,
Ki Hajar Dewantara, dan KH. Mas Mansyur. Mereka memanfaatkan PUTERA sebagai
sarana komunikasi dengan rakyat. PUTERA justru dijadikan oleh para-pemuda Indonesia,
sebagai ajang kampanye nasionalisme.
2)
Gerakan
Bawah Tanah
Larangan
berdirinya partai politik
Tokoh-tokoh yang
masuk dalam garis pergerakan bawah tanah, adalah: Sutan Sjahrir, Achmad
Subardjo, Sukarni, A. Maramis, Wikana, Cahirul Saleh, dan Amir Syarifuddin.
Mereka terus memantau Perang Pasifik, melalui radio-radio gelap. Pada saat itu,
Jepang melarang bangsa Indonesia memiliki pesawat komunikasi. Kelompok bawah
tanah inilah yang sering disebut: golongan radikal/keras, karena mereka tidak
mengenal kompromi dengan Jepang.
3)
Beberapa
Perlawanan Bersenjata
Disamping
perjuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan organisasi bentukan Jepang dan
gerakan bawah tanah, ada pula perlawanan-perlawanan bersenjata yang dilakukan
bangsa Indonesia dibeberapa daerah di Indonesia.
Wawasan
Beberapa perlawanan daerah di Indonesia
diantaranya:
a)
Perlawanan
Rakyat Aceh
Dilakukan oleh
Tengku Abdul Jalil, seorang ulama di Cot Plieng Aceh, menentang
peraturan-peraturan Jepang. Pada tanggal 10 November 1942, ia melakukan
perlawanan. Dalam perlawanan tersebut, ia tertangkap dan ditembak mati.
b)
Perlawanan
Singaparna, Jawa Barat
Dipelopori oleh
Kiai Haji Zainal Mustofa yang menentang saikerei, yakni: menghormati Kaisar
Jepang. Pada tanggal 25 Februari 1944, meletus perlawanan terhadap tentara
Jepang. KH. Zainal Mustofa dan beberapa pengikutnya, ditangkap Jepang lalu
diberi hukuman mati.
c)
Perlawanan
Indramayu, Jawa Barat
Pada bulan Juli
1944, rakyat Lohbener dan Sindang di Indramayu, memberontak kepada Jepang.
Parapetani dipimpin oleh H. Madrian, menolak pungutan padi yang terlalu tinggi.
Akan tetapi pada akhirnya, perlawanan dapat dipadamkan.
d)
Perlawanan
PETA di Blitar, Jawa Timur
Perlawanan PETA
merupakan pemberontakan terbesar yang dilakukan rakyat Indonesia, pada masa
penjajahan Jepang. Pemberontakan dipimpin oleh Supriyadi, seorang Shodanco
(komandan peleton) PETA, pada tanggal 14 Februari 1945. Pemberontakan dapat
dipadamkan Jepang, karena kurang persiapan yang matang. Para-pejuang PETA yang
berhasil ditangkap, kemudian diadili dalam mahkamah militer di Jakarta.
Beberapa diantaranya, dihukum mati, seperti: dr. Ismail, Muradi, Suparyono,
Halir Mangkudidjaja, Sunanto, dan Sudarmo. Sedangkan Supriyadi sebagai pemimpin
pemberontakan, tidak diketahui nasibnya. Kemungkinan, Supriyadi berhasil ditangkap
Jepang kemudian dihukum mati sebelum diadili.
d.
Eksploitasi
sumber daya manusia dan alam
Eksploitasi kekayaan alam, menjadi ciri
penting pada masa pendudukan Jepang. Misi Jepang untuk memenangkan Perang Dunia
II, menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis menghadapi tentara sekutu.
Jepang menggerakkan tanaman rakyat, yang mendukung Jepang dalam PD II. Tanaman
jarak, dikembangkan sebagai bahan produksi minyak yang dibutuhkan untuk mesin
perang.
Kesengsaraan pada masa pendudukan
Jepang, menyebabkan besarnya angka kematian. Migrasi terjadi terutama untuk
mendukung perang Jepang menghadapi sekutu. Banyak rakyat Indonesia, yang ikut
dalam Romusha maupun bantuan pasukan Jepang, dibawa ke beberapa negara Asia
Tenggara untuk membantu perang Jepang. Sebagian dari mereka, tidak kembali dan
tidak diketahui nasibnya. Menurut catatan sejarah, jumlah tenaga kerja yang
dikirim ke luar Jawa, bahkan ke luar negeri, seperti: Burma, Malaya, Vietnam,
dan Muangthai/Thailand, mencapai 300.000 orang. Ratusan ribu orang tersebut,
banyak yang tidak diketahui nasibnya setelah Perang Dunia II usai.
e.
Kemunduran
dalam bidang ekonomi
Sistem ekonomi perang Jepang, membawa
kemunduran dalam bidang perekonomian di Indonesia. Pemutusan hubungan dengan
perdagangan dunia, mempersempit kegiatan perekonomian di Indonesia. Perkebunan
tanaman ekspor, diganti menjadi lahan pertanian untuk kebutuhan sehari-hari.
Pembatasan ekspor menyebabkan sulitnya
memperoleh bahan pakaian, sehingga rakyat mengusahakan sendiri. Pakaian terbuat
dari benang goni, menjadi tren masyarakat masa pendudukan Jepang. Wajib setor
padi dan tingginya pajak pada masa pendudukan Jepang, menyebabkan terjadinya
kemiskinan yang luar biasa. Nah, apakah kamu pernah mendengar istilah pajak.
Tentu jawabnya iya, karena bapak/ibu kalian memiliki tanggung jawab membayar
pajak, seperti: pajak kendaraan sepeda motor, mobil, Pajak Bumi dan Bangunan,
dan lain sebagainya. Pajak adalah iuran (pembayaran) wajib yang dibayarkan oleh
wajib pajak kepada negara berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
balas jasa secara langsung dari negara, namun balas jasanya berupa
fasilitas-fasilitas umum. Bayarlah pajak tepat waktu sesuai peraturan yang
berlaku. Jujurlah dalam membayar pajak, karena hasil pemungutan pajak akan
digunakan untuk membiayai pembangunan.
f.
Kondisi
pendidikan masyarakat
Kegiatan pendidikan dan pengajaran,
menurun. Sekolah Dasar, dari 21.500 menjadi 13.500 sekolah. Sekolah lanjutan
dari 850 menjadi 20 sekolah, dan kegiatan Perguruan Tinggi macet. Pengenalan
budaya Jepang dilakukan diberbagai sekolah di Indonesia. Bahasa Indonesia
diperbolehkan menjadi bahasa pengantar diberbagai sekolah di Indonesia.
Demikian halnya dengan bahasa Jepang, menjadi bahasa utama di sekolah-sekolah.
Tradisi budaya Jepang dikenalkan di
sekolah-sekolah, mulai tingkat rendah. Parasiswa, harus digembleng bersemangat
Jepang (Nippon Seishin), dan menyanyikan lagu Kimigayo (lagu kebangsaan
Jepang), menghormati bendera Hinomaru, serta melakukan gerak badan (taiso) dan
seikerei.
g.
Pemaksaan
budaya Jepang
Jepang berusaha “menjepangkan”
Indonesia. Ajaran Shintoisme, diajarkan pada masyarakat Indonesia. Kebiasaan
menghormat “matahari”, menyanyikan lagu Kimigayo, merupakan salah satu pengaruh
pada masa pendudukan Jepang. Pengaruh budaya ini menimbulkan pertentangan
diberbagai daerah. Kamu dapat mengamati terjadinya perlawanan masyarakat pada
masa pendudukan Jepang, salah satu penyebab perlawanan tersebut adalah:
penolakan terhadap kebiasaan perintah menghormati matahari.
Perkembangan bahasa Indonesia pada masa
pendudukan Jepang, mengalami kemajuan. Pada tanggal 20 Oktober 1943, atas
desakan dari beberapa tokoh Indonesia, didirikan Komisi (Penyempurnaan) Bahasa
Indonesia. Tugas Komisi adalah: menentukan istilah-istilah modern dan menyusun
suatu tata bahasa normative dan menentukan kata-kata yang umum bagi bahasa
Indonesia.
h.
Kemerdekaan
bangsa Indonesia
Propaganda Jepang berhasil memengaruhi
masyarakat Indonesia. Dengan alasan untuk membebaskan bangsa Indonesia dari
penjajahan Belanda, Jepang mulai mendapat simpati rakyat. Dengan kebijakan yang
kaku dan keras, maka secara politik, organisasi pergerakan yang pernah ada,
sulit mengembangkan aktivitasnya.
Pada masa akhir pendudukan Jepang,
terjadi revolusi politik di Indonesia, yakni: Kemerdekaan Indonesia. Peristiwa
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, menjadi momen penting perjalanan
sejarah Indonesia selanjutnya. Kemerdekaan telah membawa perubahan masyarakat
dalam segala bidang.
Aktivitas Kelompok
1.
Bentuklah
kelompok dengan anggota 4-5 orang.
2.
Lakukan
pengamatan terhadap berbagai peninggalan sejarah pada masa penjajahan.
3.
Diskusikan
makna yang dapat diambil dari peninggalan sejarah tersebut.
4.
Diskusikan
bagaimana sikap kalian terhadap peninggalan sejarah tersebut.
Bentuk
Peninggalan
|
Makna bagi
kehidupan sekarang
|
Cara melestarikan
peninggalan
|
Renungkan
Pada masa penjajahan, terjadi
pembangunan diberbagai bidang. Namun, pembangunan pada masa penjajahan,
memiliki tujuan utama: memakmurkan bangsa penjajah. Perubahan masyarakat,
terjadi dalam berbagai bidang, tetapi yang berdampak pada kemajuan bangsa
Indonesia sangat sedikit dan sangat lambat. Pembangunan nasional pada masa
sekarang, adalah pembangunan untuk bangsa dan negara yang mementingkan kemajuan
rakyat Indonesia. Sepatutnya bangsa Indonesia bersyukur dan menghargai jasa
parapahlawan, dengan belajar giat dan bekerja keras untuk menuju Indonesia yang
sejahtera, adil dan makmur.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar