Revolusi Moneter
Perubahan
revolusioner yang saat ini terjadi dalam tabiat dan kegunaan uang, merupakan
mutasi besar ketiga pada uang.
Generasi Pertama Uang, pada
tahap pertama ini dimulai dengan penemuan uang logam di Lydia kurang lebih 3000
tahun lampau serta membuahkan sistem pasar terbuka dan bebas yang pertama.
Penemuan dan penyebaran koin berikut pasar yang menyertainya, menciptakan
sebuah sistem kultural yang sama sekali baru (peradaban klasik Mediterania).
Sistem moneter dan pasar baru tersebut selanjutnya menyebar ke seluruh dunia
dan perlahan-lahan menghancurkan imperium-imperium besar pemungutan upeti dalam
sejarah.
Generasi Kedua Uang, sedangkan
tahap kedua sudah mendominasi sejak permulaan Renaisans melalui revolusi industri
dan menghasilkan penciptaan sistem kapitalis dunia modern. Sistem ini berawal
di bank-bank Italia, kemudian lama kelamaan menciptakan sistem perbankan
nasional dan uang kertas yang mereka keluarkan untuk digunakan dalam
perdagangan sehari-hari. Penciptaan perbankan dan sistem uang kertas,
menghancurkan feodalisme; mengubah basis organisasi (dari pewarisan, ke uang);
juga mengubah basis kekuatan ekonomi (dari kepemilikan tanah, ke kepemilikan :
saham, obligasi, dan perusahaan).
Generasi Ketiga Uang, kini
pada pembukaan abad ke-21, dunia sedang memasuki tahap ketiga sejarah
moneternya (era uang elektronik dan ekonomi virtual). Kemunculan uang
elektronik akan menghasilkan berbagai perubahan dalam masyarakat yang sama
radikal dan luasnya dengan yang diciptakan oleh kedua revolusi moneter
sebelumnya dalam zamannya masing-masing. Uang baru ini akan mendatangkan
perubahan menyeluruh dalam : sistem politik; organisasi usaha dagang; dan dalam
watak organisasi kelas. Uang virtual menjanjikan versi peradabannya sendiri yang
berbeda.
Raja Croesus dari Lydia
Beberapa
abad berlalu, silih berganti berbagai kerajaan muncul; berkembang; dan layu di
sepanjang Pantai Ionia dan sekitarnya. Masing-masing meninggalkan
sesuatu yang dikemudian hari diadopsi oleh kebudayaan para tetangga dan penerus
mereka.
Dari
sekian banyak peradaban besar yang berkembang dan surut di Anatolia
kuno, kerajaan Lydia tidak termasuk dalam deretan bangsa yang mempunyai
peradaban tersohor. Bangsa Lydia menggunakan sebuah bahasa Eropa dan hidup di
Anatolia sesudah kira-kira tahun 2000 SM. Mereka membentuk sebuah kerajaan
mungil di bawah pemerintahan dinasti Mermnadae yang bermula pada abad
ke-7 SM, tetapi pada puncak kejayaannya sekalipun kerajaan Lydia tidak lebih
dari sebuah negara-kota yang berkembang dari Sardis. Raja-raja Lydia
tidak diagungkan dalam mitos atau lagu-lagu sebagai : prajurit; penakluk; dan
pembangun besar (bahkan, sebagai pencinta pun tidak). Nama-nama dinasti dan
para raja Lydia, hanya diketahui berkat tablet Hittite dan buku-buku
sejarawan Yunani Herodotus (tetapi Cuma satu nama Lydia kuno yang banyak
dikenal, yakni : Croesus).
“Se-kaya Croesus” adalah
ungkapan dalam bahasa Inggris; Turki modern; dan bahasa-bahasa lain di seluruh
dunia.
Croesus
menduduki takhta Lydia pada 560 SM untuk memerintah kerajaan yang sudah kaya.
Para pendahulunya sudah membangun fondasi kokoh bagi kemakmuran kerajaan dengan
memproduksi sebagian parfum dan kosmetik terbaik di dunia kuno, tetapi
barang-barang itu saja tidak bakalan sanggup melambungkan Croesus ke jenjang
kekayaan yang dilekatkan mitos kepada dirinya. Untuk mencapai itu, ia
mengandalkan penemuan lain para leluhurnya (yakni : koin, sebuah bentuk
uang yang baru dan revolusioner).
Sesuatu
yang mirip uang dan sesuatu yang menyerupai pasar dapat dijumpai di
Mesopotamia; Cina; Mesir; dan banyak tempat di belahan lain dunia, tetapi tak
satu pun yang benar-benar menggunakan koin sebelum munculnya Lydia dan
pencetakan koin pertama antara 640 dan 630 SM. Kejeniusan raja-raja Lydia
terlihat dalam kesadaran mereka akan perlunya batangan-batangan yang sangat
kecil dan mudah diangkut yang nilainya tak lebih dari beberapa hari kerja atau
sebagian kecil dari panenan petani. Dengan menciptakan batangan-batangan kecil
dalam ukuran dan berat yang dibakukan tersebut, dan dengan membubuhkan sebuah emblem
pada batangan yang mengukuhkan nilainya (bahkan bagi orang yang buta huruf
pun), maka raja-raja Lydia dengan cepat mengembangkan peluang-peluang bagi
usaha perdagangan.
Bangsa
Lydia membuat koin pertama dari elektrum (campuran emas dan perak yang
terjadi secara alamiah), mereka memotong-motong elektrum menjadi
bulatan-bulatan oval yang beberapa kali lebih tebal daripada koin modern (atau
kira-kira seukuran ruas akhir ibu jari orang dewasa). Guna menjamin
keautentikannya, raja memerintahkan tiap koin dicap dengan emblem kepala
singa. Pengecapan itu juga berfungsi meratakan bulatan, mengawali transisi
dari koin bungkal oval menjadi sekeping koin datar melingkar.
Dengan
menjadikan bungkalan itu berbobot sama (berukuran kurang lebih sama), raja
melenyapkan salah satu langkah yang paling memakan waktu dalam jual beli, yakni
: keharusan menimbang emas setiap kali transaksi dilakukan. Kini, pedagang
dapat menaksir nilainya dari keterangan yang diberikan atau cukup dengan
menghitung jumlah koin. Standardisasi demikian sangat membatasi peluang
terjadinya kecurangan menyangkut jumlah serta kualitas emas dan perak dalam
jual beli. Orang tidak perlu menjadi ahli dalam menangani timbangan atau dalam
menilai kemurnian logam untuk membeli sekeranjang gandum; sepasang sandal; atau
satu amphora minyak zaitun, karena mereka percaya dengan koin yang sudah
ditimbang dan dicap di bengkel kerajaan.
Semasa
memerintah (560 – 546 SM), Croesus menciptakan koin-koin yang baru dari emas
dan perak (bukannya elektrum). Menggunakan koin-koin yang baru diciptakan
sebagai medium jual beli yang dibakukan, dengan cepat memunculkan inovasi lain,
yakni : pasar eceran. Bangsa Lydia sudah menjadi bangsa pemilik toko,
mereka mengubah dari sekadar jual beli dan barter menjadi perdagangan yang
sesungguhnya.
Perdagangan
menciptakan kekayaan Croesus yang mencengangkan, ia menggunakan limpahan
kekayaannya untuk menaklukan hampir semua kota-kota Yunani di Asia Kecil
(termasuk Efesus yang megah). Ambisi Croesus pun meluas, kali ini
sasarannya adalah kerajaan besar, yakni : menggempur Persia. Dalam
peperangan dahsyat pada 547 – 546 SM, raja Cyrus dari Persia dengan
mudah menggilas Croesus dan lantas menuju ibukota Lydia, Sardis.
Dengan
ditaklukannya Lydia oleh raja Cyrus, maka kekuasaan Croesus berakhir. Dinasti
Mermnadea menemui ajalnya, sedangkan kerajaan Lydia menghilang dari lembaran
sejarah. Sekalipun kerajaan Lydia tidak pernah bangkit lagi, namun pengaruhnya
sangat luas bagi dunia. Banyak bangsa tetangga yang mengadopsi dengan cepat
praktik pembuatan koin Lydia dan kemudian menyebarkan revolusi perdagangan di
seluruh dunia Mediterania (utamanya, di tetangga terdekat Lydia, yakni :
Yunani).
Mugia aya manfaatna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar