Potensi Agro-Industri dan
Agro-Bisnis Kualitas Unggul
Kabupaten
Garut merupakan salah satu daerah dengan potensi agro-bisnis terbesar di Jawa
Barat. Bayongbong dan Cikajang sangat cocok untuk dipilih sebagai daerah budidaya
ulat sutera, pasalnya ulat sutera perlu daun murbei (babasaran) untuk makanan
utamanya dan kedua daerah itu sangat cocok ditanami murbei karena berhawa
dingin. Namun, setidaknya
terdapat tambahan enam kecamatan yang bisa menjadi tempat pengembangan industri
sutera di kabupaten Garut, yakni: Kecamatan Bungbulang, Pameungpeuk, Pakenjeng,
Samarang, Wanaraja dan Leles.
Industri
persuteraan merupakan salah satu sub sektor agro-industri yang sangat potensial
untuk dikembangkan di kabupaten Garut karena memiliki berbagai keunggulan, yakni:
bahan baku seluruhnya tersedia dan berasal dari sumber daya alam lokal. Dari
segi kualitas, sutera alam Garut tak kalah dengan kain sutera alam buatan
daerah lainnya –bahkan lebih unggul dari segi motif yang khas Garutan dan
ketebalan kain.
Secara umum, ulat sutera ternakan yang
dikembangkan di Indonesia merupakan species Bombyx Mori. Telur ulat sutera yang
memiliki sertifikat diproduksi di Candiroto Jawa Tengah yang kemudian disebar ke
wilayah Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Timur. Induk sutera dapat
menelurkan hingga 500 butir telur ulat sutera seukuran kepala jarum pentul.
Setelah sekitar 20 hari, telur tersebut menetas menjadi larva ulat yang sangat
kecil. Larva ulat ini akan memakan daun murbei dengan agresif. Sekitar 18 hari
kemudian, ukuran badan larva ulat tersebut telah membesar hingga 70 kali ukuran
tubuh semula serta empat kali mengganti cangkangnya. Kemudian larva ulat
tersebut akan terus membesar hingga beratnya mencapai 10.000 kali berat semula.
Pada saat itu ulat sutera akan berwarna kekuningan dan lebih padat. Itulah
tanda ulat sutera akan mulai membungkus dirinya dengan kepompong. Kemudian
kepompong direbus agar larva ulat di dalamnya mati. Karena jika dibiarkan, ulat
akan matang lalu menggigiti kepompongnya sehingga tidak bisa digunakan lagi.
Setelah ulat mati, serat di kepompong dapat diuraikan menjadi serat sutera yang
sangat halus. Kemudian serat sutera yang halus tersebut dipintal. Serat sutera
dipintal dengan proses yang menyerupai proses pada saat ulat sutera memintal
kepompongnya. Proses itulah yang dibuat menjadi alat pemintalan serat sutera
untuk dibuat menjadi kain sutera yang indah.
Selain Bombyx Mori –penghasil sutera
mulberry, dikenal pula jenis-jenis ulat penghasil sutera lainnya yang biasa
diusahakan seratnya. Sutera dihasilkan terutama oleh larva serangga yang bermetamorfosis
lengkap, tetapi juga dihasilkan oleh beberapa serangga dewasa seperti Embioptera.
Produksi sutera juga kerap dijumpai khususnya pada serangga ordo Hymenoptera
(lebah; tabuhan; dan semut) dan kadangkala digunakan untuk membuat sarangnya
sendiri. Jenis-jenis Arthropoda yang lain juga menghasilkan sutera,
terutama Arachnida seperti laba-laba.
Ulat Theophila Mandarina, yang
terdapat di daerah sekitar Cina Timur; Korea; Jepang dan beberapa daerah di
benua Asia, yang hidup secara liar pada pohon murbei, juga menghasilkan serat
sutera yang baik. Hasil perkawinan silang Theophila Mandarina dengan Bombyx
Mori yang dilakukan di Cina dan Jepang, ternyata memberikan hasil sutera
berwarna kuning; bersih; dan baik bila dibandingkan dengan jenis ulat sutera
lainnya. Di Indonesia, terutama di daerah Aceh, ulat sejenis ini sudah lama
dikenal, dan bahkan sudah pula dicoba dipersilangkan dengan ulat sutera biasa
yang berwarna putih dengan hasil benang sutera yang berwarna kuning emas.
Ulat sutera liar lainnya adalah Attacus
Ricini –ulat sutera liar pemakan daun Kaliki, banyak dipelihara di
Indonesia pada zaman penjajahan Jepang. Ulatnya besar-besar, berwarna biru muda
atau biru kehijau-hijauan yang penuh diliputi oleh semacam zat tepung. Sayap
kupu-kupunya berwarna kuning hijau, dengan gambar setengah bulat. Sutera yang
dihasilkannya dinamakan sutera eria. Sampai sekarang, masih banyak
dipelihara di Assam (India). Di samping serat suteranya kuat, pupa (isi kokonnya)
dapat dimakan.
Selain itu, ulat sutera liar
Antheraea Yamamai –penghasil sutera
Japanese tussah, juga dikembangkan di Jepang. Ulat sutera liar Antheraea
Polypemu, dikembangkan di
Amerika Utara. Ulat sutera liar Antheraea
Pernyi –penghasil sutera Chinese tasar, dikembangkan di Cina. Philosamia
Ricini/Samia Cynthia Riccini/Attacus Ricini –sutera eria, dikembangkan di
India. Antheraea Mylitta –sutera
tasar atau sutera tussur, dikembangkan di India. Antheraea Assama –penghasil sutera muga/Indian tussah, dikembangkan di India.
Ulat sutera liar Attacus Cynthia –juga menghasilkan jenis sutera
ailanthus. Attacus Atlas –hileud haji, merupakan penghasil sutera atakas,
dan Cricula Trifenstrata. –yang lebih dikenal dengan nama ulat
kipat atau ulat alpukat, menghasilkan sutera emas.
Sebagai catatan, 4 diantara 12 spesies
dari genus Cricula yang terdapat di Indonesia yaitu : Cricula Bornea; Cricula
Sumatrensis; Cricula Trifenestrata; dan Cricula Elaezia. Ada 10 subspesies
Cricula Trifenestrata –enam diantaranya terdistribusi di Indonesia, yaitu:
Cricula Trifenestrata Serama; Cricula Trifenestrata Kransi; Cricula
Trifenestrata Javana; Cricula Trifenestrata Bornea; Cricula Trifenestrata
Banggaiensis; dan Cricula Trifenestrata Tenggaraensis. Sementara itu, 8 dari 14
spesies dari genus Attacus yang ada di Indonesia yaitu: Attacua Atlas; Attacus
Aurantiacus; Attacus Crameri; Attacus Dohertyi; Attacus Erebus; Attacus
Inopinatus; Attacus Intermedius; serta Attacus Paraliae.
Potensi Cricula Trifenestrata dan Attacus
Atlas di Indonesia masih sangat besar untuk dikembangkan, selain perlu
dimanfaatkan juga dari keanekaragaman jenis penghasil sutera lainnya. Oleh
sebab itu, potensi yang sangat besar dari kedua jenis ulat sutera liar ini
perlu disikapi secara proaktif oleh semua pihak. Keuntungan lainnya, ulat sutera liar
dapat dikembangkan di daerah yang relatif kurang subur dan di lahan-lahan
kritis. Pembudidayaannya relatif mudah, karena bisa makan daun apa saja. Selain
itu, tanaman yang dimanfaatkan untuk pengembangan ulat sutera liar tersebut sekaligus
dapat berfungsi sebagai tanaman penghijauan, seperti: jambu mete, mahoni,
keben, dan lain-lain. Dengan demikian, secara tidak langsung budidaya ulat sutera
liar ini berfungsi dalam mendukung program penghijauan.
Hileud Haji (Attacus Atlas)
Larva Attacus Atlas -hileud haji. |
Jenis ulat sutera liar yang dapat dikembangkan
di Garut yaitu Attacus Atlas yang dikenal dengan nama Hileud Haji
atau Hileud Orok. Di daerah lain, Attacus Atlas ini lebih dikenal
sebagai Ulat Badori maupun Ulat Gajah –karena bentuk ulatnya yang
besar. Di Yogyakarta, jenis ulat ini biasa disebut Ulat Jedhug atau
kadang-kadang disebut juga Uler Keket. Adapun kupu-kupunya, disebut juga kupu
Sirama-rama atau kupu Gajah. Hileud Haji ini bisa ditangkap dari alam, dengan
demikian tidak usah mengeluarkan dana untuk mencari bibit. Kokon yang
dihasilkannya, berwarna coklat dan tentunya benangnya pun berwarna coklat pula.
Hileud Haji ini di daerah perkebunan kina merupakan hama yang sangat mengganggu
produksi kulit kina, bahkan jenis ulat ini merupakan hama nomor wahid yang
harus dimusnahkan. Tapi lain lagi bagi orang yang kreatif, ulat ini menjadi pembawa
rezeki karena kokonnya (kepompong) banyak dicari dan harga kainnya pun lebih
mahal dibandingkan dengan kain sutera biasa. Dan ternyata kain-kain yang
berasal dari Hileud Haji ini banyak diminati –terutama dari negara Jepang,
untuk kain kimono para Sumo-san (atlet sumo).
Hileud Haji ini selain di pohon kina
juga dapat hidup di pohon jambu biji; dadap; jarak; alpukat dan sirsak. Dari
hasil penelitian Soleh –perajin Sutera Alam Soleh (SAS) Garut, ternyata benang
sutera yang dihasilkan dari ulat yang makannya daun sirsak lebih liat dan
warnanya lebih cemerlang. Bahkan menurut pakar sutera dari Amerika Serikat,
benang sutera yang dihasilkan di daerah Garut ini lebih bagus ketimbang yang di
dunia –khususnya India yang telah terlebih dahulu mengembangkan ulat sutera liar
ini untuk bahan Kain Sari. Selain itu dengan menggunakan tanaman sirsak,
keuntungannya menjadi berlipat ganda –karena buah sirsaknya pun bisa menghasilkan
uang untuk dijadikan dodol. Secara umum, tanaman inang dari ulat liar jenis ini
adalah: kunyit, teh, kina, lada, dadap, mangga, jeruk, dan alpukat. Juga
bisa
ditemukan di tanaman sirsak, keben, gempol, mahoni, rambutan, kedondong, jambu
biji, uwi dan rempeni.
Kokon (kepompong) Attacus Atlas -hileud haji. |
Kokon dan Pupa (isi kokon) Attacus Atlas -hileud haji. |
Attacus Atlas adalah salah satu jenis
serangga Lepidoptera, family Saturniidae. Serangga Attacus Atlas
tersebut, tergolong jenis ulat sutera alam yang masih hidup secara liar, karena
serangga yang menghasilkannya masih hidup liar. Ulat sutera liar Attacus Atlas
ini, berasal dari India dan sudah lama dikembangkan dalam bentuk budidaya.
Seorang ahli dari Jepang bernama Genggo Nakajima, yang juga meneliti kualitas
dan produktivitas dari sutera liar ini mengungkapkan, bahwa ternyata sutera
Attacus yang dicoba di Indonesia kualitasnya jauh lebih bagus dibandingkan
India yang sudah lebih dahulu membudidayakan ulat ini. Ini merupakan kenyataan,
karena mungkin iklim di negara kita lebih mendukung untuk pengembangan ulat sutera
liar ini. Dan hal ini tentu saja merupakan kabar gembira bagi peternak ulat
sutera liar di Garut, karena ada kaitannya dengan permintaan pasar yang cukup
menantang.
Benang sutera atakas yang dihasilkan dari
ulat Attacus Atlas, memiliki panjang benang rata-rata bisa mencapai
2.500 m. Jauh lebih panjang dari benang sutera biasa –sebagai perbandingan,
hasil kokon Bombyx Mori Indonesia hanya memiliki panjang antara 1,121 hingga
1,327 meter. Hal ini sangat menguntungkan, untuk pembuatan benang dan kain.
Imago (kupu Sirama-rama dewasa) Attacus Atlas -hileud haji. |
Bentuk tubuh ulat Attacus Atlas ini, dua
puluh kali lebih besar dari ulat sutera Bombyx Mori. Hanya dalam membuat
kepompongnya, meninggalkan sebuah lubang yang ditutup oleh sejenis perekat.
Kupu-kupu yang telah dewasa akan keluar melalui lubang tersebut. Siklus hidup
dari ulat sutera liar Attacus Atlas ini, tidak jauh berbeda dengan siklus hidup
dari ulat sutera Bombyx Mori. Apabila kupu-kupu betina yang telah dibuahi akan
bertelur, selanjutnya telur-telur ini akan menetas dan berkembang terus sampai
menjadi ulat-ulat dewasa. Pada akhirnya, ulat-ulat ini akan segera bersarang
lapisan demi lapisan menutupi dirinya, sehingga terbentuklah sebuah kepompong. Pada
umumnya, kelenjar-kelenjar sutera yang dikeluarkan oleh ulat sutera terdiri
dari zat utama: Fibroin (serat), Serisin (perekat), Lilin, dan Garam-garam
mineral. Fibroin dan Serisin adalah protein –pada sutera liar lebih sedikit Serisinnya,
namun bahan-bahan yang perlu dihilangkan tidak hanya serisin, lilin dan
garam-garam mineral seperti halnya pada sutera yang dihasilkan dari ulat sutera
Bombyx Mori. Pada sutera liar bahan-bahan yang perlu untuk dihilangkan,
meliputi juga lemak-lemak dan zat warna (pigmen) alam yang berwarna kekuningan.
Komponen utama sutera yang telah banyak
digunakan dalam berbagai industri adalah filamen atau serat sutera. Filamen
sutera Attacus Atlas diperoleh dari penguraian kulit kokon melalui beberapa
tahap pemrosesan. Filamen dari ulat sutera liar ini memiliki banyak keunggulan
dibandingkan filamen sutera domestik Bombyx mori. Karakter kain sutera liar
lebih sejuk saat dipakai, tahan kusut, anti alergi, lebih halus, dan memiliki
variasi warna eksklusif. Penggunaan sutera yang meluas –tidak terbatas dalam
dunia tekstil saja, membuat kualitas sutera penting untuk dipertahankan dan
ditingkatkan. Kualitas sutera sangat bergantung kepada karakteristik kokon dan
filamennya. Salah satu hal yang diduga dapat mempengaruhi karakteristik kokon
dan filamen adalah usia kokon saat diolah. Belum diketahui berapa usia kokon
maksimum tanpa mengurangi atau mengubah mutu karakteristik kokon dan filamen.
Biasanya pengolahan kokon dilakukan segera setelah dipanen, karena dikhawatirkan
kualitas karakteristik filamen menurun. Akibatnya, setelah panen, kokon yang
harus segera diolah secara bersamaan cukup banyak, sehingga dapat mengurangi
efektivitas pengolahan kokon. Usia kokon terbaik yang ditunjukkan dengan nilai
keragaman terendah terdapat pada usia kokon 45 dan 60 hari, akan tetapi nilai
maksimum panjang filamen sekali putus yang sangat penting dalam usaha
pemintalan terdapat pada usia kokon 30 hari. Jika mengabaikan keberlangsungan
reproduktif Attacus atlas, kokon berusia 30 hari dapat diolah dengan
dikeringkan terlebih dahulu untuk menyeragamkan kandungan air kokon. Karakteristik
filamen dengan kualitas seragam dan tinggi serta mempertimbangkan kelangsungan
regenerasi Attacus Atlas dapat diperoleh pada usia kokon 45-60 hari. Selama
penyimpanan kokon dilakukan dalam ruangan bersirkulasi udara lancar dan dalam
tempat yang minim kontak dengan udara, tidak terjadi perubahan berarti dalam
karakteristik filamen sutera.
Siklus hidup Attacus Atlas (Lepidoptera
: Saturniidae) dari telur sampai imago berlangsung 83-109 hari dengan rataan
96,74 hari, terdiri dari stadium telur, larva dan pupa, masing-masing selama
10,91 hari 56,12 hari dan 29,71 hari. Lama siklus pada musim hujan lebih
panjang dibanding pada musim kemarau. Populasi larva paling tinggi dengan
rataan 25,38 ekor/tan didominasi oleh instar I (24,74%) dan instar II (16,12%).
Sutera liar berbeda dari sutera ternakan
dari segi warna dan tekstur, serta kepompong liar yang dikumpulkan biasanya
sudah dirusak oleh ngengat yang keluar sebelum kepompong tersebut diambil,
sehingga benang sutera yang membentuk kepompong itu sudah terputus menjadi
pendek. Sutera liar biasanya juga lebih sukar dicelup warna daripada sutera
ternakan.
Upaya Kreatif
Sejak jaman dahulu, sutera telah digunakan untuk pakaian yang istimewa. Kimono
(pakaian tradisional Jepang); Kain sari (pakaian tradisional India);
Hanbok (pakaian tradisional Korea); bahkan Batik (Indonesia) juga ada yang menggunakan kain sutera.
Pakaian Tradisional, Atas (kiri-kanan): Kimono (Jepang), Hanbok (Korea). Bawah (kiri-kanan): Saree/Kain Sari (India), Kebaya Batik (Indonesia) yang berbahan sutera. |
Soleh, seorang perajin dari Sutera Alam Soleh (SAS) Garut –perusahaan yang
berdiri sejak tahun 1996 dan beralamat di Jalan Terusan Pembangunan no. 101
Garut ini, mencoba melakukan terobosan baru dalam persuteraan liar. Ia bekerjasama
dengan pengusaha Jepang untuk membuat sutera yang bukan berasal dari ulat
Bombyx Mori; yakni dari ulat Attacus Atlas –hileud haji, yang memang banyak
terdapat di Garut. Seorang
pengusaha Jepang di Yogyakarta, mencoba mengembangkan ulat sutera yang
menghasilkan benang sutera berwarna kuning. Hasil kokonnya kemudian dibawa ke
Garut untuk diurai jadi benang, dan selanjutnya dijadikan kain yang berwarna
kuning. Selain itu juga orang Jepang itu, mengembangkan sutera yang
menghasilkan kepompong berwarna hijau muda. Memang dari hasil percobaan mereka,
akan menghasilkan warna-warna lain yang lebih unik dan menarik serta warna yang
eksklusif. Dibandingkan dengan ulat sutera alam ternakan yang putih,
warna-warna yang dihasilkan ulat sutera liar kemudian ternyata lebih indah, dan
harganya pun lebih mahal pula.
Sementara untuk jenis ulat Bombyx Mori –selain
menerima masukkan dari orang-orang Jepang, Soleh pun mencoba dengan idenya
sendiri. Kokon Bombyx yang sudah biasa ditenun, kemudian dipendam dalam tanah
selama enam bulan. Secara kimia, memang terjadi proses oksidasi dan bereaksi
dalam tanah. Kokon-kokon yang dipendam tanpa menggunakan bungkus apa pun,
setelah enam bulan kemudian dibongkar. Kokon yang semula berwarna putih,
setelah mengalami proses oksidasi warnanya berubah menjadi coklat susu. Luar
biasa, hasil tenunan dari kokon yang sudah berubah warna itu, ternyata
menghasilkan benang dan kain yang berwarna coklat muda. Warna yang
dihasilkannya itu, sama sekali tidak berubah setelah dicuci dan dipanaskan dengan
udara dan sinar matahari.
Aneka Suvenir berbahan baku kokon ulat sutera |
Kokon adalah kepompong yang dihasilkan
ulat sutera. Namun tidak semua kokon bisa diproses menjadi benang sutera karena
kualitasnya yang buruk. Biasanya, kokon jenis ini akan dibuang. Potensi limbah
kokon inilah yang perlu dimanfaatkan untuk memproduksi berbagai kerajinan dan suvenir.
Pernak-pernik kerajinan berbahan kokon |
Putu Suanwedi adalah pemilik Suvanahana
Cocoon Craft Bali, Berbagai aksesori seperti kalung, cincin, tas, suvenir
bentuk bunga serta kap lampu dibuatnya. Untuk produk jepit rambut berbentuk
bunga dari bahan baku kokon. Ukuran dan Tingkat Kerumitan dalam
pembuatan suvenir mempengaruhi harganya. Ada empat tahapan pembuatan suvenir
dari bahan baku kokon. Tahap pertama yang perlu dilakukan adalah membersihkan
kokon dari kotoran ulat yang masih menempel. Pembersihan dilakukan dengan
tangan karena jika dengan mesin, kokon akan rusak. Setelah itu kokon diberi
warna dengan menggunakan cat kain –namun banyak pelanggan yang lebih
menginginkan suvenir dengan warna natural. Setelah pewarnaan, kokon kemudian
dipotong dengan gunting sesuai dengan pola yang dibutuhkan. Terakhir, kokon
yang telah dipotong, biasanya menjadi dua bagian, dirangkai dan di tempel
dengan menggunakan lem hingga terbentuk sebuah rangkaian bunga. Untuk
membuat rangkaian bunga dengan ukuran rata-rata 7 cm, Putu setidaknya
menghabiskan 50 buah kokon. Adapun untuk bunga yang berukuran 10 cm, ia
memerlukan 80 kokon.
Bungan dengan Vas Bunga dari kokon |
Furi Suminarintyas dengan My Silk
Cocoon Craft di Yogyakarta. Ia memproduksi berbagai macam suvenir seperti
bunga, kupu-kupu, capung dan berbagai hiasan kap lampu dengan bahan baku kokon
sutera liar. Kokon yang berasal dari budidaya (ternakan) memiliki warna
cenderung putih. Sedangkan yang berasal dari hutan (liar) warnanya kuning
keemasan, kokon yang berasal dari alam bebas memiliki harga jual lebih tinggi.
Selain warnanya lebih bagus, juga proses pembentukan kokon oleh ulat lebih lama.
Meski sepintas membuatnya terlihat
sederhana, namun keterampilan merangkai dan mendesain bahan kepompong sutera,
baik yang berjenis putih (mulberry silk); coklat (atakas silk); maupun kuning
keemasan (cricula silk), menjadi kunci sukses terciptanya kerajinan yang satu
ini. Proses diawali dengan pemilihan tekstur kulit kepompong yang selanjutnya
dibentuk kecil, mirip kelopak bunga mawar. Tahap selanjutnya bahan kepompong
dirangkai sedemikian sesuai dengan motif bunga kuncup atau mekar sesuai
pesanan. Sebagai tahap akhir, kepompong yang telah berbentuk bunga, diberi
tangkai menggunakan kawat, dengan balutan kertas marmer, untuk memperindah.
Barulah kepompong dirangkai satu persatu, dalam vas bunga yang telah disiapkan.
Tips lain untuk pemanfaatan kokon ulat
sutera liar sebagai bahan pembuat aksesoris:
1.
Pilih kokon yang bersih dengan
motif yang masih terlihat jelas.
2.
Rendam dalam cairan desinfektan
selama 10 menit dan bilas dengan air bersih.
3.
Keringkan dengan suhu kamar
4.
Siapkan bahan pendukung lainnya
seperti gantungan kunci, peniti bros, karton, kain polos.
5.
Kokon yang sudah kering (siap
digunakan) di gunting sesuai dengan motif yang di kehendaki.
6.
Kokon yang sudah di gunting
sesuai pola, di tempel menggunakan lem lilin dan lem fox. Bila kokon di aplikasikan
pada hiasan pada tas; kerudung; dan taplak, maka desain kokon di jahit pada
bahan tersebut.
Ponteghi, camilan masyarakat Korea dari Pupa ulat sutera |
Penutup
Peternakan ulat sutera sesungguhnya
multiguna. Ia bisa berfungsi ekologis –melestarikan alam yang akan
berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem, dan industri ramah lingkungan (mungkin
tidak perlu melakukan Amdal, namun kaedah-kaedah kelestarian lingkungan harus
diperhatikan, terutama dalam hal kaedah konservasi lahan supaya tidak terjadi
erosi, begitu pula dalam hal pemupukan agar Liberian pemupukan yang berimbang
agar tidak terjadi proses pemiskinan tanah). Bisa juga bernilai ekonomis
–membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat; meningkatkan pula peluang bagi
tenaga kerja; meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) setempat dengan
retribusi/pajak daerah, dan sekaligus sosio-kultural. Kain sutera membuka
kegiatan sosial bernilai budaya tinggi dan berdampak langsung pada kesehatan.
Serat sutera bersifat higroskopis, menghalangi terpaan sinar ultraviolet,
menjaga kekenyalan kulit, dapat di manfaatkan sebagai bahan kosmetik maupun
industri pengobatan.
Keistimewaan dari sutera antara lain:
·
Sutera merupakan bahan yang
sangat kuat –konon, kekuatan sutera sebanding dengan kawat halus yang terbuat
dari baja.
·
Sutera juga lembut saat menyentuh
kulit. Asam amino dalam serat sutera yang membuat sutera terasa lembut dan
nyaman. Bahkan sutera dapat menjaga agar terhindar dari berbagai penyakit
kulit. Tentu hal ini akan membuat pemakainya merasa nyaman.
·
Sutera memiliki kemampuan
menyerap yang baik sehingga cocok digunakan di udara yang hangat dan tropis.
Karena itu, setiap pemakai bahan sutera akan merasa sejuk dan lebih kering
meski udara panas. Yang menyebabkan bahan sutera mampu menyerap kelembaban dan
cairan karena asam amino di dalam serat sutera mampu menyerap lalu membuang
keringat.
·
Bahan sutera memiliki ciri khas
yaitu berkilau seperti mutiara. Hal ini disebabkan karena lapisan-lapisan
fibroin, yaitu sejenis protein yang dihasilkan ulat sutera, membentuk struktur
mikro yang berbentuk prisma. Struktur prisma inilah yang menyebabkan cahaya
akan disebar ketika terkena bahan dari sutera sehingga menimbulkan efek kilau
yang indah pada sutera.
·
Sutera memiliki daya tahan
terhadap panas dan tidak mudah terbakar.
Jadi, produk yang dihasilkannya lebih
alami dan ramah lingkungan. Selain itu,
ulat sutera liar dapat pula digunakan untuk makanan
tambahan maupun obat-obatan. Beberapa asam amino yang
menyusun fibroin memperlihatkan efek secara medis. Glisin
dapat menurunkan tekanan darah, alanin diketahui dapat
meningkatkan aktivitas intestinum dan mengurangi gejala
akibat kelebihan penggunaan alkohol. Dopa yang berasal
dari tirosin memperlihatkan efek positif dalam perawatan
penderita penyakit Parkinson. Selain itu fibroin juga
mengandung asam amino esensial seperti, valin,
leusin, isoleusin, trionin, dan lain-lain.
Hileud Haji mungkin tidak pernah menjadi primadona, namun potensinya
sebagai bahan penghasil kain sutera atakas, tidak boleh diabaikan. Ulat yang selama
ini dianggap sebagai hama, ternyata mampu menghasilkan benang sutera yang
bernilai ekonomis. Siapa sangka, ulat yang semula dianggap
mendatangkan bencana ternyata berbuah berkah ?
Mugia aya manfaatna.
Rejeki yang Allah SWT berikan, akan terbuka bagi orang-orang kreatif.
BalasHapusKreativitas membuka peluang pada "Terbukanya" lapangan kerja baru.
makasih buat infonya, menarik sekali nih. di tempatku di Jonggol juga banyak terdapat ulat ini ya, biasanya mereka memakan daun kecapi.
BalasHapusTerimakasih komentarnya, Putri Bungsu.
BalasHapusPada dasarnya, jenis ulat ini bisa memakan daun apa saja.
BalasHapusItulah kenapa, pembudidayaan ulat ini sangat mudah.
Salam kenal mas ade, aku agnes,Mas untuk saat sekrg ini, apa ulat ini bs dijumpai disana? Saya sedang butuh ulat sutera emas untuk bahan penelitian. Mohon jawabannya.
HapusTerimakasih
Salam kenal juga, neng Agnes.
BalasHapusDari pengamatan saya, jenis hileud haji ini masih sangat banyak dijumpai di daerah Garut.
Untuk lebih jelasnya, datang saja ke kang Soleh (perusahaan Sutera Alam Soleh) di Jalan Terusan Pembangunan Nomor 101 Kabupaten Garut.
salam kenal mas ade saya irna ebry ramdhani mohon informasinya apakah didaerah garut saya bisa menemukan kokon ulat sutera liar attacus atlas yang masih segar karena saya butuh kokon segarnya untuk dijadikan bahan untuk penelitian saya mohon informasinya di email di email saya irnafebryramdhani@yahoo.co.id nmr tlpon 085242388828 karena saya dari sulawesi mohon informasinya secepatnya untuk yg bisa saya hubungi untuk mendapatkan kokon ulat sutera liar yang masih segar makasih sebelumnya.
HapusSampurasun..kang ade, dupi jenis Bombyx Mori aya di Garut ?
BalasHapusRampes... Bombyx Mori sareng Attacus Atlas, masih seueur pisan di Garut.
BalasHapusMangga sumpingan wae ka perusahaan SAS (kang Soleh).
Wah emang ulat sutra dapat memberikan peluang bisnis buat kita yang kreatif ya gan, dari texturnya yang alami dan warna kuning ke emasan ,sangat bagus untuk bahan kerajinan yang bernilai ekonomis.
BalasHapusUntuk menjual kepompompong ulat sutra emas di mana ya gan ?
Ttims infonya baca juga postingan saya ya gan http://www.biaspelangi.pe.hu/2015/03/kerajinan-tangan-kerajina-dari-sutra.html?m=1
Salam kenal dan sukses selalu.
Asslamu'alaikum
BalasHapusKang Ade, bolehkah saya minta kontak kang ade? Ini merupakan hal yang sangat luar biasa. Saya ingin belajar bersama kang ade. Saya mahasiswa pertanian dari Universitas Siliwangi.