B.
Kondisi
Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan
Apa
saja yang dialami bangsa Indonesia pada masa penjajahan? Perkembangan
kolonialisme dan imperialisme Barat di Indonesia, menyebabkan perubahan
masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang. Pemerintah kolonial menerapkan
kebijakan yang merugikan bangsa Indonesia. Akibatnya, bangsa Indonesia
melakukan perlawanan untuk mengusir penjajah. Untuk mengetahui bagaimana
kebijakan pemerintah kolonial terhadap bangsa Indonesia, mari telusuri kajian
di bawah ini.
1.
Pengaruh
Monopoli dalam Perdagangan
Kalian
perhatikan gambar perkebunan cengkeh di atas. Apakah masyarakat disekitar
tempat tinggalmu, menanam tanaman tersebut? Tanaman di atas merupakan salah
satu produk yang dimonopoli bangsa Barat saat menjajah Indonesia. Untuk memahami
bagaimana akibat dari pelaksanaan monopoli, kerjakan aktivitas kelompok berikut
ini.
Aktivitas
Kelompok
1.
Bentuklah
kelompok dengan anggota 4-5 orang.
2.
Perhatikan
teks berikut ini:
Cengkih merupakan salah satu
hasil utama masyarakat Maluku. Hasil perkebunan tersebut merupakan tanaman
ekspor yang sangat dibutuhkan masyarakat Eropa. Perusahaan dagang Belanda, VOC,
berusaha menguasai perdagangan tersebut. Rakyat hanya diperbolehkan menjual
hasil perkebunan tersebut kepada VOC. Para pedagang lain tidak diperbolehkan
membeli hasil perkebunan dari rakyat tersebut. VOC telah melakukan penguasaan
perdagangan di Maluku, atau disebut praktik monopoli.
3.
Berdasarkan
teks tersebut, diskusikan:
a.
Siapa
yang paling berkuasa menentukan harga beli kepada petani?
b.
Siapa
yang paling menentukan harga jual kepada pedagang lain?
c.
Bagaimana
nasib pedagang lain yang sama-sama ingin berdagang komoditas tersebut?
4.
Catatlah
simpulan dari hasil diskusi kelompokmu dan tuliskan kesimpulan akhir pada buku
catatanmu. Tanyakan kepada guru, hal-hal yang kalian anggap belum jelas.
Setelah
kalian mengerjakan aktivitas kelompok di atas, bagaimana penilaianmu terhadap
praktik monopoli? Monopoli perdagangan seperti kasus di atas, jelas merugikan
rakyat. Kalian dapat membayangkan bagaimana perasaan para petani yang ingin
menjual hasil pertanian secara bebas, tetapi dipaksa hanya menjual kepada VOC?
Tentu daya tawar mereka sangat rendah.
Pada
awal kedatangannya, bangsa-bangsa Barat diterima dengan baik oleh rakyat
Indonesia. Hubungan perdagangan tersebut kemudian berubah menjadi hubungan
penguasaan atau penjajahan. VOC terus berusaha memperoleh kekuasaan yang lebih
dari sekedar jual beli. Itulah yang memicu kekecewaan; kebencian; dan
perlawanan fisik.
Wawasan
Tahukah
kalian keistimewaan VOC? VOC dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal yang
menjalankan tugas pemerintahan di daerah-daerah jajahan. Selain itu, VOC
memiliki hak oktroi/istimewa yang isinya sebagai berikut:
1.
Hak
mencetak uang;
2.
Hak
memiliki angkatan perang;
3.
Hak
memerintah daerah yang diduduki;
4.
Hak
melakukan perjanjian dengan raja-raja;
5.
Hak
memonopoli perdagangan rempah-rempah.
Pada
awalnya VOC meminta keistimewaan hak-hak dagang. Akan tetapi dalam
perkembangannya, menjadi penguasaan pasar (monopoli). VOC menekan para raja
untuk memberikan kebijakan perdagangan hanya dengan VOC. Akhirnya VOC bukan
hanya menguasai daerah perdagangan, tetapi juga menguasai politik atau
pemerintahan.
Kalian
tentu sering mendengar istilah monopoli. Apakah yang disebut monopoli? Monopoli
adalah penguasaan pasar yang dilakukan oleh satu atau sedikit perusahaan.
Bagaimanakah dampak monopoli? Bagi pelaku perusahaan, monopoli sangat
menguntungkan karena mereka dapat menentukan harga beli dan harga jual. Sebagai
contoh: pada saat melakukan monopoli rempah-rempah di Indonesia, VOC membuat
perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Indonesia. Isinya, setiap kerajaan hanya
mengizinkan rakyat menjual hasil bumi kepada VOC. Karena produsen sudah
dikuasai VOC, maka pada saat rempah-rempah dijual, harganya sangat turun.
Sebaliknya, VOC menjualnya kembali ke Eropa dengan harga yang sangat tinggi.
Tentu
kalian bertanya, mengapa kerajaan-kerajaan di Indonesia membiarkan VOC
memonopoli perdagangan? Semua itu terjadi karena keterpaksaan. Belanda memaksa
kerajaan-kerajaan di Indonesia, untuk menandatangani kontrak monopoli dengan
berbagai cara. Salah satu caranya adalah politik adu domba, atau dikenal
dengan: devide et impera. Siapa yang diadu-domba? Adu domba yang dilakukan
Belanda dapat terjadi terhadap kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain,
atau antarpejabat kerajaan. Apa tujuan Belanda melakukan adu domba?
Belanda
berharap akan terjadi permusuhan antarbangsa Indonesia, sehingga terjadi perang
antarkerajaan. Belanda juga terlibat dalam konflik internal yang terjadi di
kerajaan. Pada saat terjadi perang antarkerajaan, Belanda mendukung salah satu
kerajaan yang berperang. Demikian halnya saat terjadi konflik di dalam
kerajaan, Belanda akan mendukung salah satu pihak. Setelah pihak yang didukung
Belanda menang, Belanda akan meminta balas jasa.
Renungkan
Monopoli
adalah salah satu bentuk perdagangan yang dapat merugikan orang lain. Apabila
kalian menjadi pedagang, jadilah pedagang yang adil, tidak mementingkan
keuntungan sendiri. Lakukan perdagangan dengan penuh toleransi, bersaing secara
sehat, dan saling mengasihi. Monopoli dapat dilakukan dalam hal-hal tertentu
oleh negara. Contohnya: produksi semen dan minyak bumi dimonopoli oleh
pemerintah demi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
Seusai
perang, Belanda biasanya meminta imbalan berupa monopoli perdagangan atau
penguasaan atas beberapa lahan atau daerah. Akibat monopoli, rakyat Indonesia
sangat menderita. Mengapa demikian? Dengan adanya monopoli, rakyat tidak
memiliki kebebasan menjual hasil bumi mereka. Mereka terpaksa menjual hasil
bumi hanya kepada VOC. VOC dengan kekuasaannya, membeli hasil bumi rakyat
Indonesia dengan harga yang sangat rendah. Padahal apabila rakyat menjual
kepada pedagang lain, harganya bisa jauh lebih tinggi.
Untuk
meluaskan kekuasaan, VOC mempersiapkan penguasaan dengan cara perang (militer).
Beberapa gubernur jenderal, seperti: Antonio van Diemon (1635-1645); Johan
Maatsuyeker (1653-1678); Rijklof van
Goens (1678-1681); Cornellis Janzoon Speelman (1681-1684), merupakan
tokoh-tokoh peletak dasar politik ekspansi VOC.
VOC
mengalami kebangkrutan pada akhir abad XVIII. Korupsi dan manajemen perusahaan
yang kurang baik, menjadi penyebab utama kebangkrutan VOC. Akhirnya tanggal 13
Desember 1799, VOC dibubarkan. Mulai tanggal 1 Januari 1800, Indonesia menjadi
jajahan Pemerintah Belanda atau sering disebut masa Pemerintahan Hindia Belanda.
Mulai periode inilah, Belanda secara resmi menjalankan pemerintahan kolonial
dalam arti yang sebenarnya.
2.
Pengaruh
Kebijakan Kerja Paksa
Kalian
perhatikan gambar suasana kerja paksa pada masa pemerintah Hindia Belanda di
Indonesia. Apa yang mereka kerjakan? Mengapa Belanda memaksa mereka bekerja?
Bagaimana perasaanmu melihat gambar tersebut?
Pernahkah
kalian mendengar istilah kerja rodi atau kerja paksa? Bagaimana rasanya apabila
bekerja karena terpaksa? Tentu saja bekerja karena terpaksa, hasilnya tidak
sebaik pekerjaan yang dilakukan dengan sukarela. Melakukan pekerjaan karena
dipaksa juga, akan membuat seseorang menderita. Hal itulah yang dialami bangsa
Indonesia pada masa penjajahan dahulu. Pemerintah Belanda menginginkan
keuntungan sebanyak-banyaknya dari bumi Indonesia sehingga menerapkan kebijakan
kerja paksa.
Mendengar
istilah kerja paksa, tentu kalian sudah dapat menebak bahwa rakyat Indonesia
bekerja tanpa fasilitas yang memadai. Mereka tidak memperoleh penghasilan yang
layak, tidak diperhatikan asupan makanannya, dan melakukan pekerjaan di luar
batas-batas kemanusiaan. Bagaimana kerja paksa yang terjadi pada masa
pemerintah Hindia Belanda? Kalian akan telusuri melalui kajian berikut ini.
Perhatikan
gambar peta jalur Anyer Panarukan di atas. Tahukah kalian berapa panjang jalur
Anyer Panarukan? Jalur tersebut memanjang lebih dari 1.000 km dari Cilegon
(Banten); Jakarta; Bogor; Bandung; Cirebon; Semarang; Pati; Surabaya; Probolinggo;
hingga Panarukan (Jawa Timur). Saat ini jalur tersebut merupakan salah satu
jalur transportasi utama bagi masyarakat di Pulau Jawa. Anyer-Panarukan
dibangun 200 tahun yang lalu oleh pemerintah Gubernur Jenderal Daendels yang
merupakan bagian dari Republik Bataaf (Prancis). Mengapa jalan tersebut harus
dibangun? Bagaimana pengaruhnya bagi bangsa Indonesia?
Gubernur
Jenderal Daendels yang memerintah tahun 1808-1811, melakukan berbagai
kebijakan, seperti: pembangunan militer; jalan raya; perbaikan pemerintahan;
dan perbaikan ekonomi. Salah satu kebijakan yang terkenal dan buktinya dapat
disaksikan hingga masa sekarang, adalah: pembangunan jalan Anyer-Panarukan
(Jalan Raya Pos). Jalan Raya Pos, sangat penting bagi pemerintah kolonial.
Jalan tersebut dibangun dengan tujuan utama untuk kepentingan militer
pemerintah kolonial. Dalam perkembangannya jalan tersebut menjadi sarana
transportasi pemerintahan dan mengangkut berbagai hasil bumi. Hingga sekarang
manfaat jalan tersebut masih dapat dirasakan. Dibalik besarnya proyek tersebut,
perlu dipertanyakan bagaimana proses pembangunan jalan yang melewati gunung
yang terjal dan medan yang sulit pada masa lalu? Siapakah yang menjalankan
pembangunan?
Pembangunan
jalan tersebut merupakan kebijakan pemerintah Republik Bataaf di bawah Gubernur
Jenderal Herman Willem Daendels. Mereka memandang penting pembangunan jalur
Anyer-Panarukan. Selain untuk kepentingan pertahanan dan militer, jalur
tersebut merupakan penghubung kota-kota penting di Pulau Jawa yang merupakan
penghasil berbagai tanaman ekspor. Dengan dibangunnya jalan tersebut, proses
distribusi barang dan jasa untuk kepentingan kolonial semakin cepat dan
efisien.
Pembangunan
jalur Anyer-Panarukan, sebagian besar dilakukan oleh tenaga manusia. Puluhan
ribu penduduk dikerahkan untuk membangun jalan tersebut. Rakyat Indonesia
dipaksa Belanda untuk membangun jalan. Mereka tidak digaji dan tidak menerima
makanan yang layak. Akibatnya, ribuan penduduk meninggal, baik karena kelaparan
maupun penyakit yang diderita. Pengerahan penduduk untuk mengerjakan berbagai
proyek Belanda inilah, yang disebut: kerja rodi atau kerja paksa.
Kerja
paksa pada masa pemerintah Belanda, banyak ditemukan di berbagai tempat. Banyak
penduduk yang dipaksa menjadi budak dan dipekerjakan di berbagai perusahaan
tambang ataupun perkebunan. Kekejaman Belanda ini masih dapat kalian buktikan
dalam berbagai kisah yang ditulis dalam buku-buku sejarah dan novel.
Untuk
lebih memperdalam pemahaman mengenai kegiatan kerja paksa pada masa penjajahan
Belanda, kerjakan aktivitas kelompok berikut ini.
Aktivitas
Kelompok
Belanda
melakukan kerja paksa di berbagai daerah. Untuk mengetahui bentuk kerja paksa
di daerah lain, kalian dapat melakukan kegiatan berikut ini.
1.
Bentuklah
kelompok dengan anggota 3-4 orang.
2.
Carilah
buku; majalah; atau internet, yang menceritakan kegiatan kerja paksa pada masa
Belanda.
3.
Tuliskan
hasil diskusimu dalam tabel berikut ini.
4.
Presentasikan
hasilnya di depan kelas.
No
|
Nama Proyek
|
Tempat
|
Bentuk Kerja Paksa
|
5.
Setelah
kegiatan presentasi selesai, buatlah catatan kesimpulan materi yang kalian
pelajari.
Setelah
mengerjakan aktivitas kelompok di atas, tentu kalian menemukan dan merasakan
bagaimana penderitaan masyarakat pada masa penerapan Tanam Paksa.
Wawasan
VOC,
Hindia Belanda, Republik Bataaf, dan Inggris
Pada
materi sebelumnya, kalian telah mempelajari tentang penjajahan Portugis dan
Spanyol di Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, ternyata terjadi beberapa
masa pemerintahan di Indonesia, yakni: masa VOC (1605-1799); masa Hindia
Belanda (1800-1808); masa Republik Bataaf (1808-1811); masa Pemerintahan
Inggris (1811-1816); dan masa Pemerintahan Hindia Belanda (1816-1942). Mengapa
ada Republik Bataaf dan Pemerintah Inggris?
Apada
awal tahun 1795, pasukan Prancis menyerbu Belanda. Raja Willem V melarikan diri
ke Inggris. Belanda pun dikuasai Prancis, dan terbentuklah Republik Bataaf
(1795-1806) yang merupakan bagian Prancis. Kebijakan-kebijakan Republik Bataaf
untuk mengatur pemerintahan di Hindia, masih juga terpengaruh Prancis.
Pemerintahan yang mewakili Republik Bataaf di Indonesia adalah Herman Willem
Daendels (1808-1811) dan Jan Willem Janssen (1811).
Inggris
berusaha mengambil-alih Indonesia dari kekuasaan Republik Bataaf (Prancis).
Akhirnya Janssen secara resmi menyerah ke pihak Inggris, yang ditandai dengan
adanya Kapitulasi Tuntang pada tanggal 18 September 1811. Setelah dikuasai,
penguasa Inggris di India, Lord Minto, menunjuk Thomas Stamford Raffles sebagai
letnan gubernur di Indonesia (Jawa).
Inggris
menguasai Indonesia mulai 1811-1816, dengan Thomas Stamford Raffles sebagai
gubernur jenderal. Pada tahun 1814, Napoleon Bonaparte kalah melawan raja-raja
di Eropa dalam perang koalisi. Untuk memulihkan kembali keadaan di Eropa,
diadakan Kongres Wina 1814. Adapun antara Inggris dan Belanda, diadakan
Convention of London 1814, yang salah satunya adalah: Belanda mendapatkan
kembali wilayah-wilayah kekuasaannya di Nusantara dari Inggris.
Berdasarkan
data di atas, kalian dapat memahami kronologi penjajahan di Indonesia setelah
masa VOC.
Renungkan
Fasilitas
yang dinikmati bangsa Indonesia saat ini, merupakan salah satu jerih payah
rakyat Indonesia masa lalu. Sebagian jalan kereta api; jalan raya; dan saluran
irigasi, merupakan salah satu peninggalan masa lalu. Fasilitas tersebut
dikerjakan melalui kerja paksa. Kalian memelihara dan memanfaatkan fasilitas
tersebut dengan baik, dan mendoakan para pekerja yang dahulu mengerjakan proyek
tersebut.
3.
Pengaruh
Sistem Sewa Tanah
Perhatikan
gambar Kebun Raya Bogor di atas. Kebun Raya Bogor merupakan salah satu pusat
pengetahuan yang menyimpan berbagai jenis tanaman. Tahukah kalian bahwa kebun
raya tersebut sudah dibangun sejak awal abad XIX? Kebun Raya Bogor merupakan
salah satu bukti pengaruh kekuasaan Inggris di Indonesia. Bagaimana Inggris
dapat menguasai Indonesia?
Pada
masa tersebut meletus perang di Eropa antara Prancis dan Belanda. Willem V dari
negeri Belanda, berhasil lolos dari serangan Prancis dan melarikan diri ke
Inggris. Willem V kemudian mengeluarkan maklumat yang memerintahkan para
pejabat jajahan Belanda, menyerahkan wilayahnya kepada Inggris. Maklumat ini
dimaksudkan agar jajahan Belanda tidak jatuh ke tangan Prancis.
Saat
Inggris menguasai Indonesia, Gubernur Jenderal Lord Minto membagi daerah
jajahan Hindia Belanda menjadi 4 gubernement, yakni: Malaka; Sumatera; Jawa;
dan Maluku. Lord Minto selanjutnya menyerahkan tanggung jawab kekuasaan atas
seluruh wilayah itu kepada Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles.
Salah
satu kebijakan terkenal pada masa Raffles, adalah: sistem sewa tanah atau
landrent system atau landelijk stelsel. Sistem tersebut memiliki ketentuan,
antara lain sebagai berikut:
a.
Petani
harus menyewa tanah, meskipun dia adalah pemilik tanah tersebut.
b.
Harga
sewa tanah, tergantung kepada kondisi tanah.
c.
Pembayaran
sewa tanah, dilakukan dengan uang tunai.
d.
Bagi
yang tidak memiliki tanah, dikenakan pajak kepala.
Wawasan
Teori
Domein
Dalam
melaksanakan sistem sewa tanah, Gubernur Jenderal Raffles menggunakan Teori
Domein. Raffles berpendapat bahwa tanah yang dimiliki petani pada dasarnya
adalah tanah para raja. Karena kekuasaan para raja telah berpindah dari
pemerintah Inggris, maka sebagai akibat hukumnya, hak-hak pemilikan atas tanah
tersebut dengan sendirinya beralih pula kepada raja Inggris. Oleh karena itu
tanah-tanah yang dikuasai dan digunakan oleh rakyat itu bukan miliknya,
melainkan milik raja Inggris, sehingga mereka wajib memberikan sesuatu kepada
raja Inggris sebagaimana sebelumnya diberikan kepada raja-raja mereka sendiri.
Hal yang menjadi kewajiban untuk diberikan tersebut, dikenal dengan istilah:
landrente Raffles.
Bagaimana
pendapatmu tentang sistem sewa tanah? Walaupun lebih ringan dari sistem Tanam
Paksa, sewa tanah tetap memberatkan rakyat. Sistem sewa tanah menggambarkan
seakan-akan rakyat tidak memiliki tanah, padahal tanah tersebut adalah milik
rakyat. Hasil sewa tanah juga tidak seluruhnya digunakan untuk kemakmuran
rakyat. Hasil sewa tanah tersebut sebagian besar digunakan untuk kepentingan
penjajah.
Pelaksanaan
sistem sewa tanah tersebut dianggap memiliki banyak kelemahan, sehingga gagal
diterapkan di Indonesia. Beberapa penyebab kegagalan pelaksanaan sistem sewa
tanah adalah sebagai berikut.
a.
Sulit
menentukan besar kecil pajak bagi pemilik tanah, karena tidak semua rakyat
memiliki tanah yang sama.
b.
Sulit
menentukan luas dan tingkat kesuburan tanah petani.
c.
Keterbatasan
jumlah pegawai.
d.
Masyarakat
desa belum mengenal sistem uang.
Sistem
sewa tanah diberlakukan terhadap daerah-daerah di Pulau Jawa, kecuali
daerah-daerah Batavia dan Parahyangan. Daerah-daerah Batavia umumnya telah
menjadi milik swasta dan daerah-daerah Parahyangan merupakan daerah wajib
tanaman kopi yang memberikan keuntungan besar kepada pemerintah.
4.
Pengaruh
Sistem Tanam Paksa
Perhatikan
gambar tanaman ekspor dari Indonesia di atas. Pada masa penjajahan abad XIX,
tanaman tersebut merupakan komoditas utama ekspor Indonesia. Karena itu,
Belanda berusaha menaikan ekspor tanaman perkebunan tersebut. Apalagi ketika
awal abad XX Belanda menghadapi perang di Eropa, yang menyebabkan kerugian
keuangan yang besar. Selain itu, Belanda menghadapi berbagai perlawanan rakyat
Indonesia di berbagai daerah. Salah satu cara Belanda untuk menutup kerugian,
adalah dengan meningkatkan ekspor. Peningkatan ekspor merupakan pilihan Belanda
untuk mempercepat penambahan pundi-pundi keuangan negara.
Pada
tahun 1830, Johannes van den Bosch menerapkan sistem tanam paksa (cultuur
stelsel). Kebijakan ini diberlakukan karena Belanda menghadapi kesulitan
keuangan, akibat: Perang Jawa atau Perang Diponegoro (1825-1830) dan Perang
Belgia (1830-1831).
Wawasan
Mari
Gali
Tahukah
kalian ketentuan-ketentuan kebijakan Tanam Paksa? Simaklah ketentuan-ketentuan
sistem tersebut berikut ini.
1.
Penduduk
wajib menyerahkan 1/5 tanahnya untuk ditanami tanaman wajib dan berkualitas
ekspor.
2.
Tanah
yang ditanami tanaman wajib, bebas dari pajak tanah.
3.
Waktu
yang digunakan untuk pengerjaan tanaman wajib, tidak melebihi waktu untuk
menanam padi.
4.
Apabila
harga tanaman wajib setelah dijual melebihi besarnya pajak tanah, kelebihannya
dikembalikan kepada penduduk.
5.
Kegagalan
panen tanaman wajib, bukan kesalahan penduduk melainkan menjadi tanggung jawab
pemerintah Belanda.
6.
Penduduk
dalam pekerjaannya dipimpin penguasa pribumi, sedangkan pegawai Eropa menjadi
pengawas; pemungut; dan pengangkut.
7.
Penduduk
yang tidak memiliki tanah, harus melakukan kerja wajib selama 1/5 tahun (66
hari) dan mendapatkan upah.
Ketentuan
kebijakan tanam paksa yang diberlakukan pemerintah Hindia Belanda, sangat
memberatkan masyarakat Indonesia. Apalagi pelaksanaannya penuh dengan
penyelewengan, sehingga semakin menambah penderitaan rakyat Indonesia. Banyak
ketentuan yang dilanggar atau diselewengkan, baik oleh pegawai Belanda maupun
pribumi. Praktik-praktik penekanan dan pemaksaan terhadap rakyat tersebut,
antara lain sebagai berikut:
a.
Menurut
ketentuan, tanah yang digunakan untuk tanaman wajib hanya 1/5 dari tanah yang
dimiliki rakyat. Namun kenyataannya selalu lebih bahkan sampai ½ bagian dari
tanah yang dimiliki rakyat.
b.
Kelebihan
hasil panen tanaman wajib, tidak pernah dibayarkan.
c.
Waktu
untuk kerja wajib, melebihi dari 66 hari dan tanpa imbalan yang memadai.
d.
Tanah
yang digunakan untuk tanaman wajib, tetap dikenakan pajak.
Penderitaan
rakyat Indonesia akibat kebijakan Tanam Paksa ini dapat dilihat dari jumlah
angka kematian rakyat Indonesia yang tinggi, akibat kelaparan dan penyakit
kekurangan gizi. Pada tahun 1848-1850 karena paceklik, 9/10 penduduk Grobogan
Jawa Tengah mati kelaparan.
Sistem
ini membuat banyak pihak bersimpati dan mengecam praktik Tanam Paksa. Mereka
menuntut agar Tanam Paksa dihapuskan. Kecaman dari berbagai pihak tersebut
membuahkan hasil dengan dihapusnya sistem Tanam Paksa pada tahun 1870. Orang-orang
Belanda yang menentang adanya Tanam Paksa tersebut, diantaranya: Baron van
Hoevel; EFE Douwes Dekker (Multatuli); dan L Vitalis.
Pada
tahun 1870, keluarlah Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) yang mengatur
tentang prinsip-prinsip politik tanah di negeri jajahan yang menegaskan bahwa
pihak swasta dapat menyewa tanah, baik tanah pemerintah maupun tanah penduduk.
Tanah-tanah pemerintah dapat disewa pengusaha swasta sampai 75 tahun. Tanah
penduduk dapat disewa selama 5 tahun, dan ada juga yang disewa sampai 30 tahun.
Pada
tahun yang sama juga (1870) keluar Undang-Undang Gula (Suiker Wet) yang berisi
larangan mengangkut tebu keluar dari Indonesia. Tebu harus diproses di
Indonesia. Pabrik gula milik pemerintah akan dihapus secara bertahap dan
diambil alih oleh pihak swasta. Pihak swasta diberi kesempatan yang luas untuk
mendirikan pabrik gula baru.
Melalui
UU Gula, perusahaan-perusahaan swasta Eropa mulai berinvestasi di Hindia
Belanda di bidang perkebunan. Sejak UU Agraria dan UU Gula dikeluarkan, pihak
swasta semakin banyak memasuki tanah jajahan di Indonesia. Mereka memainkan
peranan penting dalam mengeksploitasi tanah jajahan. Tanah jajahan di Indonesia
berfungsi sebagai tempat untuk mendapatkan bahan mentah untuk kepentingan industri
di Eropa dan tempat penanaman modal asing, tempat pemasaran barang-barang hasil
industri dari Eropa, serta penyedia tenaga kerja yang murah.
5.
Perlawanan
terhadap Kolonialisme dan Imperialisme
Coba
kalian amati gambar peta di atas! Bandingkan luas negara Indonesia dan Belanda.
kira-kira berapa kali lipat luas Indonesia dibandingkan Belanda? Negeri
Indonesia yang jauh lebih luas dibandingkan wilayah Belanda. Pada masa lalu
Indonesia hanya dianggap sebuah provinsi bagi bangsa Belanda, namun tidak
diperlakukan sama dengan masyarakat Belanda di Eropa. Belanda hanya menguras
kekayaan Indonesia untuk kemakmuran negerinya. Bagaimanakah reaksi masyarakat
Indonesia? Tentu saja mereka melawan. Mari pelajari lebih lanjut,
perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia dengan
mencermati uraian berikut.
a.
Perlawanan
terhadap Persekutuan Dagang
1)
Sultan
Baabulah mengusir Portugis
Konflik antara kerajaan di
Indonesia dan persekutuan/kongsi dagang Barat, terjadi sejak para kongsi dagang
menunjukkan kecongkakannya. Sebagai contoh: Pada tahun 1529 terjadi perang
antara Tidore dan Portugis.
Penyebab utamanya adalah:
Portugis menghalang-halangi perdagangan Banda dengan Tidore. Portugis menembaki
jung-jung (perahu) dari Banda yang akan membeli cengkih ke Tidore. Tidore tidak
terima dengan tindakan armada Portugis, lalu melakukan perlawanan. Dalam perang
tersebut, Portugis berhasil mengadudomba Kerajaan Ternate dan Tidore. Portugis
mendapat dukungan dari Ternate dan Bacan. Akhirnya, Portugis mendapat
kemenangan.
Rakyat Maluku sadar bahwa
Portugis hanya akan merusak perdamaian. Sultan Hairun berhasil menyatukan
rakyat, dan mengobarkan perlawanan pada tahun 1565. Portugis terus terdesak
oleh gempuran tentara kerajaan yang didukung rakyat. Portugis menawarkan
perundingan kepada Sultan Hairun. Sultan Hairun adalah raja yang cinta damai,
sehingga menerima ajakan Portugis.
Pada tahun 1570 bertempat di
Benteng Sao Paolo, terjadi perundingan antara Sultan dan Portugis. Pada awal
perundingan, semua berjalan seperti sebuah pertemuan pada umumnya, yaitu:
membicarakan suatu hal penting. Pada saat itu, Sultan Hairun tidak menaruh
curiga sedikitpun. Ia merasa bahwa perdamaian jauh lebih baik. Namun pada saat
perundingan berlangsung, tanpa disangka-sangka, tiba-tiba Portugis menangkap
Sultan Hairun dan pada saat itu juga membunuhnya.
Kelicikan dan kejahatan Portugis
tersebut, menimbulkan kemarahan rakyat Maluku. Sultan Baabullah (putera Sultan
Hairun) dengan gagah melanjutkan perjuangan ayahandanya dengan memimpin
perlawanan. Pada saat bersamaan, Ternate dan Tidore bersatu melancarkan
serangan terhadap Portugis. Akhirnya pada tahun 1575, Portugis berhasil diusir
dari Ternate. Selanjutnya Portugis melarikan diri dan menetap di Ambon.
Portugis kemudian menyingkir ke Timor Timur/Timor Leste, dan melakukan kolonisasi
di tempat itu.
2)
Perlawanan
Aceh
Tahukah kalian bahwa selain di
Ternate dan Tidore, perlawanan masyarakat Indonesia terhadap Portugis juga
dilakukan oleh rakyat Aceh di Pulau Sumatera? Pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda (1607-1639), armada Aceh telah disiapkan untuk menyerang
kedudukan Portugis di Malaka. Saat itu, Aceh telah memiliki armada laut yang
mampu mengangkut 800 prajurit. Pada saat itu wilayah Kerajaan Aceh telah sampai
di Sumatera Timur dan Sumatera Barat. Pada tahun 1629, Aceh mencoba menaklukkan
Portugis, tetapi penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum berhasil mendapat
kemenangan. Meskipun demikian, Aceh masih tetap berdiri sebagai kerajaan yang
merdeka.
3)
Ketangguhan
Ayam Jantan dari Timur
Kalian tentu tidak asing dengan
nama Sultan Hasanuddin. Tokoh ini sangat ditakuti Belanda karena ketangguhannya
melawan Belanda, sehingga disebut sebagai: Ayam Jantan dari Timur.
Sultan Hasanuddin adalah Raja
Gowa di Sulawesi Selatan. Suatu ketika Kerajaan Gowa (Sultan Hasanuddin) dan
Bone (Arung Palaka), berselisih paham. Hal ini dimanfaatkan VOC dengan
mengadudomba kedua kerajaan tersebut. VOC memberikan dukungan sehingga Bone
menang saat perang dengan Gowa tahun 1666. Sultan Hasanuddin dipaksa
menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.
Perjanjian Bongaya adalah
perjanjian antara Sultan Hasanuddin dan VOC. Isi dari Perjanjian Bongaya adalah
sebagai berikut:
a)
Belanda
memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar.
b)
Belanda
mendirikan benteng pertahanan di Makassar.
c)
Makassar
harus melepaskan daerah kekuasaannya, berupa daerah di luar Makassar.
d)
Aru
Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Perjanjian Bongaya
telah memangkas kekuasaan Kerajaan Gowa sebagai kerajaan terkuat di Sulawesi.
Tinggal kerajaan-kerajaan kecil yang sulit melakukan perlawanan terhadap VOC.
4)
Serangan
Mataram terhadap VOC
Perhatikan gambar peta di atas.
Mataram adalah kerajaan besar di Jawa Tengah. Keberadaan VOC di Batavia, sangat
membahayakan Mataram. Pada awalnya Mataram dengan Belanda, dianggap menjalin
hubungan baik. Belanda diizinkan mendirikan benteng gudang (loji) untuk kantor
dagang di Jepara pada tahun 1615. Belanda juga memberikan 2 meriam untuk
Kerajaan Mataram.
Perselisihan antara Mataram dan
Belanda terjadi karena nafsu monopoli Belanda. pada tanggal 8 November 1618,
Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen memerintahkan van der Marct,
menyerang Jepara. Kerugian Mataram sangat besar. Peristiwa tersebut
memperuncing perselisihan antara Mataram dan Belanda.
Raja Mataram Sultan Agung segera
mempersiapkan penyerangan terhadap kedudukan VOC di Batavia. Serangan pertama
dilakukan pada tahun 1628. Pasukan Mataram dipimpin Tumenggung Bahurekso, yang
tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628. Selanjutnya menyusul pasukan
Tumenggung Sura Agul-Agul dan kedua bersaudara, yaitu: Kiai Dipati Mandurejo
dan Upa Santa.
Mengapa serangan pertama
mengalami kegagalan? Hal ini terjadi, selain karena kurangnya perbekalan, juga
disebabkan Mataram kurang matang dalam memperhitungkan medan pertempuran.
Faktor lain, adalah: persenjataan Belanda jauh lebih modern dibandingkan
tentara Mataram.
Serangan pertama yang dilakukan
oleh Mataram gagal, sehingga terpaksa pasukan ditarik kembali ke Mataram
tanggal 3 Desember 1628. Pada serangan tersebut, tidak kurang 1.000 prajurit
Mataram gugur dalam medan pertempuran. Mataram segera mempersiapkan serangan
kedua, dengan pimpinan Kyai Adipati Juminah; KA Puger; dan KA Purbaya.
Persiapan dilakukan dengan lebih matang. Gudang-gudang dan lumbung persediaan
makanan, didirikan di berbagai tempat. Setelah semua persiapan selesai,
pengepungan secara total terhadap Batavia pun dilakukan. Serangan dimulai pada
tanggal 1 Agustus dan berakhir 1 Oktober 1629. Namun serangan kedua inipun,
gagal. Karena faktor kelemahan yang sama seperti pada serangan pertama, serta
lumbung padi persediaan makanan banyak dihancurkan Belanda, sehingga semakin
memperlemah kekuatan Mataram.
Pada
tahun 1799 terjadi peristiwa penting dalam sejarah kolonialisme dan
imperialisme Barat di Indonesia. VOC dinyatakan bangkrut, sehingga dibubarkan.
Keberadaan VOC sebagai kongsi dagang yang menjalankan roda pemerintahan di
negeri jajahan seperti di Indonesia, tidak dapat dilanjutkan lagi. Pada tanggal
31 Desember 1799, VOC dinyatakan bubar. Semua utang piutang dan segala milik
VOC, diambil alih oleh pemerintah. Setelah dibubarkannya VOC, Indonesia berada
langsung di bawah pemerintah Hindia Belanda.
Aktivitas
Individu
1.
Carilah
buku, majalah, atau internet yang menceritakan tentang perlawanan rakyat
terhadap VOC.
2.
Pilihlah
salah satu kisah perlawanan tersebut.
3.
Bacalah
dengan seksama latar belakang, proses, dan akhir perlawanan tersebut.
4.
Buatlah
rangkuman tentang perlawanan tersebut dan tuliskan sepanjang 1-2 halaman dan
tuliskan komentarmu terhadap perlawanan tersebut.
5.
Tukarkan
hasil rangkumanmu dengan 2 temanmu.
6.
Catatlah
pelajaran penting dari perlawanan tersebut.
b.
Perlawanan
terhadap Pemerintah Hindia Belanda
Perhatikan
gambar Masjid Agung Aceh di atas! Bagi masyarakat Aceh, Masjid Aceh tersebut
merupakan masjid bersejarah yang terkait erat dengan semangat perjuangan
masyarakat Aceh. Bukan sekadar tempat ibadah kebanggaan masyarakat, masjid
tersebut merupakan simbol perjuangan rakyat Aceh menentang imperialisme Barat.
Masjid tersebut menjadi salah satu benteng perjuangan rakyat melawan Belanda.
Perlawanan
terhadap pemerintah Hindia Belanda, terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
Abad XIX merupakan puncak perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah
menentang Pemerintah Hindia Belanda. Kegigihan perlawanan rakyat Indonesia,
menyebabkan Belanda mengalami krisis keuangan untuk membiayai perang.
Perlawanan di berbagai daerah tersebut, belum berhasil membuahkan kemerdekaan.
Semua perlawanan, dipadamkan. Dan kerajaan-kerajaan di Indonesia, semakin
mengalami keruntuhan. Bagaimana proses perlawanan rakyat Indonesia abad XIX?
Kalian akan menelusuri sebagian perlawanan tersebut melalui uraian di bawah
ini.
1)
Perang
Saparua di Ambon
Kalian masih ingat kekuasaan
Inggris yang menggantikan Belanda pada tahun 1811-1816? Peralihan kekuasaan
tersebut menyadarkan rakyat bahwa Belanda bukanlah kekuatan yang paling hebat.
Ketika Belanda kembali berkuasa di Indonesia tahun 1817, rakyat Ambon
mengadakan perlawanan dibawah pimpinan Thomas Matulesi (Pattimura).
Pattimura memimpin perlawanan di
Saparua dan berhasil merebut benteng Belanda serta membunuh Residen van den
Berg. Dalam perlawanan tersebut, turut serta pula seorang pahlawan wanita,
bernama: Christina Martha Tiahahu, yang merupakan putri tunggal dari Paulus
Tiahahu, teman dari Kapitan Pattimura. Perlawanan Pattimura dapat dikalahkan
setelah bantuan Belanda dari Batavia, datang. Pattimura bersama 3 pengikutnya,
ditangkap dan dihukum gantung. Untuk memperdalam pemahamanmu tentang perjuangan
Pattimura, carilah buku biografinya.
2)
Perang
Paderi di Sumatera Barat (1821-1838)
Perhatikan gambar Benteng Fort de
Kock. Benteng tersebut merupakan saksi betapa sengitnya perlawanan kaum Padri
terhadap pemerintah Hindia Belanda. Dimanakah meletusnya Perang Padri?
Bagaimana latar belakang dan proses Perang Padri?
Minangkabau Sumatera Barat,
merupakan salah satu pusat gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Gerakan
pemurnian ajaran Islam, dibawa oleh para haji yang pulang dari Mekah. Tokohnya,
adalah: Haji Miskin; Haji Sunanik; dan Haji Piobang. Kelompok pembaharu Islam
di Sumatera Barat ini, disebut sebagai: Kaum Padri. Mereka terpengaruh oleh
para pembaharu Islam di Timur Tengah, dan menggelorakan semangat kembali pada
kebangkitan Islam.
Ide pembaharuan Kaum Paderi,
berbenturan dengan kelompok adat atau kaum penghulu. Belanda memanfaatkan
perselisihan tersebut dengan mendukung kaum adat yang posisinya sudah terjepit.
Perlawanan kaum Padri dengan
sasaran utamanya Belanda, meletus tahun 1821. Kaum Padri dipimpin Tuanku Imam
Bonjol (M Syahab); Tuanku nan Cerdik; Tuanku Tambusai; dan Tuanku nan Alahan.
Perlawanan kaum Padri berhasil membuat Belanda terpojok. Sementara itu Belanda
menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro (1825-1830). Belanda sadar apabila
pertempuran dilanjutkan, Belanda akan kalah. Belanda pun mengajak Kaum Padri
berdamai, yang diwujudkan di Bonjol tanggal 15 November 1825. Selanjutnya
Belanda berkonsentrasi ke Perang Diponegoro.
Belanda berhasil memadamkan
perlawanan Diponegoro. Setelah itu, Belanda kembali melakukan penyerangan
terhadap kedudukan Padri. Kaum adat yang semula bermusuhan dengan kaum Padri,
akhirnya mendukung perjuangan Padri. Bantuan dari Aceh juga datang, untuk
mendukung pejuang Padri. Belanda benar-benar menghadapi musuh yang tangguh.
Belanda menerapkan sistem
pertahanan Benteng Stelsel. Benteng Fort de Kock di Bukit Tinggi dan Benteng
Fort van der Cappelen, merupakan 2 benteng pertahanannya. Dengan siasat
tersebut Belanda akhirnya menang, yang ditandai dengan jatuhnya benteng pertahanan
terakhir Padri di Bonjol tahun 1837. Tuanku Imam Bonjol ditangkap kemudian
diasingkan ke Priangan, kemudian ke Ambon, dan terakhir di Menado hingga wafat
tahun 1864. Berakhirnya Perang Padri membuat kekuasaan Belanda di Minangkabau
semakin besar. Keadaan ini kemudian mendukung usaha Belanda untuk menguasai
wilayah Sumatera yang lain.
3)
Perang
Diponegoro (1825-1830)
Pernahkah kalian melihat foto
atau lukisan di atas? Lukisan tersebut merupakan karya pelukis legendaris Raden
Saleh. Gambaran dalam lukisan tersebut menjelaskan bagaimana kegagalan
perundingan Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang berakibat ditangkapnya
Pangeran Diponegoro oleh Belanda. Hal ini membuktikan kelicikan Belanda dalam
menghadapi bangsa Indonesia.
Perang Diponegoro merupakan salah
satu perang besar yang dihadapi Belanda. Perlawanan Pangeran Diponegoro tidak
lepas dari kegelisahan dan penderitaan rakyat akibat penindasan yang dilakukan
pemerintah Hindia Belanda. Campur tangan pemerintah Hindia Belanda dalam urusan
Keraton Yogyakarta, merupakan salah satu penyebab kegelisahan rakyat.
Pajak-pajak yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda dan kebijakan ekonomi
lainnya, menjadi sumber penderitaan rakyat yang ikut juga melatarbelakangi
Perang Diponegoro.
Salah satu bukti campur tangan
politik Belanda adalah dalam urusan politik Kerajaan Yogyakarta, terjadi ketika
pada tahun 1822 Hamengkubuwono IV wafat. Di dalam keraton muncul perselisihan
tentang penggantinya. Saat itu putra mahkota baru berumur 3 tahun. Keadaan ini
menjadi kesempatan bagi Belanda, untuk campur tangan dalam urusan kerajaan.
Beberapa tindakan Belanda yang
dianggap melecehkan harga diri dan nilai-nilai budaya masyarakat, menjadi
penyebab lain kebencian rakyat kepada Belanda.
Berbagai kegelisahan dan
penderitaan yang berlangsung lama, dipicu oleh berbagai peristiwa yang membuat
rakyat marah. Sebagai contoh: saat membangun jalan baru pada bulan Mei 1825,
Belanda dan Patih Danurejo memasang patok-patok pada tanah leluhur Diponegoro.
Terjadi perselisihan saat pengikut Diponegoro mencabuti patok-patok tersebut.
Belanda segera mengutus serdadu untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Perang
tidak dapat dihindarkan. Pada tanggal 20 Juli 1825, Tegalrejo yang menjadi
basis pengikut Diponegoro direbut dan dibakar Belanda.
Diponegoro meninggalkan kota dan
menyusun strategi perlawanan di luar Kota Yogyakarta. Perang Jawa
dikumandangkan (1825-1830) untuk mengusir Belanda. Perlawanan tersebut menular
sampai Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Belanda berusaha membujuk para
pejuang dengan memulangkan Hamengkubuwono II dari pengasingannya di Ambon.
Namun langkah ini gagal memadamkan perlawanan. Selanjutnya Belanda menerapkan
siasat Benteng Stelsel. Dengan sistem ini, Belanda mampu memecah belah jumlah
pasukan musuh. Belanda berhasil menangkap Kyai Maja dan Pangeran Mangkubumi.
Belanda kemudian juga berhasil meyakinkan Panglima Sentot Prawiryodirjo untuk
membuat perjanjian damai.
Wawasan
Mari
Gali
Perang
Diponegoro adalah sebuah perang yang besar. Sebanyak 8.000 serdadu Belanda dan
7.000 tentara sewaan Belanda, tewas. Lebih dari 200.000 penduduk Jawa Tengah
dan Yogyakarta, meninggal. Betapa gigihnya bangsa Indonesia untuk menegakkan
keadilan dan mempertahankan harga diri. Pengorbanan dan kegigihan yang perlu
kalian teladani.
Pada bulan Maret 1830, Diponegoro
bersedia mengadakan perundingan dengan Belanda di Magelang Jawa Tengah.
Perundingan tersebut hanya sebagai jalan tipu muslihat, karena ternyata
Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian ke Makassar hingga
wafat tahun 1855. Setelah berakhirnya Perang Jawa (Diponegoro), tidak ada lagi
perlawanan yang besar di Jawa.
4)
Perang
Aceh
Perhatikan gambar Pohon Kohler di
depan Masjid Baiturrahman Banda Aceh. Tahukah kalian mengapa pohon tersebut
disebut: Pohon Kohler? Penamaan Pohon Kohler ada hubungannya dengan perjuangan
rakyat Aceh dalam menentang kolonialisme Belanda. Bagaimana kisahnya? Uraian
berikut ini akan membantumu menemukan jawabannya.
Traktat London tahun 1871
menyebut Belanda menyerahkan Sri Lanka kepada Inggris, dan Belanda mendapat hak
atas Aceh. Berdasarkan traktat tersebut, Belanda mempunyai alasan untuk
menyerang istana Aceh. Saat itu Aceh masih merupakan negara merdeka. Belanda
juga membakar Masjid Baiturrahman yang menjadi benteng pertahanan Aceh 5 April
1873.
Semangat jihad (perang membela
agama Islam) menggerakkan perlawanan rakyat Aceh. Jenderal Kohler terbunuh saat
pertempuran di depan Masjid Baiturrahman Banda Aceh. Kohler meninggal dekat
dengan pohon yang sekarang diberi nama Pohon Kohler. Siasat konsentrasi stelsel
dengan sistem bertahan dalam benteng besar oleh Belanda, tidak berhasil.
Belanda semakin terdesak, korban semakin besar dan keuangan terus terkuras.
Belanda sama sekali tidak mampu
menghadapi secara fisik perlawanan rakyat Aceh. Menyadari hal tersebut, Belanda
mengutus Dr Snouck Hurgronje yang memakai nama samaran Abdul Gafar. Sebagai
seorang ahli bahasa; sejarah; dan sosial Islam, ia dimintai masukan atau
rekomendasi tentang cara-cara mengalahkan rakyat Aceh. Setelah lama belajar di
Arab, Snouck Hurgronje memberikan saran-saran kepada Belanda mengenai cara
mengalahkan orang Aceh. Menurut Hurgronje, Aceh tidak mungkin dilawan dengan
kekerasan sebab karakter orang Aceh tidak akan pernah menyerah. Jiwa jihad
orang Aceh, sangat tinggi.
Taktik yang paling mujarab adalah
dengan mengadudomba antara golongan Uleebalang (bangsawan) dan kaum ulama.
Belanda menjanjikan kedudukan pada Uleebalang yang bersedia damai. Taktik ini
berhasil, banyak Uleebalang yang tertarik pada tawaran Belanda. Belanda
memberikan tawaran kedudukan kepada para Uleebalang apabila kaum ulama dapat
dikalahkan. Sejak tahun 1898, kedudukan Aceh semakin terdesak.
Banyak tokohnya yang gugur. Teuku
Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh pada 1899. Sultan Aceh Mohammad
Daudsyah ditawan pada tahun 1903 dan diasingkan hingga meninggal di Batavia.
Panglima Polem juga menyerah pada tahun 1903. Cut Nyak Dien, tokoh pemimpin
perempuan, ditangkap tahun 1906 kemudian diasingkan ke Sumedang.
Pahlawan perempuan Cut Meutia,
gugur pada tahun 1910. Perlawanan Aceh pun terus menyusut. Hingga tahun 1917,
Belanda masih melakukan pengejaran terhadap sisa-sisa perlawanan Aceh. Belanda
mengumumkan berakhirnya Perang Aceh pada tahun 1904. Namun demikian, perlawanan
sporadis rakyat Aceh masih berlangsung hingga tahun 1930-an.
5)
Perlawanan
Sisingamangaraja, Sumatera Utara
Perlawanan terhadap Belanda di
Sumatera Utara, dilakukan oleh Sisingamangaraja XII. Perlawanan ini yang
dinamakan juga Perang Batak, berlangsung selama 29 tahun. Pertempuran diawali
dari Bahal Batu, yang menjadi pusat pertahanan Belanda tahun 1877.
Untuk menghadapi Perang Batak,
Belanda menarik pasukan dari Aceh. Pasukan Sisingamangaraja dapat dikalahkan,
setelah Kapten Christoffel berhasil mengepung benteng terakhir Sisingamangaraja
di Pakpak. Kedua putra beliau: Patuan Nagari dan Patuan Anggi, ikut gugur. Sehingga
seluruh Tapanuli dapat dikuasai Belanda.
6)
Perang
Banjar
Perang Banjar berawal ketika
Belanda campur tangan dalam urusan pergantian raja di Kerajaan Banjarmasin.
Belanda memberi dukungan kepada Pangeran Tamjidillah yang tidak disukai rakyat.
Perlawanan dilakukan oleh Prabu
Anom dan Pangeran Hidayat. Pada tahun 1859, Pangeran Antasari memimpin
perlawanan setelah Prabu Anom ditangkap Belanda. Pasukan Pangeran Antasari
dapat didesak. Pada tahun 1862, Pangeran Hidayat menyerah, dan berakhirlah
perlawanan Banjar di Pulau Kalimantan. Perlawanan benar-benar dapat dipadamkan
pada tahun 1905.
7)
Perang
Jagaraga di Bali
Perang Jagaraga berawal ketika
Belanda dan kerajaan di Bali bersengketa tentang hak tawan karang. Hak tawan karang,
menyatakan bahwa: setiap kapal yang kandas di perairan Bali, menjadi hak
penguasa di daerah tersebut. Pemerintah Belanda memprotes Raja Buleleng yang
menyita 2 kapal milik Belanda. Raja Buleleng tidak menerima tuntutan Belanda
untuk mengembalikan kedua kapalnya. Persengketaan ini menyebabkan Belanda
melakukan serangan terhadap Kerajaan Buleleng pada tahun 1846. Belanda berhasil
menguasai Kerajaan Buleleng, sementara Raja Buleleng menyingkir ke Jagaraga
dibantu oleh Kerajaan Karangasem.
Setelah berhasil merebut Benteng
Jagaraga, Belanda melanjutkan ekspedisi militer tahun 1849. Dua kerajaan Bali,
yaitu: Gianyar dan Klungkung, menjadi sasaran Belanda pada tahun 1906. Seluruh
kerajaan di Bali pun jatuh ke pihak Belanda setelah rakyat melakukan perang habis-habisan
sampai mati, yang dikenal dengan: Perang Puputan Jagaraga.
Wawasan
Puputan
Margarana
Untuk
melawan musuh, rakyat Bali tidak segan-segan melakukan perang puputan. Pada
tahun 1946, perang puputan terjadi lagi saat pasukan I Gusti Ngurah Rai melawan
Belanda. Pada 20 November 1946 sejak pagi-pagi buta, tentara Belanda mulai
mengadakan pengurungan terhadap Desa Margarana. Dalam pertempuran sengit itu,
semua anggota pasukan Ngurah Rai bertekad tidak akan mundur sampai titik darah
penghabisan. Di sinilah pasukan Ngurah Rai mengadakan “Puputan” atau perang
habis-habisan di Desa Margarana sehingga semua pasukan yang berjumlah 96 orang
gugur, termasuk Ngurah Rai sendiri. Sebaliknya di pihak Belanda, ada lebih
kurang 400 orang yang tewas.
Aktivitas
Individu
1.
Kunjungilah
perpustakaan sekolah, kemudian carilah buku tentang perlawanan atau perang yang
terjadi di berbagai daerah Indonesia.
2.
Bacalah
buku tersebut dengan seksama. Cermati setiap tokoh yang berperan dalam
peristiwa tersebut.
3.
Tuliskan
laporan singkat dengan format di bawah ini.
4.
Tukarkan
hasil pencarian datamu dengan 2 temanmu di kelas.
Nama Perlawanan:
|
|||
No
|
Nama Tokoh
|
Peran dalam Peristiwa
|
Nilai Keteladanan
|
5.
Bacalah
hasil pengamatan temanmu, dan catatlah hal-hal yang belum kalian peroleh.
B.
Tumbuh
dan Berkembangnya Semangat Kebangsaan
Perhatikan
teks Sumpah Pemuda di atas! Apakah kalian telah menghafal teks tersebut? Siapa
yang menyusun teks tersebut? Untuk apa teks tersebut dibuat? Apakah makna teks
tersebut bagi sejarah bangsa Indonesia? Teks tersebut diikrarkan para pemuda
dari berbagai daerah pada tanggal 28 Oktober 1928. Ikrar tersebut merupakan
tekad untuk memulai jalan baru mengusir penjajah, melalui perjuangan pergerakan
nasional. Mengapa para pemuda menggelorakan pergerakan nasional? Uraian berikut
ini akan membantu kalian, menelusuri sejarah pergerakan nasional Indonesia.
Aktivitas
Kelompok
Kalian
telah mempelajari perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah dalam
menentang kolonialisme dan imperialisme.
1.
Bentuklah
kelompok dengan anggota 4-5 orang.
2.
Diskusikan
faktor-faktor penyebab kegagalan perlawanan mengusir penjajah di berbagai
daerah tersebut.
3.
Tuliskan
hasil diskusimu dalam format berikut ini.
No
|
Penyebab Kegagalan
|
Penjelasan
|
4.
Presentasikan
hasil diskusimu di depan kelas.
Bangsa
Indonesia sadar, berbagai penyebab kegagalan perjuangan kemerdekaan pada masa
lalu. Salah satu penyebab kegagalan, adalah: perlawanan yang bersifat
kedaerahan. Kalian ingat lagi beberapa perjuangan bangsa Indonesia di berbagai
daerah. Bagaimana seandainya para tokoh, seperti: Imam Bonjol; Pangeran
Diponegoro; Pattimura; Sultan Hasanuddin; dan para tokoh lainnya bersatu
mengusir penjajah? Tentu, Belanda akan mudah ditaklukkan.
Pada
awal abad XX, corak perjuangan bangsa Indonesia berubah dari yang bersifat
kedaerahan menuju perjuangan yang bersifat nasional. Bangsa Indonesia telah
menemukan identitas kebangsaan sebagai pengikat perjuangan bersama. Paham
kebangsaan atau nasionalisme, telah tumbuh dan menjelma menjadi sarana
perjuangan yang sangat kuat.
1.
Latar
Belakang Munculnya Nasionalisme Indonesia
Faktor
apa saja yang melatarbelakangi terjadinya pergerakan nasional di Indonesia?
Dari mana saja faktor-faktor tersebut muncul? Ditinjau dari asal pengaruhnya,
pergerakan nasional dilatarbelakangi berbagai kejadian di dalam negeri
Indonesia dan berbagai kejadian di luar negeri. Berbagai kejadian di dalam
negeri atau sering disebut faktor internal yang melatarbelakangi pergerakan
nasional, misalnya: perluasan pendidikan; kegagalan perjuangan di berbagai
daerah; rasa senasib sepenanggungan; dan perkembangan berbagai organisasi etnik
kedaerahan. Adapaun berbagai hal dari luar Indonesia (faktor eksternal) yang
melatarbelakangi terjadinya pergerakan nasional, antara lain: munculnya
paham-paham baru di dunia (seperti: Pan Islamisme, nasionalisme, sosialisme,
liberalisme, dan demokrasi); peristiwa kemenangan Jepang atas Rusia dalam
perang 1905; serta perkembangan berbagai organisasi pergerakan nasional di
berbagai negara. Uraian berikut akan menjelaskan hal-hal yang telah disebutkan
di atas.
a.
Perluasan
Pendidikan
Pemerintah
Hindia Belanda menerapkan kebijakan Politik Etis pada tahun 1901, yaitu dalam
bidang: irigasi/pengairan; emigrasi/transmigrasi; edukasi/pendidikan. Tiga
kebijakan tersebut sebenarnya bertujuan memperbaiki kondisi masyarakat yang
semakin terpuruk. Namun pelaksanaan Politik Etis, tetap lebih berpihak kepada
penjajah. Dalam pelaksanaannya banyak penyelewengan dalam Politik Etis,
seperti:
1)
Irigasi
hanya untuk kepentingan perkebunan Belanda.
2)
Emigrasi/transmigrasi
hanya untuk mengirim orang-orang Jawa ke luar Jawa, guna dijadikan buruh
perkebunan dengan upah murah.
3)
Pendidikan
hanya sampai tingkat rendah, yang bertujuan memenuhi pegawai rendahan.
Pendidikan tinggi hanya untuk orang Belanda dan sebagian anak pejabat.
Segi
positif yang paling dirasakan bangsa Indonesia, adalah pendidikan. Semakin
banyak orang Indonesia berpendidikan modern, yang kemudian mempelopori gerakan:
pendidikan; sosial; dan politik. Pengaruh pendidikan inilah yang melahirkan
para tokoh pemimpin pergerakan nasional Indonesia.
Pendidikan
adalah investasi peradaban. Melalui pendidikan, akan tertanamkan pengetahuan
dan kesadaran nasionalisme bangsa Indonesia. Secara bertahap mulai masuk abad
XX, kesempatan memperoleh pendidikan bagi rakyat Indonesia semakin besar. Hal
ini dipengaruhi kebijakan baru pemerintah Hindia Belanda, melalui Politik Etis
(Politik Balas Budi).
Politik
kolonial liberal yang memeras rakyat Indonesia, menimbulkan keprihatinan
sebagian masyarakat Belanda. C Theodore van Deventer menuangkan kritiknya dalam
sebuah majalah de Gids berjudul Een Eereschuld atau Debt of Honour (Hutang
Budi/ Hutang Kehormatan) yang terbit pada tahun 1899. Van Deventer mengusulkan
agar Belanda melakukan balas budi untuk bangsa Indonesia. Balas budi yang
diusulkan, adalah dengan melakukan: educatie; emigratie; dan irrigatie
(edukasi/pendidikan; emigrasi/ perpindahan penduduk; dan irigasi/pengairan).
Kebijakan Politik Etis memungkinkan berdirinya sekolah-sekolah di berbagai
daerah di Indonesia.
Mulai
abad XX perkembangan pendidikan yang diselenggarakan swasta juga semakin
banyak. Perkembangan pendidikan bukan hanya diselenggarakan oleh pemerintah,
tetapi juga oleh berbagai organisasi sosial dan keagamaan. Misionaris (agama
Katolik) dan Zending (agama Kristen Protestan), mendirikan berbagai sekolah di
pusat-pusat penyebaran agama Kristen. Di beberapa kota, berkembang pendidikan
berdasarkan keagamaan, seperti: Muhammadiyah; Persatuan Islam; Nahdlatul Ulama;
dan sebagainya. Sekolah kebangsaan juga tumbuh, seperti: Taman Siswa dan
sekolah-sekolah yang didirikan organisasi pergerakan.
Pendidikan
sangat besar peranannya dalam menumbuhkembangkan nasionalisme. Pendidikan
menyebabkan terjadinya transformasi ide dan pemikiran yang mendorong semangat
pembaharuan masyarakat. Pada masa sekarang, kalian harus senantiasa berupaya meningkatkan
kualitas pendidikan.
b.
Kegagalan
Perjuangan di Berbagai Daerah
Bangsa
Indonesia menyadari, berbagai penyebab kegagalan perjuangan kemerdekaan pada
masa lalu. Salah satu penyebab kegagalan perjuangan tersebut, adalah:
perlawanan yang bersifat kedaerahan. Kalian tentu ingat beberapa perjuangan
bangsa Indonesia di berbagai daerah. Bagaimana seandainya para tokoh, seperti:
Imam Bonjol; Pangeran Diponegoro; Pattimura; Sultan Hasanuddin; dan para tokoh
lainnya bersatu mengusir penjajah? Tentu, Belanda akan mudah ditaklukkan.
Memasuki
abad XX corak perjuangan bangsa Indonesia berubah. Dari bersifat kedaerahan,
menuju perjuangan yang bersifat nasional. Bangsa Indonesia menemukan identitas
kebangsaan sebagai perekat perjuangan bersama. Paham kebangsaan atau
nasionalisme, telah tumbuh dan menjelma menjadi sarana perjuangan yang sangat
kuat. Corak perjuangan nasional bangsa Indonesia, ditandai dengan momentum
penting, yaitu: diikrarkannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
c.
Rasa
Senasib Sepenanggungan
Perluasan
kekuasaan Barat di Indonesia telah memengaruhi perubahan politik; ekonomi; dan
sosial bangsa Indonesia. Tekanan pemerintah Hindia Belanda pada bangsa
Indonesia, telah memunculkan perasaan kebersamaan rakyat Indonesia sebagai
bangsa terjajah. Hal inilah yang mendorong tekad bersama untuk menghimpun
kebersamaan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia.
d.
Perkembangan
Organisasi Etnis, Kedaerahan, dan Keagamaan
Organisasi
pergerakan nasional, tidak muncul begitu saja. Awalnya, organisasi yang berdiri
di Indonesia adalah organisasi etnis; kedaerahan; dan keagamaan. Berbagai
organisasi tersebut sering melakukan pertemuan hingga akhirnya muncul ide untuk
mengikatkan diri dalam organisasi yang bersifat nasional. Bagaimana prosesnya?
Organisasi
etnis banyak didirikan para pelajar perantau di kota-kota besar. Mereka
membentuk perkumpulan berdasarkan latar belakang etnis. Beberapa contohnya,
antara lain: Serikat Pasundan serta Perkumpulan Kaum Betawi yang dipelopori
oleh M Husni Thamrin. Selain organisasi etnis, muncul juga beberapa organisasi
kedaerahan, seperti: Trikoro Dharmo (1915); Jong Java (1915); dan Jong
Sumatranen Bond (1917).
Berbagai
organisasi bernapaskan keagamaan pada awal abad XX, sangat memengaruhi
perkembangan kebangsaan Indonesia. Antara lain: Jong Islamieten Bond; Muda
Kristen Jawi (MKJ); Muhammadiyah; Nahdlatul Ulama (NU); PERSIS (Persatuan Umat
Islam); dan Al Jamiatul Washiyah.
Jong
Islamieten Bond (JIB) didirikan tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta dengan ketua
Raden Sam. Selain sebagai pusat dakwah Islam, JIB juga mengorganisir kegiatan:
seni; budaya; sosial; dan penerbitan. MKJ dibentuk tahun 1920, yang kemudian
berubah namanya menjadi: Perkumpulan Pemuda Kristen (PPK).
Muhammadiyah
didirikan KH Ahmad Dahlan tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Tujuannya:
mengembangkan dakwah Islam; mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al Qur’an
dan Sunnah (Hadits); membersihkan praktik keagamaan dari syirik dan bid’ah;
serta mengembangkan pendidikan agama dan umum secara modern. NU didirikan oleh
para kiai pada tanggal 31 Januari 1926 di Jawa Timur dengan pimpinan pertama KH
M Hasyim Asy’ari. NU cepat berkembang terutama di Jawa, karena basis pesantren
yang sangat banyak di Jawa.
Kaum
wanita juga aktif berperan dalam berbagai organisasi, baik organisasi sosial
maupun politik. Beberapa tokoh pejuang wanita zaman dulu, adalah: RA Kartini;
Dewi Sartika; dan Maria Walanda Maramis. Kartini adalah putri Bupati Jepara
Jawa Tengah yang memperjuangkan emansipasi (persamaan derajat) antara laki-laki
dan perempuan. Beliau mendirikan sekolah khusus untuk perempuan.
Wawasan
Perjuangan
Tokoh Perempuan
Dewi
Sartika mendirikan sekolah di Bandung, Jawa Barat. Maria Walanda Maramis
mendirikan sekolah di Gorontalo, Sulawesi. Dalam masa pergerakan nasional, kaum
perempuan aktif mendukung usaha persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka aktif
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pada
tahun 1912, berdirilah Putri Mahardika di Jakarta. Aktivitasnya: dalam
pendidikan dan penerbitan pers. Pada tahun 1914, Rohana Kudus mendirikan Kerajinan
Amai Setia di Gadang Bukittinggi Sumatera Barat. Rohana aktif dalam usaha
mendirikan sekolah-sekolah untuk perempuan.
Organisasi
Muhammadiyah di Yogyakarta pada tahun 1917 membentuk Aisyiah, yang merupakan
organisasi wanita Muhammadiyah yang pertama, dipimpin Siti Wardah, istri
pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan. Kegiatan Aisyiah, terutama dalam bidang:
dakwah; pendidikan; kesehatan; dan budaya.
Organisasi-organisasi
kaum perempuan juga mempunyai semangat perjuangan kebangsaan. Pada tanggal
22-25 Desember 1928, diadakan Kongres Perempuan di Yogyakarta. Kongres diikuti
7 organisasi perempuan. Mereka merespon Sumpah Pemuda yang telah diikrarkan
pada 28 Oktober 1928. Kongres dipimpin RA Sukanto, dan berhasil membentuk
Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI).
e.
Berkembangnya
Berbagai Paham Baru
Paham-paham
baru, seperti: Pan Islamisme; nasionalisme; liberalisme; sosialisme; dan
demokrasi, menjadi salah satu pendorong pergerakan nasional Indonesia.
Paham-paham tersebut mengajarkan bagaimana langkah-langkah memperbaiki kondisi
kehidupan bangsa Indonesia. Berbagai paham tersebut memengaruhi berbagai
organisasi pergerakan nasional Indonesia.
f.
Berbagai
Peristiwa dan Pengaruh dari Luar Negeri
Berbagai
peristiwa di luar negeri yang turut menjadi pendorong pergerakan kebangsaan
Indonesia, adalah sebagi berikut.
1)
Kemenangan
Jepang atas Rusia pada tahun 1905
Pada tahun 1904-1905 terjadi
peperangan Jepang melawan Rusia. Rusia adalah bangsa Eropa, sedangkan Jepang
adalah bangsa Asia. Tentara Jepang berhasil mengalahkan Rusia, dan menjadi
inspirasi negara-negara lain bahwa orang Asia bisa mengalahkan bangsa Barat.
Bangsa-bangsa Asia pun semakin yakin, mampu melawan penjajah.
2)
Berkembangnya
Nasionalisme di berbagai Negara
Pada abad XX, Negara-negara
terjajah di Asia dan Afrika menunjukkan perjuangan pergerakan kebangsaan. Di
India, wilayah jajahan Inggris, muncul pergerakan dengan tokoh-tokohnya:
Mahatma Gandhi dan Muhammad Ali Jinnah. Di Filipina, Jose Rizal memimpin
perlawanan terhadap penjajah Spanyol. Di Tiongkok, muncul dr Sun Yat Sen yang
terkenal dengan gerakan pembaharuannya.
Untuk
memperluas wawasanmu tentang perkembangan berbagai organisasi pada masa
pergerakan nasional, kalian dapat melakukan aktivitas kelompok berikut ini.
Aktivitas
Kelompok
1.
Bentuklah
kelompok dengan anggota 4-5 orang.
2.
Berkunjunglah
ke perpustakaan, kemudian carilah buku tentang perkembangan berbagai organisasi
etnis kedaerahan dan keagamaan pada masa perkembangan pergerakan nasional.
3.
Diskusikan
bagaimana perkembangan organisasi tersebut pada masa pergerakan nasional.
4.
Tuliskan
rangkuman hasil diskusimu, lalu presentasikan di depan kelas.
Nama Organisasi
|
Sejarah Kelahiran
|
Tujuan
|
Bentuk Perjuangan
|
Jong Java
|
|||
Trikoro Dharmo
|
|||
Jong Islamieten Bond
|
|||
Perkumpulan Pemuda Kristen (PPK)
|
|||
Muhammadiyah
|
|||
Nahdlatul Ulama
|
|||
5.
Setelah
kalian mendiskusikan hasil rangkumanmu di depan kelas, buatlah catatan
berdasarkan informasi dari kelompok lain.
Setelah
melakukan aktivitas kelompok tersebut, tentu kalian menemukan banyak organisasi
lain yang berkembang pada masa pergerakan nasional. Setiap organisasi memiliki
bidang perjuangan yang khas, seperti bidang: ekonomi; politik; sosial; maupun
keagamaan. Setelah kalian memahami berbagai organisasi perintis pergerakan
nasional, berikutnya kalian akan mempelajari bagaimana lahirnya organisasi
pergerakan nasional Indonesia.
2.
Organisasi
Pergerakan Nasional Indonesia
Gambar
di atas adalah gambar Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta. Gedung tersebut
merupakan bekas STOVIA yang sangat penting artinya bagi kebangkitan nasional
Indonesia. Kebangkitan nasional yaitu masa lahirnya kesadaran bangsa Indonesia
untuk berjuang bersama-sama dalam mengusir penjajahan. Tentu kalian masih ingat,
mengapa tanggal 20 Mei selalu diperingati sebagai: Hari Kebangkitan Nasional.
Tanggal 20 Mei 1908 merupakan hari lahir Boedi Oetomo (Budi Utomo), organisasi
modern pertama di Indonesia yang menjadi tonggak pergerakan nasional Indonesia.
Bagaimana sejarah lahirnya Budi Utomo dan berbagai organisasi lainnya? Kalian
akan menelusurinya melalui uraian di bawah ini.
a.
Budi
Utomo (BU)
Pada
awal abad XX, sudah banyak mahasiswa di kota-kota besar terutama di Pulau Jawa.
Sekolah kedokteran bernama STOVIA (School tot Opleideing van Inlandsche Artsen)
terdapat di Batavia (Jakarta). Para tokoh mahasiswa kedokteran sepakat untuk
memperjuangkan nasib rakyat Indonesia dengan memajukan pendidikan rakyat. Pada
tanggal 20 Mei 1908, mereka sepakat mendirikan sebuah organisasi bernama: Budi
Utomo (BU) dan memilih dr Sutomo sebagai ketua. Tokoh lain pendiri BU, adalah:
Gunawan; Cipto Mangunkusumo; dan RT Ario Tirtokusumo.
b.
Sarekat
Islam (SI)
Gambar
di atas menunjukkan suasana Pasar Klewer di Solo atau Surakarta, Jawa Tengah.
Pada masa penjajahan, pasar tersebut telah ramai oleh para pedagang: Indonesia;
Arab; dan Tiongkok. Akibat persaingan tidak sehat antara pedagang pribumi dan
pedagang Tiongkok, pada tahun 1911 didirikan Serikat Dagang Islam (SDI) oleh KH
Samanhudi dan RM Tirtoadisuryo di Solo. Tujuan utama pada awalnya adalah:
melindungi kepentingan pedagang pribumi dari ancaman pedagang Tiongkok. Saat
itu para pedagang Tiongkok menguasai perdagangan di pasar, menggeser pedagang
lokal yang kurang pendidikan dan pengalaman.
Dalam
kongres di Surabaya tanggal 30 September 1912, SDI berubah menjadi Sarekat
Islam (SI). Perubahan nama dimaksudkan agar kegiatan organisasi lebih terbuka
ke bidang-bidang lain, tidak hanya perdagangan. Pada tahun 1913, SI dipimpin
oleh Haji Oemar Said Cokroaminoto. Pada tahun 1915, jumlah anggota SI mencapai
800.000.
Pada
tahun 1923, SI berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI) yang bersifat
non-kooperatif terhadap Belanda. tahun 1927, PSI menetapkan tujuan pergerakan,
yaitu: Indonesia Merdeka Berasaskan Islam.
c.
Indische
Partij (IP)
IP
adalah partai politik pertama di Indonesia. Gambar di atas merupakan pendiri IP
yang terkenal dengan sebutan: Tiga Serangkai, yakni: EFE Douwes Dekker
(Danudirjo Setiabudi); RM Suwardi Suryaningrat; dan dr Cipto Mangunkusumo. IP
dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912 dengan tujuan: mengembangkan semangat
nasionalisme bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun terbuka bagi semua golongan,
tanpa memandang: suku; agama; dan ras.
Wawasan
Pada
tahun 1913, Belanda menyiapkan perayaan 100 tahun pembebasan Belanda dari
kekuasaan Prancis. Belanda meminta rakyat Indonesia untuk turut memperingati
hari tersebut. Para tokoh IP menentang rencana tersebut. Suwardi Suryaningrat
menulis artikel yang dimuat dalam harian De Expres, dengan judul: Als Ik een
Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda). Suwardi mengecam Belanda,
dengan menyatakan tidak masuk akal bangsa terjajah (Indonesia) disuruh
merayakan kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda marah dengan sikap para
tokoh IP. Akhirnya, Douwes Dekker; Tjipto Mangunkusumo; dan Suwardi
Suryaningrat, ditangkap dan dibuang ke Belanda.
d.
Perhimpunan
Indonesia (PI)
Semula
bernama: Indische Vereeniging (IV) didirikan oleh orang-orang Indonesia di
Belanda pada tahun 1908. Pada tahun 1922 IV berubah nama menjadi Indonesische
Vereeniging, dengan kegiatan utama politik. Pada tahun 1925 berubah menjadi
Perhimpunan Indonesia (PI). Nama majalahnya: Hindia Putra, yang kemudian
berubah menjadi: Indonesia Merdeka.
Tujuan
utama PI, adalah: mencapai Indonesia Merdeka; memperoleh suatu pemerintahan
Indonesia yang bertanggung jawab kepada seluruh rakyat. Tokoh-tokoh PI, adalah:
Mohammad Hatta; Ali Sastroamijoyo; Abdulmajid Joyoadiningrat; Iwa
Kusumasumantri; Sastro Mulyono; Sartono; Gunawan Mangunkusumo; dan Nazir Datuk
Pamuncak.
Pada
tahun 1925, PI secara tegas mengeluarkan manifesto arah perjuangan, yaitu:
a.
Indonesia
bersatu, menyingkirkan perbedaan, dapat mematahkan kekuasaan penjajah.
b.
Diperlukan
aksi masa yang percaya pada kekuatan sendiri untuk mencapai Indonesia Merdeka.
c.
Melibatkan
seluruh lapisan masyarakat, merupakan syarat mutlak untuk perjuangan
kemerdekaan.
d.
Anasir
yang berkuasa dan esensial dalam tiap-tiap masalah politik.
e.
Penjajah
telah merusak dan demoralisasi jiwa dan fisik bangsa, sehingga normalisasi jiwa
dan materi perlu dilakukan secara sungguh-sungguh.
Manifesto
1925 sangat menggugah kesadaran bangsa Indonesia, serta sangat memengaruhi pola
pergerakan nasional bangsa Indonesia. Gagasan Manifesto 1925 terealisasi saat
Sumpah Pemuda diikrarkan pada 28 Oktober 1928.
Kongres
Pemuda I dilaksanakan tanggal 30 April-2 Mei 1926 di Jakarta, dihadiri berbagai
organisasi pemuda. Kongres ini berhasil membentuk jaringan yang lebih kokoh
untuk mempersatukan diri, yang kemudian dilanjutkan dalam Kongres Pemuda II
tahun 1928.
Panitia
Kongres Pemuda II dibentuk tanggal 12 Agustus 1928, dengan ketuanya: Sugondo
Joyopuspito. Susunan panitia, mewakili wilyah di seluruh Indonesia. Beberapa
tokoh panitia kongres, adalah: Sugondo (PPPI); Joko Marsaid (Jong Java); M
Yamin (Jong Sumatranen Bond); Amir Syarifuddin (Jong Bataks Bond); Senduk (Jong
Celebes); J Leimena (Jong Ambon); Johan Muh Cai (Jong Islamieten Bond); dan
tokoh-tokoh lainnya.
Kongres
Pemuda II diselenggarakan 27-28 Oktober 1928, dihadiri oleh perwakilan
organisasi-organisasi pemuda dari seluruh Indonesia. Pada tanggal 28 Oktober
1928 dibacakanlah keputusan hasil Kongres Pemuda II, yang berupa ikrar pemuda,
yang terkenal dengan nama: Sumpah Pemuda.
Sumpah
Pemuda
Kami
Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah jang satu, tanah Indonesia.
Kami
Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa jang satu, bangsa Indonesia.
Kami
Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Beberapa
keputusan penting Kongres Pemuda II 27-28 Oktober 1928:
·
Ikrar
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
·
Menetapkan
lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman sebagai lagu kebangsaan Indonesia.
·
Menetapkan
bendera Merah Putih sebagai lambang negara Indonesia.
Realisasi
hasil kongres adalah didirikannya Indonesia Muda (IM) tahun 1930. IM berasaskan
kebangsaan dan bertujuan Indonesia Raya. Pemerintah Belanda sangat menekan
rapat-rapat yang diselenggarakan para tokoh pemuda. Lagu Indonesia Raya
dilarang, dan penyebutan Indonesia Merdeka tidak diperbolehkan. Pada Kongres
Pemuda III di Yogyakarta tahun 1938, tujuan kemerdekaan nusa dan bangsa diganti
dengan: menjunjung tinggi martabat nusa dan bangsa.
e.
Partai
Nasional Indonesia (PNI)
PNI
didirikan tanggal 4 Juli 1927 di Bandung, dipimpin: Ir Soekarno. Tujuan PNI
adalah Indonesia Merdeka, dengan ideologi nasionalisme. Keikutsertaan Hatta
dalam kegiatan politik Soekarno, semakin membuat PNI sangat kuat. Kegiatan
politik PNI dianggap mengancam pemerintah Belanda, sehingga para tokoh PNI
ditangkap dan diadili tahun 1929. Soekarno; Maskoen; Gatot Mangkupraja; dan
Supriadinata, diadili Belanda. Pembelaan Soekarno di hadapan pengadilan, diberi
judul: Indonesia Menggugat. Sukarno dan kawan-kawan dihukum penjara.
Tahun
1931, PNI dibubarkan. Selanjutnya, Sartono membentuk Partindo. Adapun Mohammad
Hatta dan Sutan Syahrir, mendirikan organisasi Pendidikan Nasional Indonesia.
Para tokoh partai tersebut kemudian ditangkap Belanda dan diasingkan ke Boven
Digul Papua.
Renungkan
Karena
membela rakyat Indonesia, banyak tokoh dihukum dan dibuang pemerintah colonial
Belanda, seperti: Sukarno; Hatta; Ki Hajar Dewantara; dan sebagainya. Mereka
tidak gentar dengan hukuman yang dijatuhkan tersebut. Keberanian mereka pantas
ditiru pemuda masa kini. Untuk membela kebenaran dan keadilan, kalian tidak
perlu takut dengan berbagai hambatan dan tantangan.
Selain
5 organisasi di atas, kalian dapat menemukan berbagai organisasi pada masa
pergerakan nasional. Sebagai contoh: pada tahun 1935 berdiri Parindra (Partai
Indonesia Raya) dengan bbeberapa tokoh, seperti: M Husni Thamrin; R Sukardjo; R
Panji Suroso; dan Mr Susanto. Gerindo (Gerakan Indonesia) didirikan di Jakarta
pada bulan April 1937 yang pemimpinnya adalah mantan pimpinan Partindo yang
dibubarkan tahun 1937, seperti: Amir Syarifuddin; Mr M Yamin; Mr Sartono; dan
Dr AK Gani.
Golongan
nasionalis mencoba menggunakan Volksraad sebagai media perjuangan nasional. Dengan
tujuan memperkuat wakil-wakil bangsa Indonesia, tahun 1930 Husni Thamrin
membentuk Fraksi Nasional. Pada tahun 1936 seorang anggota Volksraad, Sutarjo,
mengajukan petisi menuntut Kemerdekaan Indonesia dalam masa 10 tahun. Petisi
ini kemudian dikenal dengan nama: Petisi Sutarjo. Petisi tersebut ditolak
Belanda dengan alasan bahwa bangsa Indonesia belum siap untuk merdeka.
Wawasan
Pada
masa pergerakan nasional juga berkembang organisasi yang sangat berpengaruh,
yaitu: Partai Komunis Indonesia (PKI). Cikal bakal PKI adalah Indische Sociaal
Democratische Vereeniging (ISDV) yang didirikan oleh Henk Sneevelt (orang
Belanda) pada tahun 1914 di Semarang. PKI didirikan tanggal 23 Mei 1920
diketuai oleh Semaun. PKI melakukan perlawanan pertama dengan menggunakan kekuatan
senjata tahun 1926. Perlawanannya kurang terkonsolidasi, sehingga justru
menyebabkan tokoh-tokohnya ditangkap dan diasingkan ke luar negeri. Perlawanan
ini juga merugikan pergerakan nasional lainnya. Akibat perlawanan tersebut,
Belanda semakin menekan aktivitas pergerakan kebangsaan.
Para
pejuang pergerakan nasional kecewa, dan tidak terlalu berharap kepada
Volksraad. Pada tahun 1939, dibentuk federasi/gabungan dari beberapa organisasi
politik, yang disebut: Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Semboyan GAPI yang
terkenal, adalah: Indonesia Berparlemen.
Renungkan
Para
penggerak organisasi modern pada masa pergerakan nasional, umumnya adalah para
pemuda pelajar atau terdidik. Hal ini menunjukkan bahwa pemuda merupakan tulang
punggung pergerakan nasional. Kalian adalah bagian dari para pemuda pada masa
sekarang. Gunakan hidupmu untuk membangun bangsa ini, salah satunya dengan
aktif diberbagai organisasi. Aktif di organisasi pramuka; kerohanian remaja;
dan karang taruna, merupakan contoh pengamalan semangat berorganisasi para
pemuda pada masa pergerakan nasional.
3.
Pergerakan
Nasional pada Masa Pendudukan Jepang
Amatilah
gambar kerja paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia di atas. Kerja
paksa pada masa kependudukan Jepang, dikenal dengan istilah: romusha. Romusha
merupakan salah satu bukti penderitaan rakyat Indonesia pada masa pendudukan
Jepang. Kapan Jepang mulai menguasai Indonesia? Bagaimana Jepang menguasai
Indonesia? Bagaimana kondisi bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang?
a.
Proses
Penguasaan Indonesia
Awal
mula tujuan Jepang menguasai Indonesia ialah untuk kepentingan ekonomi dan
politik. Jepang merupakan negara industri yang sangat maju dan sangat besar.
Jepang sangat menginginkan bahan baku industri yang tersedia banyak di
Indonesia untuk kepentingan ekonominya. Untuk mengamankan jalur pelayaran bagi
bahan-bahan mentah dan bahan baku dari ancaman Sekutu serta memuluskan
ambisinya menguasai wilayah-wilayah baru, Jepang menggalang kekuatan pasukannya
serta mencari dukungan dari bangsa-bangsa Asia.
Pengamatan
Perhatikan
gambar peta di atas! Peta tersebut menggambarkan gerakan tentara Jepang ketika
masuk ke Indonesia. Terdapat 3 tempat penting pendaratan Jepang ketika masuk ke
Indonesia, yakni: Tarakan (Kalimantan); Palembang (Sumatera); dan Jakarta
(Jawa). Berdasarkan 3 lokasi tersebut, lokasi manakah yang paling dekat dengan
tempat tinggal kalian? Dapatkah kalian temukan alasan mengapa Jepang memilih
menduduki tempat tersebut? Tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang
strategis untuk menguasai Indonesia. Selain itu, 3 lokasi tersebut merupakan
pusat perkembangan politik dan ekonomi pada masa kependudukan Belanda.
Pada
tanggal 8 Desember 1941, Jepang melakukan penyerangan terhadap pangkalan
militer AS di Pearl Harbour. Pada tanggal 11 Januari 1942, Jepang mendaratkan
pasukannya di Tarakan Kalimantan Timur. Menduduki kota minyak Balikpapan pada
tanggal 24 Januari, selanjutnya Jepang menduduki kota-kota lainnya di
Kalimantan.
Jepang
menguasai Palembang pada tanggal 16 Februari 1942, kemudian menyerang Pulau
Jawa. Pulau Jawa merupakan pusat pemerintahan Belanda, tetapi berhasil dikuasai
Jepang pada tanggal 1 Maret 1942. Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang
pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang Jawa Barat. Surat perjanjian ditandatangani
oleh Letnan Jenderal Ter Poorten (Panglima Angkatan Perang Belanda) dan
diserahkan kepada Letnan Jenderal Imamura (Pimpinan Pasukan Jepang). Sejak saat
itu, seluruh Indonesia berada di bawah kekuasaan Jepang.
b.
Kebijakan
Pemerintah Militer Jepang
Pada
saat kependudukannya di Indonesia, Jepang melakukan pembagian 3 daerah
pemerintahan militer di Indonesia, yakni:
1)
Pemerintahan
Angkatan Darat (Tentara XXV) untuk Sumatera, dengan pusat di Bukittinggi.
2)
Pemerintahan
Angkatan Darat (Tentara XVI) untuk Jawa dan Madura, dengan pusat di Jakarta.
3)
Pemerintahan
Angkatan Laut (Armada Selatan II) untuk daerah Sulawesi, Kalimantan, dan
Maluku, dengan pusat di Makassar.
Jepang
menggunakan sistem pemerintahan berdikari dalam menjalankan pemerintahan di
daerah kependudukannya. Berdikari, berarti: berdiri sendiri. Maksudnya,
pemerintah pusat tidak banyak berperan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pasukan
di daerah kependudukannya. Dengan demikian, pemerintahan militer Jepang di
Indonesia lebih leluasa untuk menerapkan sistem penjajahan.
Jepang
melakukan propaganda dengan semboyan “Tiga A” (Jepang Pemimpin Asia; Jepang
Pelindung Asia; Jepang Cahaya Asia) untuk menarik simpati rakyat Indonesia.
Selain itu Jepang menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia dalam melakukan ibadah;
mengibarkan bendera merah putih yang berdampingan dengan bendera Jepang;
menggunakan bahasa Indonesia; dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya
bersama lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”.
Kemudahan-kemudahan
yang ditawarkan oleh Jepang, hanyalah janji manis saja. Sebagai penjajah,
Jepang justru lebih kejam. Program yang paling mendesak bagi Jepang adalah:
mengerahkan seluruh sumber daya yang ada di Indonesia untuk tujuan perang.
Beberapa kebijakan tersebut, antara lain sebagai berikut.
1)
Membentuk
Organisasi-organisasi Sosial
Organisasi-organisasi
sosial yang dibentuk oleh Jepang, diantaranya: Gerakan 3A; Pusat Tenaga Rakyat;
Jawa Hokokai; dan Masyumi. Gerakan 3A dipimpin oleh Mr Syamsudin, dengan
tujuan: meraih simpati penduduk dan tokoh sekitar. Gerakan ini kurang berhasil,
sehingga Jepang membentuk Pusat Tenaga rakyat (Putera). Putera didirikan
tanggal 1 Maret 1943 dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu: Soekarno; Mohammad
Hatta; KH Mas Mansyur; dan Ki Hajar Dewantara. Pada akhirnya, Putera dibubarkan
oleh Jepang. Pada tahun 1944, dibentuk Jawa Hokokai (Gerakan Kebaktian Jawa) di
bawah pengawasan para pejabat Jepang. Tujuan pokoknya, adalah: menggalang
dukungan untuk rela berkorban demi pemerintah Jepang.
Islam
adalah agama yang dianut mayoritas penduduk Indonesia, sehingga Jepang merasa
harus menarik hati golongan ini. Maka pada tahun 1943, Jepang membubarkan
Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan menggantikannya dengan Majelis Syuro
Muslimin Indonesia (Masyumi) yang dipimpin oleh KH Hasyim Ashari dan KH Mas
Mansyur.
2)
Pembentukan
Organisasi Semi Militer
Jepang
menyadari pentingnya pengerahan rakyat Indonesia untuk membantu perang
menghadapi Sekutu. Oleh karena itu, Jepang membentuk berbagai organisasi semi
militer, seperti: Seinendan; Fujinkai; Keibodan; Heiho; dan Pembela Tanah Air
(Peta). Organisasi Barisan Pemuda (Seinendan) dibentuk pada 9 Maret 1943,
tujuannya: memberi bekal bela negara agar siap mempertahankan tanah airnya.
Dalam kenyataannya, maksud sesungguhnya adalah untuk membantu menghadapi
tentara Sekutu.
Fujinkai
merupakan himpunan kaum wanita di atas 15 tahun untuk terikat dalam latihan
semi militer. Keibodan merupakan barisan pembantu polisi untuk laki-laki
berumur 20-25 tahun. Heiho yang didirikan tahun 1943 merupakan organisasi
prajurit pembantu tentara Jepang. Adapun Peta yang didirikan 3 Oktober 1943
merupakan pasukan bersenjata yang memperoleh pendidikan militer secara khusus
dari Jepang.
3)
Pengerahan
Romusha
Jepang
melakukan rekruitmen anggota romusha dengan tujuan mencari bantuan tenaga yang
lebih besar untuk membantu perang dan melancarkan aktivitas Jepang.
Anggota-anggota romusha dikerahkan untuk membangun: jalan; kubu pertahanan; rel
kereta api; jembatan; dan sebagainya. Jumlah romusha paling besar berasal dari
Jawa yang dikirim ke luar Jawa bahkan sampai ke Malaya; Myanmar; dan Thailand.
Penjajahan
Jepang yang sangat menyengsarakan adalah pemaksaan wanita-wanita untuk menjadi
Jugun Ianfu, wanita yang dipaksa untuk menjadi wanita penghibur Jepang di
berbagai pos medan pertempuran. Sebagian dari mereka tidak kembali, walaupun
Perang Dunia II telah berakhir.
4)
Eksploitasi
Kekayaan Alam
Jepang
tidak hanya menguras tenaga rakyat Indonesia, pengerukan kekayaan alam dan
harta benda yang dimiliki bangsa Indonesia jauh lebih kejam daripada pengerukan
yang dilakukan oleh Belanda. Usaha perkebunan dan industri, harus mendukung
untuk keperluan perang, seperti: tanaman jarak untuk pelumas. Jepang
memanfaatkan Jawa Hokokai dan instansi-instansi pemerintah lainnya. Pada masa
panen, rakyat wajib melakukan setor padi sedemikian rupa sehingga mereka hanya
membawa pulang padi sekitar 20% dari panen yang dilakukannya. Kondisi ini
mengakibatkan musibah kelaparan dan penyakit busung lapar di Indonesia. Pada
tanggal 20 Maret 1942, dikeluarkan maklumat pemerintah yang isinya berupa:
larangan pembicaraan tentang pengibaran bendera merah putih dan menyanyikan
lagu Indonesia Raya. Hal ini tentu membuat kecewa bangsa Indonesia.
c.
Sikap
Kaum Pergerakan
Bangsa
Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menanggapi kebijakan Jepang
tersebut. Propaganda Jepang, sama sekali tidak mempengaruhi para tokoh
perjuangan untuk percaya begitu saja. Bagaimanapun mereka sadar, bahwa Jepang
adalah penjajah. Bahkan mereka sengaja memanfaatkan organisasi-organisasi
pendirian Jepang sebagai “batu loncatan” untuk meraih Indonesia Merdeka.
Beberapa bentuk perjuangan pada zaman Jepang, adalah sebagai berikut.
1)
Memanfaatkan
Organisasi Bentukan Jepang
Kelompok
ini sering disebut kolaborator, karena mau bekerja sama dengan penjajah.
Sebenarnya cara ini, merupakan bentuk perjuangan diplomasi. Tokoh-tokohnya
adalah para pemimpin Putera, seperti: Sukarno; Mohammad Hatta; Ki Hajar
Dewantara; dan KH Mas Mansyur. Mereka memanfaatkan Putera sebagai sarana
komunikasi dengan rakyat. Akhirnya Putera justru dijadikan para pemuda
Indonesia sebagai ajang kampanye nasionalisme. Pemerintah Jepang menyadari hal
tersebut, dan akhirnya membubarkan Putera dan diganti Barisan Pelopor. Sama
seperti Putera, Barisan Pelopor yang dipimpin Sukarno inipun selalu
mengkampanyekan perjuangan kemerdekaan.
2)
Gerakan
Bawah Tanah
Larangan
berdirinya partai politik pada zaman Jepang, mengakibatkan sebagian tokoh
perjuangan melakukan gerakan bawah tanah. Gerakan bawah tanah merupakan
perjuangan melalui kegiatan-kegiatan tidak resmi, tanpa sepengetahuan Jepang
(gerakan sembunyi-sembunyi). Dalam melakukan perjuangan, mereka terus melakukan
konsolidasi menuju kemerdekaan Indonesia. Mereka menggunakan tempat-tempat
strategis, seperti: asrama pemuda, untuk melakukan pertemuan-pertemuan.
Penggalangan semangat kemerdekaan dan membentuk suatu negara, terus mereka
kobarkan.
Tokoh-tokoh
yang masuk dalam garis pergerakan bawah tanah, adalah: Sutan Sjahrir; Achmad
Subarjo; Sukarni; A Maramis; Wikana; Chairul Saleh; dan Amir Syarifuddin.
Mereka terus memantau Perang Pasifik, melalui radio-radio bawah tanah. Pada
saat itu, Jepang melarang bangsa Indonesia memiliki pesawat komunikasi.
Kelompok bawah tanah inilah yang sering disebut golongan radikal/keras, karena
mereka tidak mengenal kompromi dengan Jepang.
3)
Perlawanan
Bersenjata
Di
samping perjuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan organisasi bentukan
Jepang dan gerakan bawah tanah, ada pula perlawanan-perlawanan bersenjata yang
dilakukan bangsa Indonesia, diantaranya sebagai berikut.
a)
Perlawanan
Rakyat Aceh
Dilakukan oleh Tengku Abdul
Djalil, seorang ulama di Cot Plieng Aceh, yang menentang peraturan-peraturan
Jepang. Pada tanggal 10 November 1942, ia melakukan perlawanan. Dalam
perlawanan tersebut, ia tertangkap dan ditembak mati.
b)
Perlawanan
Singaparna, Jawa Barat
Dipelopori oleh KH Zainal
Mustofa, yang menentang seikerei yakni menghormati Kaisar Jepang. Pada tanggal
24 Februari 1944, meletus perlawanan terhadap tentara Jepang. KH Zainal Mustofa
dan beberapa pengikutnya, ditangkap Jepang lalu dihukum mati.
c)
Perlawanan
Indramayu, Jawa Barat
Pada bulan Juli 1944, rakyat
Lohbener dan Sindang di Indramayu memberontak terhadap Jepang. Para petani
dipimpin H Madrian, menolak pungutan padi yang terlalu tinggi. Akan tetapi,
pada akhirnya perlawanan mereka dipadamkan Jepang.
d)
Perlawanan
Peta di Blitar, Jawa Timur
Perlawanan Peta merupakan
perlawanan terbesar yang dilakukan rakyat Indonesia pada masa penjajahan
Jepang. Perlawanan ini dipimpin Supriyadi, seorang Shodanco (komandan pleton)
Peta tanggal 14 Februari 1945. Perlawanan dipadamkan Jepang, karena persiapan
Supriyadi dkk kurang matang. Para pejuang Peta yang berhasil ditangkap,
kemudian diadili di mahkamah militer di Jakarta. Beberapa diantaranya dihukum
mati, seperti: dr Ismail; Muradi; Suparyono; Halir Mangkudidjaya; Sunanto; dan
Sudarmo. Sedangkan Supriyadi sebagai pemimpin perlawanan, tidak diketahui
nasibnya. Kemungkinan besar Supriyadi berhasil ditangkap Jepang, kemudian
dihukum mati sebelum diadili.
Aktivitas
Individu
Carilah
buku yang membahas tentang perlawanan rakyat pada masa pendudukan Jepang.
Kalian juga dapat mencari data dari internet. Tuliskan secara singkat: latar
belakang; proses; dan akhir dari perlawanan tersebut.
Perlawanan Rakyat pada Masa Pendudukan Jepang
|
||||
Nama Perlawanan
|
Tokoh Perlawanan
|
Latar Belakang
|
Proses
|
Akhir
|
4.
Perubahan
Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan
Kalian
telah mempelajari bagaimana kondisi masyarakat Indonesia pada masa penjajahan.
Pada perjalanan sejarah, sejak masa kolonialisme VOC; pemerintah Hindia
Belanda; pemerintah Inggris; hingga pendudukan Jepang, tentu kalian menemukan
berbagai perubahan pada masyarakat Indonesia.
Terjadinya
kolonialisme dan imperialisme di Indonesia, menyebabkan berbagai perubahan
masyarakat Indonesia, baik aspek geografis; ekonomi; budaya; pendidikan; maupun
politik. Perubahan apa saja yang terjadi pada masyarakat Indonesia pada masa
kolonial? Mari lacak melalui uraian di bawah ini.
a.
Perubahan
pada Masa Kolonial Barat
1)
Perluasan
Penggunaan Lahan
Perhatikan gambar perkebunan di
Sumatera tersebut. Mulai kapan perkebunan tersebut berkembang? Perkebunan di
Indonesia telah berkembang sebelum masa penjajahan. Bangsa Indonesia telah
memiliki teknologi turun temurun untuk mengembangkan berbagai teknologi
pertanian. Pada masa penjajahan, terjadi perubahan besar dalam perkembangan
perkebunan di Indonesia. Penambahan jumlah lahan untuk tanaman ekspor, dilakukan
di berbagai wilayah di Indonesia. Bukan hanya pemerintah kolonial yang
mengembangkan lahan perkebunan di Indonesia, tetapi juga perusahaan-perusahaan
swasta.
Pada masa pemerintah kolonial
Hindia Belanda, banyak perusahaan asing yang menanamkan investasi di Indonesia.
Berhektar-hektar hutan, dibuka untuk pembukaan lahan perkebunan. Apakah kalian
menemukan bekas-bekas perkebunan yang dahulu dikuasai Belanda?
Perhatikan gambar saluran irigasi
Bendung Komering 10 (BK 10) di Desa Gumawang; Belitang Madang Raya; Kabupaten
OKU Timur; Sumatera Selatan. Saluran tersebut dibangun sejak masa Hindia
Belanda. Daerah OKU Timur yang awalnya hutan belantara, berubah menjadi lahan
pertanian dan perkebunan yang sangat subur hingga sekarang. Sepanjang aliran
irigasi tersebut, menjadi lumbung padi Sumatera Selatan hingga kini.
2)
Persebaran
Penduduk dan Urbanisasi
Kalian tentu masih ingat dengan
Politik Etis, yang terdiri atas: irigasi; transmigrasi; dan edukasi. Sejarah
transmigrasi Indonesia terutama terjadi pada akhir abad XIX. Tujuan utama
transmigrasi pada saat tersebut adalah: untuk menyebarkan tenaga kerja murah di
berbagai perkebunan di Sumatera dan Kalimantan. Kalian yang tinggal di beberapa
daerah di Sumatera mungkin dapat menelusuri sejarah keluargamu atau teman-temanmu.
Mungkin sebagian dari mereka, memiliki garis keturunan dari Jawa. Pembukaan
perkebunan pada masa kolonial Barat di Indonesia, telah berhasil mendorong
persebaran penduduk Indonesia.
Munculnya berbagai pusat industri
dan perkembangan berbagai fasilitas di kota, menjadi daya dorong perkembangan
kota-kota. Urbanisasi terjadi hampir di berbagai daerah di Indonesia. Daerah
yang awalnya hutan belantara, menjadi ramai dan gemerlap karena ditemukannya
area pertambangan.
Persebaran penduduk Indonesia
tidak sebatas dalam lingkungan nasional, tetapi juga lintas negara. Sebagai
bukti perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar di atas adalah negara
Suriname di Amerika Latin, di dalamnya banyak terdapat warga keturunan suku
Jawa. Tahukah kalian bahwa di Suriname terdapat banyak penduduk yang dapat
berbahasa Jawa? Mereka adalah keturunan Jawa yang hidup turun temurun di
Suriname sejak penjajahan Belanda. Mengapa mereka dapat sampai di Suriname? Hal
ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah Belanda untuk mengirim banyak tenaga
kerja ke Suriname, yang juga merupakan wilayah jajahan Belanda. Coba kalian
cari data dari internet atau majalah yang menceritakan kehidupan masyarakat
keturunan Jawa di Suriname. Bagaimana kehidupan: sosial; ekonomi; dan
pendidikan mereka? Tuliskan dalam bentuk karangan singkat.
3)
Pengenalan
Tanaman Baru
Pengaruh pemerintah kolonial
Barat di satu sisi memiliki pengaruh positif dalam mengenalkan berbagai tanaman
dan teknologi dalam pertanian dan perkebunan. Beberapa tanaman andalan ekspor,
dikenalkan dan dikembangkan di Indonesia. Pengenalan tanaman baru, sangat
bermanfaat dalam pengembangan pertanian dan perkebunan di Indonesia.
4)
Penemuan
Tambang-tambang
Pembukaan lahan pada masa
kolonial Barat juga dilakukan untuk pertambangan minyak bumi; batu bara; dan logam.
Pembukaan lahan untuk pertambangan ini, terutama terjadi pada akhir abad XIX
dan awal abad XX. Coba kalian cari pertambangan yang terdapat di lingkungan
provinsimu! Dapatkah kalian mencari sejarah pertambangan tersebut? Apakah ada
hubungan pertambangan tersebut dengan penjajahan bangsa Barat?
Pada zaman penjajahan Belanda,
banyak dibangun: jalan raya; rel kereta api; dan jaringan telepon. Pembangunan
berbagai sarana transportasi dan komunikasi tersebut, mendorong mobilitas barang
dan jasa yang sangat cepat. Pada transportasi laut, juga dibangun berbagai
dermaga di berbagai daerah di Indonesia.
Kalian tentu masih ingat,
bagaimana proses pembangunan jalur Anyer-Panarukan yang dibangun pada masa
pemerintahan Daendels. Di satu sisi pembangunan tersebut menimbulkan
kesengsaraan rakyat terutama akibat kerja paksa, namun di sisi lain pembangunan
jalur tersebut telah mempermudah jalur transportasi dan komunikasi masyarakat
Indonesia khususnya di Jawa. Pembangunan rel kereta api juga dilakukan di
berbagai daerah di Jawa dan Sumatera.
6)
Perkembangan
Kegiatan Ekonomi
Perubahan masyarakat dalam
kegiatan ekonomi pada masa kolonial terjadi, baik dalam kegiatan produksi;
distribusi; dan konsumsi. Kegiatan produksi dalam pertanian dan perkebunan
semakin maju dengan ditemukannya berbagai teknologi pertanian yang bervariasi.
Rakyat mulai mengenal tanaman yang tidak hanya untuk dipanen semusim. Pembukaan
berbagai perusahaan, telah melahirkan berbagai jenis pekerjaan dalam bidang
yang berbeda. Sebagai contoh: munculnya kuli-kuli perkebunan; mandor; dan
administrasi, di berbagai perusahaan pemerintah ataupun swasta. Kegiatan
ekspor-impor juga mengalami kenaikan signifikan pada masa penjajahan Barat. Hal
ini tidak lepas dari usaha pemerintah kolonial menggenjot jumlah produksi
ekspor.
7)
Mengenal
Uang
Pada masa sebelum kedatangan
bangsa Barat, masyarakat biasanya bekerja secara bergotong royong. Contohnya:
dalam mengerjakan sawah, setiap kelompok penduduk akan mengerjakan secara
bersama-sama dari sawah satu ke sawah lainnya. Pada masa kekuasaan kolonial
Barat, uang mulai dikenalkan sebagai alat pembayaran jasa tenaga kerja.
Keberadaan uang sebagai barang baru dalam kehidupan masyarakat, menjadi daya
tarik tersendiri. Masyarakat mulai menyenangi uang, karena dianggap lebih mudah
digunakan.
Perhatikan gambar sistem
pendidikan di pesantren di atas. Pendidikan tersebut berkembang di berbagai
daerah pada masa sebelum kedatangan bangsa Barat. Bagaimana pendidikan pasa
masa kolonial Barat? Terdapat 2 pendidikan yang dikembangkan pada masa
pemerintahan kolonial Barat. Pertama adalah pendidikan yang dikembangkan oleh
pemerintah, dan yang kedua adalah pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakat.
Pusat-pusat kekuasaan Belanda di
Indonesia di berbagai kota di Indonesia, menjadi pusat pertumbuhan berbagai
sekolah di Indonesia. Kalian dapat menemukan sekolah-sekolah yang telah berdiri
sejak zaman penjajahan di kota provinsi tempat tinggalmu. Pada masa penjajahan
Belanda juga, telah berkembang perguruan tinggi, seperti: Institut Teknologi
Bandung (ITB) dan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pada masa pemerintahan kolonial
Barat, terjadi diskriminasi pendidikan di Indonesia. Sekolah dibedakan menjadi
2 golongan, yakni: sekolah untuk bangsa Eropa dan sekolah untuk penduduk
pribumi. Hal ini mendorong lahirnya berbagai gerakan pendidikan di Indonesia.
Taman Siswa yang berdiri di Yogyakarta, merupakan salah satu pelopor gerakan
pendidikan modern di Indonesia. Sekolah-sekolah yang dipelopori berbagai
organisasi pergerakan nasional, tumbuh pesat pada awal abad XX.
Pengaruh pendidikan modern
berdampak pada perluasan lapangan kerja pada masyarakat Indonesia. Munculnya
elite intelektual memunculkan jenis pekerjaan baru, seperti: guru;
administrasi; pegawai pemerintah; dan sebagainya.
9)
Perubahan
dalam Aspek Politik
Kejayaan kerajaan-kerajaan pada
masa sebelum kedatangan bangsa Barat, satu per satu mengalami kemerosotan
bahkan keruntuhan. Pada masa kerajaan, rakyat diperintah oleh raja yang
merupakan bangsa Indonesia. Pada pemerintahan kolonial Barat, rakyat diperintah
oleh bangsa asing. Kekuasaan bangsa Indonesia untuk mengatur bangsanya semakin
hilang, digantikan dengan kekuasaan bangsa Barat. Perubahan inilah yang paling
penting untuk diperjuangkan. Tanpa kemerdekaan, bangsa Indonesia sulit mengatur
dirinya sendiri.
Perubahan dalam sistem politik
juga terjadi dengan dikenalnya sistem pemerintahan baru. Pada masa kerajaan
dikenal raja dan bupati, sementara itu pada masa pemerintahan kolonial Barat
dikenal: gubernur jenderal; residen; bupati; dan seterusnya. Para penguasa
kerajaan menjadi hilang kekuasaannya, digantikan dengan kekuasaan pemerintahan
kolonial Barat.
Terbentuknya pemerintahan Hindia
Belanda di satu sisi, menguntungkan bangsa Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda
yang terpusat, menyebabkan hubungan yang erat antara rakyat Indonesia
diberbagai daerah. Muncul perasaan senasib dan sepenanggungan dalam bingkai
Hindia Belanda.
Munculnya berbagai organisasi
pergerakan nasional, tidak lepas dari ikatan politik Hindia Belanda. Sebelum
masa penjajahan Hindia Belanda, masyarakat Indonesia terkotak-kotak oleh sistem
politik kerajaan. Terdapat puluhan kerajaan di berbagai daerah di Indonesia.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, berbagai daerah tersebut disatukan dalam
satu identitas, yaitu: Hindia Belanda.
10) Perubahan dalam Aspek Budaya
Perhatikan gambar Benteng
Vredeburg di Yogyakarta. Peninggalan tersebut merupakan salah satu bukti
pengaruh kolonialisme dalam bidang budaya. Berbagai perubahan budaya pada masa
penjajahan Belanda adalah dalam seni bangunan; tarian; cara berpakaian; bahasa;
dan teknologi.
Seni bangunan dengan gaya Eropa,
dapat kalian temukan di berbagai kota di Indonesia. Coba kalian amati berbagai
peninggalan pada masa kolonial Belanda yang terdapat di lingkungan tempat
tinggalmu. Bagaimana perbedaan bangunan-bangunan tersebut dengan bangunan asli
masyarakat Indonesia sebelumnya? Masa penjajahan Belanda berpengaruh terhadap
teknologi dan seni bangunan di Indonesia. Teknologi bangunan modern, dikenalkan
bangsa Barat di berbagai wilayah di Indonesia. Kalian masih dapat menelusuri
sebagian besar peninggalan bangunan pada masa kolonial. Bahkan sebagian
bangunan tersebut sampai saat ini masih dimanfaatkan sebagai kantor pemerintah.
Perubahan kesenian juga terjadi
terutama di masyarakat perkotaan yang mulai mengenal tarian-tarian Barat.
Kebiasaan dansa dan minum minuman yang dikenalkan para pejabat Belanda,
berpengaruh pada perilaku sebagian masyarakat Indonesia. Kalian juga masih
dapat menelusuri bahasa-bahasa Belanda yang berpengaruh dalam kosa kata Bahasa
Indonesia.
Dalam aspek budaya juga terjadi
perubahan kehidupan beragama masyarakat Indonesia. Pengaruh kolonial yang lain
adalah penyebaran agama Kristen di Indonesia.
Agama Kristen diprediksi sampai
di Indonesia sejak zaman kuno melalui jalur pelayaran. Menurut Cosmas
Indicopleustes dalam bukunya Topographica Christiana, pada abad VI sudah ada
komunitas Kristiani di India Selatan, di Pantai Malabar, dan di Sri Lanka. Dari
Malabar itu agama Kristen menyebar ke berbagai daerah. Pada tahun 650, agama
Kristen sudah mulai berkembang di Kedah (di Semenanjung Malaya) dan sekitarnya.
Pada abad IX, Kedah berkembang menjadi pelabuhan dagang yang sangat ramai di
jalur pelayaran yang menghubungkan: India-Aceh-Barus-Nias melalui Selat
Sunda-Laut Jawa dan selanjutnya ke Tiongkok. Jalur ini disebut-sebut sebagai
jalur penyebaran agama Kristen dari India ke Nusantara.
Penyebaran agama Kristen menjadi
lebih intensif lagi seiring dengan datangnya bangsa-bangsa Barat ke Indonesia
pada abad XVI. Kedatangan bangsa-bangsa Barat itu semakin memantapkan dan
mempercepat penyebaran agama Kristen di Indonesia. Orang-orang Portugis
menyebarkan agama Kristen Katolik (selanjutnya disebut Katolik). Orang-orang
Belanda menyebarkan agama Kristen Protestan (selanjutnya disebut Kristen).
Siapa yang menyebarkan agama
Katolik di Indonesia? Mereka adalah para pastor, seperti: Fransiskus Xaverius
dari ordo Serikat Yesus. Pastor ini aktif mengunjungi desa-desa di sepanjang
Pantai Leitimor; Kepulauan Lease; Pulau Ternate; Halmahera Utara; dan Kepulauan
Morotai. Usaha penyebaran agama Katolik ini kemudian dilanjutkan oleh
pastor-pastor yang lain. Selanjutnya di Nusa Tenggara Timur, seperti: Flores;
Solor; dan Timor, agama Katolik berkembang dengan baik sampai sekarang.
Agama Kristen Protestan
berkembang di Kepulauan Maluku, terutama setelah VOC menguasai Ambon, yang dipelopori
Zending. Penyebaran agama Kristen ini juga semakin intensif saat Raffles
berkuasa di Indonesia. Agama Katolik dan kemudian juga Kristen Protestan,
berkembang pesat di Indonesia bagian timur.
Pengaruh lain dalam bidang
budaya, adalah: pakaian; bahasa; makanan; dan jenis pekerjaan baru. Pakaian
gaya Eropa tidak hanya berpengaruh dalam lingkungan keraton, tetapi juga
masyarakat luas. Kalian dapat menemukan berbagai kosa kata pengaruh Belanda,
seperti: knalpot; kabinet; kanker; dan sebagainya.
b.
Perubahan
Masyarakat pada Masa Penjajahan Jepang
1)
Perubahan
dalam Aspek Geografi
Adanya eksploitasi kekayaan alam,
menjadi ciri penting pada masa pendudukan Jepang. Misi untuk memenangkan Perang
Dunia II, mendorong Jepang menjadikan Indonesia sebagai salah satu basisnya
dalam menghadapi tentara Sekutu. Jepang sangat membutuhkan banyak dukungan
dalam menghadapi PD II. Lahan perkebunan yang ada pada masa Hindia Belanda,
merupakan lahan yang menghasilkan untuk jangka waktu yang lama. Jepang
menggerakkan tanaman rakyat yang mendukung Jepang dalam PD II. Tanaman jarak
dikembangkan sebagai bahan produksi minyak yang dibutuhkan sebagai mesin
perang.
Kesengsaraan pada masa pendudukan
Jepang, menyebabkan besarnya angka kematian pada masa pendudukan Jepang.
Migrasi terjadi terutama untuk mendukung perang Jepang menghadapi Sekutu.
Banyak rakyat Indonesia yang ikut dalam romusha ataupun membantu pasukan Jepang
di beberapa negara Asia Tenggara untuk membantu perang Jepang. Sebagian dari
mereka, tidak kembali atau tidak diketahui nasibnya. Menurut catatan sejarah,
jumlah tenaga kerja yang dikirim ke luar Jawa bahkan ke luar negeri seperti:
Burma, Malaya, Vietnam, dan Muangthai/Thailand, mencapai 300.000 orang. Ratusan
ribu orang tersebut, banyak tidak diketahui nasibnya setelah Perang Dunia II
usai.
2)
Perubahan
dalam Aspek Ekonomi
Sistem ekonomi perang Jepang,
membawa kemunduran dalam bidang perekonomian di Indonesia. Putusnya hubungan
dengan perdagangan dunia, mempersempit kegiatan perekonomian di Indonesia.
Perkebunan tanaman ekspor, diganti menjadi lahan pertanian untuk kebutuhan
sehari-hari. Pembatasan ekspor menyebabkan sulitnya memperoleh bahan pakaian.
Maka rakyat Indonesia pun mengusahakannya sendiri. Pakaian yang terbuat dari
benang goni, menjadi tren pada masa pendudukan Jepang.
Wajib setor padi dan tingginya
pajak pada masa pendudukan Jepang, menyebabkan terjadinya kemiskinan luar
biasa. Angka kematian, sangat tinggi. Sebagai contoh, di Kabupaten Wonosobo
Jawa Tengah, angka kematian mencapai 50%. Kemiskinan yang luar biasa berdampak
pada penyakit-penyakit sosial lainnya. Gelandangan, pengemis, kriminalitas,
semakin berkembang akibat lemahnya kekuatan ekonomi rakyat.
3)
Perubahan
dalam Aspek Pendidikan
Kegiatan pendidikan dan
pengajaran, menurun. Sebagai contoh, gedung SD menurun dari 21.500 menjadi
13.500 buah; gedung sekolah lanjutan menurun dari 850 menjadi 20 buah. Kegiatan
Perguruan Tinggi, macet. Sementara itu pengenalan budaya Jepang dilakukan di
berbagai sekolah di Indonesia. Bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa pengantar
di berbagai sekolah di Indonesia. Adapun bahasa Jepang, menjadi bahasa utama di
sekolah-sekolah.
Tradisi budaya Jepang dikenalkan
di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat rendah. Para siswa harus digembleng,
agar bersemangat Jepang (Nippon Seishin). Para pelajar juga harus menyayikan
lagu Kimigayo (lagu kebangsaan Jepang) dan lagu-lagu lain, menghormati bendera
Hinomaru, serta melakukan gerak badan (taiso) dan seikerei.
4)
Perubahan
dalam Aspek Politik
Propaganda Jepang, berhasil
memengaruhi masyarakat Indonesia. Dengan alasan untuk membebaskan bangsa
Indonesia dari penjajahan Belanda, Jepang mulai mendapat simpati rakyat. Dengan
kebijakan yang kaku dan keras, secara politik, organisasi pergerakan yang
pernah ada, sulit mengembangkan aktivitasnya. Bahkan Jepang melarang dan
membubarkan semua organisasi pergerakan politik yang pernah ada di masa
kolonial Belanda. Hanya MIAI yang kemudian diperbolehkan hidup, karena
organisasi ini dikenal sangat anti budaya Barat (Belanda). Kempetai selalu
memata-matai gerak-gerik organisasi pergerakan nasional. Akibatnya, muncul
gerakan-gerakan bawah tanah.
Jepang berusaha mendapat simpati
dan dukungan rakyat dan tokoh-tokoh Indonesia, atas kekuasaannya di Indonesia.
Akibatnya hal ini menimbulkan beragam tanggapan dari para tokoh pergerakan
nasional. Kelompok Pertama adalah kelompok yang masih mau bekerja sama dengan
Jepang, tetapi tetap menggelorakan pergerakan nasional. Para tokoh ini adalah
mereka yang muncul dalam berbagai organisasi bentukan Jepang. Adapun Kelompok
Kedua adalah mereka yang tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Jepang dan
melakukan gerakan bawah tanah.
Pada masa akhir pendudukan
Jepang, terjadi revolusi politik di Indonesia, yakni: Kemerdekaan Indonesia.
Peristiwa proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, menjadi momen penting
perjalanan sejarah Indonesia selanjutnya. Kemerdekaan telah membawa perubahan
masyarakat dalam segala bidang.
5)
Perubahan
dalam Aspek Budaya
Jepang berusaha “menjepangkan”
Indonesia. Ajaran Shintoisme diajarkan pada masyarakat Indonesia. Kebiasaan
menghormat matahari dan menyanyikan lagu Kimigayo, merupakan salah satu
pengaruh pada masa pendudukan Jepang. Pengaruh budaya ini menimbulkan
perlawanan di berbagai daerah. Kalian dapat mengamati terjadinya perlawanan
masyarakat pada masa pendudukan Jepang. Salah satu penyebab perlawanan adalah
penolakan terhadap kebiasaan menghormat matahari.
Perkembangan Bahasa Indonesia
pada masa pendudukan Jepangan, mengalami kemajuan. Pada tanggal 20 Oktober 1943
atas desakan dari beberapa tokoh Indonesia, didirikan Komisi (Penyempurnaan)
Bahasa Indonesia. Tugas Komisi adalah menentukan istilah-istilah modern dan
menyusun suatu tata bahasa normatif serta menentukan kata-kata yang umum bagi
Bahasa Indonesia.
Aktivitas
Kelompok
1.
Bentuklah
kelompok dengan anggota 4-5 orang.
2.
Lakukan
pengamatan terhadap berbagai peninggalan sejarah pada masa penjajahan.
3.
Diskusikan
makna yang dapat diambil dari peninggalan sejarah tersebut.
4.
Diskusikan
bagaimana sikapmu terhadap peninggalan sejarah tersebut.
Bentuk Peninggalan
|
Makna bagi Kehidupan Sekarang
|
Cara Melestarikan Peninggalan
|
Rangkuman
Kedatangan
bangsa-bangsa Barat ke Indonesia, telah menyebabkan kolonialisme dan
imperialisme. Hidup dalam penjajahan, menyebabkan penderitaan rakyat dalam
berbagai bidang. Perubahan yang terjadi pada masa kolonial, lebih banyak
merugikan bangsa Indonesia. Pemerintah kolonial tidak memiliki perhatian serius
untuk memajukan negeri jajahan.
Bangsa
Indonesia mencintai perdamaian, tetapi bangsa Indonesia lebih mencintai
kemerdekaan. Kesewenang-wenangan penjajah, mendorong bangsa Indonesia melawan.
Perjuangan untuk melepaskan diri dari penjajahan, memerlukan pengorbanan yang
sangat besar. Satu demi satu perlawanan di berbagai daerah, dapat dipatahkan
penjajah.
Memasuki
abad XIX bangsa Indonesia sadar bahwa salah satu kelemahan perjuangan selama
ini, adalah berjuang sendiri-sendiri dan lebih mengandalkan satu pemimpin. Pada
tahun 1928 secara tegas bangsa Indonesia mengikatkan diri dalam perjuangan
nasional melalui ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Usaha
bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan, tercapai dengan diproklamasikannya
Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak itulah, bangsa
Indonesia hidup dalam kemerdekaan hingga saat ini. Sepatutnya kalian terus
berjuang mempertahankan kemerdekaan dan mengisi pembangunan untuk mencapai
kejayaan bangsa dan negara.
Pada
masa penjajahan Jepang dan Belanda, masyarakat Indonesia mengalami banyak
perubahan terutama dalam aspek geografis, pendidikan, ekonomi, dan politik.
Uji
Kompetensi
Pilihan
Ganda
1.
Tanah
adalah milik negara, maka rakyat harus menyewa tanah kepada negara. Hal inilah
yang melatarbelakangi sistem sewa tanah pada masa pemerintahan…
a.
Daendels b. Raffles c. Janssen d. Lord Minto
2.
Pelaksanaan
Tanam Paksa telah menghancurkan perekonomian Indonesia dan merupakan beban yang
berat, karena…
a.
rakyat
dipaksa menyerahkan 1/5 tanah pertanian pada Belanda
b.
rakyat
tidak punya waktu lagi mengerjakan tanah pertaniannya untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri
c.
dalam
praktiknya, tanah yang harus ditanami tanaman industri hampir 2/3 dari tanah
yang terbaik
d.
selain
menanami 1/5 tanaman, wajib juga harus menyerahkan 1/5 dari hari kerjanya
3.
Pelaksanaan
Politik Etis yang paling dirasakan dalam pergerakan nasional bangsa Indonesia,
adalah…
a.
pendidikan
dengan munculnya golongan terpelajar
b.
irigasi
telah memajukan pertanian khususnya di Jawa
c.
perpindahan
penduduk telah mengangkat kesejahteraan kaum miskin
d.
kemajuan
ekonomi akibat politik kolonial liberal
4.
Perlawanan
rakyat di berbagai daerah, seperti: Perang Padri; Perang Diponegoro; Perang
Banjar; dan sebagainya, pada masa penjajahan, gagal mengusir penjajah dari
Indonesia. Berikut ini yang merupakan penyebab kegagalan perjuangan pada masa
tersebut yaitu…
a.
tujuan
tidak jelas, bersifat kedaerahan, kalah persenjataan
b.
tergantung
pada satu pemimpin, mengandalkan kekuatan fisik, bersifat kedaerahan
c.
kalah
persenjataan, pemimpin tidak berpendidikan tinggi, semangat perjuangan lemah
d.
tidak
memiliki komandan perang yang baik, tergantung pada satu pemimpin, kalah
persenjataan
5.
Berikut
ini yang bukan karakteristik perjuangan bangsa Indonesia sebelum abad XX,
adalah…
a.
tidak
tergantung pada satu pemimpin
b.
menggunakan
persenjataan tradisional
c.
bersifat
lokal, kedaerahan
d.
kurang
menggunakan siasat perjuangan diplomasi
6.
Serikat
Islam asal mulanya adalah dari Serikat Dagang Islam, yang didirikan oleh
pedagang batik di Solo yang bernama…
a.
Haji
Samanhudi b. Haji Misbach c. KH Ahmad Dahlan d. KH Hasyim Asyari
7.
Perhatikan
beberapa putusan di bawah ini.
1)
Menetapkan
Pancasila
2)
Ikrar
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928
3)
Menetapkan
presiden dan wakil presiden
4)
Menetapkan
lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman sebagai lagu kebangsaan
5)
Menetapkan
bendera merah putih sebagai lambang negara Indonesia
Yang termasuk putusan Kongres
Sumpah Pemuda adalah…
a.
1,
2, dan 3 b. 2, 3, dan 4 c. 2, 3, dan 5 d. 2, 4, dan 5
8.
Perjuangan
Kemerdekaan Indonesia ditandai dengan era kebangkitan nasional. Kebangkitan
nasional yang dimaksud, adalah…
a.
dinyanyikannya
lagu Indonesia Raya oleh para pemuda
b.
kesadaran
untuk membentuk pergerakan nasional
c.
munculnya
organisasi kedaerahan
d.
perang
melawan penjajah
9.
Pengerahan
tenaga rakyat yang sangat menyengsarakan yang dilakukan pemerintah pendudukan
Jepang, disebut…
a.
sekerei b. oshamu seirei c. romusha d. rodi
10. Karena Gerakan 3A tidak
mendapatkan hasil seperti yang diharapkan, sebagai gantinya pemerintah
pendudukan Jepang mendirikan…
a.
Keibodan b. PETA c. PUTERA d. Jawa Hokokai
Esai
1.
Jelaskan
bagaimana penderitaan bangsa Indonesia akibat penjajahan pada masa VOC.
2.
Faktor-faktor
apa saja yang melatarbelakangi Belanda menerapkan sistem Tanam Paksa di
Indonesia?
3.
Bagaimana
manfaat Sumpah Pemuda bagi kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini?
4.
Bagaimanakah
sikap kaum pergerakan terhadap penjajahan yang dilakukan Jepang?
5.
Bagaimanakah
sikap kalian sebagai pemuda memaknai kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh
para pejuang?
Refleksi
Setelah
mempelajari materi pada bab ini, pelajaran apa yang dapat kalian ambil? Apakah
kalian tahu bagaimana penderitaan bangsa Indonesia selama masa penjajahan?
Menurut kalian, bagaimanakah para pejuang bangsa melakukan perlawanan terhadap
penjajah yang memiliki senjata yang lebih modern? Mengapa perlu Sumpah Pemuda
pada tanggal 28 Oktober 1928? Menurut kalian, bagaimanakah seharusnya kalian
sebagai generasi penerus bangsa memaknai Sumpah Pemuda? Apakah kalian tahu
bagaimana perjuangan para pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia?
Bagaimanakah kalian sebagai generasi sekarang mengisi kemerdekaan yang telah
susah payah diperjuangkan para pejuang?
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar