Tema II:
Perkembangan Masyarakat Indonesia
Menuju Negara Maju
Prawacana
Pada tema sebelumnya, kamu sudah belajar
tentang potensi lokasi, potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia,
dan potensi budaya yang dimiliki oleh negara kita. Kamu juga sudah belajar
tentang berbagai upaya pemanfaatan potensi-potensi itu agar negara kita menjadi
negara maju.
Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka
memajukan negara telah membawa perkembangan pesat pada berbagai bidang
kehidupan di Indonesia, seperti bidang kependudukan, politik, ekonomi,
pendidikan, dan budaya. Seperti apakah perkembangan yang terjadi pada
bidang-bidang tersebut? Pada tema ini, kamu mempelajari perkembangan masyarakat
Indonesia pada bidang kependudukan, politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya
sebagai hasil dari upaya bangsa Indonesia untuk menjadi negara maju
A. Perkembangan Kependudukan
Laju Pertumbuhan Penduduk
Indonesia Sejak Kemerdekaan
Indonesia telah melaksanakan beberapa
kali sensus penduduk. Sejak Kemerdekaan, telah dilakukan enam kali sensus
penduduk, yaitu sensus penduduk tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan
terakhir tahun 2010. Sebelum Kemerdekaan, sebenarnya di Indonesia juga pernah
dilakukan sensus, yaitu tahun 1920 dan 1930. Pada tahun 1920, jumlah penduduk
di Indonesia mencapai 34,3 juta jiwa dan tahun 1930 mencapai 60,7 juta. Berikut
ini data hasil sensus penduduk di Indonesia.
Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan
Penduduk di Indonesia
Tahun Sensus
|
Jumlah
Penduduk (juta)
|
Laju
Pertumbuhan (%)
|
1961
|
97,1
|
2,15
|
1971
|
119,2
|
2,13
|
1980
|
147,5
|
2,32
|
1990
|
179,3
|
1,97
|
2000
|
209,6
|
1,45
|
2010
|
237,56
|
1,49
|
Dari data hasil sensus, diketahui bahwa
laju pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dikatakan tinggi jika laju pertumbuhan
penduduknya mencapai angka lebih dari 2% . Jika angka pertumbuhannya antara 1
dan 2 persen, laju pertumbuhan termasuk sedang. Jika angka pertumbuhan kurang
dari satu persen, laju pertumbuhan termasuk rendah.
Berdasarkan kriteria tersebut, pada
sensus 2010, laju pertumbuhan penduduk Indonesia tergolong sedang. Sementara
itu, negara-negara maju memiliki laju pertumbuhan penduduk yang rendah. Namun
demikian, ada kecenderungan laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurun yang
berarti sedang menuju ciri kependudukan negara maju pada umumnya.
Bagaimanakah laju pertumbuhan penduduk
Indonesia jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk di negara-negara
lain? Agar kamu menemukan jawaban, lakukanlah kegiatan berikut!
Aktivitas Kelompok
1.
Bagi
kelas kalian menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok berjumlah 4-5 orang!
2.
Amatilah
Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Jumlah dan Angka
Pertumbuhan
Penduduk Sejumlah Negara di Dunia
No
|
Nama Negara
|
Jumlah
Penduduk
|
Kelahiran per
1000 Penduduk
|
Kematian per
1000 Penduduk
|
Angka
Pertumbuhan Alami (Natural Increase)
|
1
|
China
|
1.357,4
|
12
|
7
|
0,5
|
2
|
Amerika Serikat
|
316,2
|
13
|
8
|
0,5
|
3
|
India
|
1.276,5
|
22
|
7
|
1,5
|
4
|
Iran
|
76,5
|
19
|
5
|
1,4
|
5
|
Perancis
|
63,9
|
13
|
9
|
0,4
|
6
|
Filipina
|
96,2
|
21
|
5
|
1,5
|
7
|
Australia
|
23,1
|
13
|
6
|
0,7
|
8
|
Peru
|
30,5
|
20
|
5
|
1,5
|
9
|
Jepang
|
127,3
|
8
|
10
|
-0,2
|
10
|
Mesir
|
84,7
|
25
|
6
|
1,9
|
11
|
Jerman
|
80,6
|
8
|
11
|
-0,2
|
12
|
Inggris
|
64,1
|
13
|
9
|
0,4
|
13
|
Libia
|
6,5
|
22
|
4
|
1,7
|
14
|
Selandia Baru
|
4,5
|
14
|
7
|
0,7
|
15
|
Malaysia
|
29,8
|
18
|
5
|
1,3
|
16
|
Korea Selatan
|
50,2
|
10
|
5
|
0,4
|
17
|
Russia
|
143,5
|
13
|
13
|
0
|
18
|
Vietnam
|
89,7
|
17
|
7
|
1
|
19
|
Kanada
|
35,3
|
11
|
7
|
0,4
|
20
|
Belanda
|
16,8
|
10
|
8
|
0,2
|
21
|
Italia
|
59,8
|
9
|
10
|
-0,1
|
22
|
Indonesia
|
248,5
|
26
|
6
|
1,5
|
3.
Berdasarkan
pengamatan, Kelompokkan negara-negara yang tertera pada Tabel 2.2 menjadi negara
maju dan negara berkembang!
·
Bandingkan
laju pertumbuhan penduduk Indonesia dengan negara-negara lain.
·
Diskusikan
apakah Indonesia termasuk negara yang mengalami pertumbuhan penduduk tinggi,
rendah, atau sedang.
4.
Buatlah
kesimpulan dari hasil diskusi.
5.
Presentasikan
hasil kerja kelompokmu di depan kelas.
Setelah melakukan kegiatan di atas, kamu
dapat mengetahui bahwa laju pertumbuhan penduduk bervariasi antara satu negara
dan negara lainnya. Negara tertentu angka pertumbuhannya tergolong tinggi,
sementara yang lainnya tergolong rendah. Bahkan, ada beberapa negara yang angka
pertumbuhan penduduknya negatif atau di bawah nol. Jika angka pertumbuhannya
negatif, negara tersebut penduduknya tidak bertambah malah berkurang jumlahnya.
Adanya perbedaan laju pertumbuhan
penduduk antara satu negara dan negara lainnya menyebabkan setiap negara
menerapkan kebijakan yang berbeda untuk mengendalikan laju pertumbuhan
penduduk. Sejumlah negara yang laju pertumbuhannya terlalu kecil atau bahkan
negatif, berupaya menaikkan angka pertumbuhan penduduknya melalui sejumlah kebijakan
yang bersifat pro-natalis. Kebijakan pro-natalis mendukung penduduknya untuk
memiliki jumlah anak yang banyak. Contoh negara tersebut adalah Kuwait, Jepang,
Argentina, Brazil, Rusia, Prancis, Jerman, Israel, dan beberapa negara lainnya.
Pada sisi lain, sejumlah negara berupaya
mengendalikan laju pertumbuhan penduduknya karena jumlahnya terlalu besar dan
membebani perekonomian negara. Negara-negara tersebut menerapkan kebijakan yang
anti-natalis. Kebijakan tersebut berupaya mengendalikan jumlah penduduk dengan
beragam program. Contoh negara yang menerapkan kebijakan ini adalah China
dengan kebijakan satu anak (One Child Policy). Negara lainnya yang
menerapkan kebijakan tersebut adalah Indonesia, Nigeria, India, dan sejumlah
negara lainnya.
Program Keluarga Berencana (KB)
mencerminkan kebijakan antinatalis di Indonesia. Program tersebut diharapkan
mampu mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Jika laju pertumbuhan
terkendali, diharapkan kualitas penduduknya akan makin baik. Negara juga tidak
terlalu dibebani karena harus menyediakan lapangan kerja dan fasilitas hidup
yang sangat banyak. Dengan cara demikian, Indonesia diharapkan dapat lebih
cepat menjadi negara maju.
2.
Dampak Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk membawa akibat pada
berbagai aspek kehidupan manusia. Pada gilirannya, pertumbuhan penduduk akan
berpengaruh pada pemanfaatan aspek biofisik atau sumber daya alam. Oleh karena
itu, manusia perlu melakukan upaya agar laju pertumbuhan penduduknya
terkendali.
a. Dampak Positif
Secara umum, pertumbuhan penduduk
membawa dampak positif dan negatif bagi manusia. Beberapa dampak positif
pertumbuhan penduduk antara lain sebagai berikut.
1.
Tersedianya
tenaga kerja untuk meningkatkan produksi dalam memenuhi kebutuhan yang terus
meningkat.
2.
Bertambahnya
kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan sehingga berkembang jumlah dan jenis
usaha lokal.
3.
Meningkatnya
investasi atau penanaman modal karena makin banyak kebutuhan manusia.
4.
Meningkatnya
inovasi karena penduduk dipaksa untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya, agar
produktivitas lahan pertaniannya meningkat, manusia mengembangkan pupuk dan
benih unggul untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang terus meningkat.
b. Dampak Negatif
Di samping dampak positif, pertumbuhan
penduduk yang tinggi juga berpotensi menimbulkan dampak negatif terutama jika
tidak diimbangi dengan kualitas penduduk dan ketersediaan sarana prasarana
hidup serta lapangan pekerjaan. Beberapa dampak tersebut antara lain sebagai
berikut.
1)
Meningkatnya
Angka Pengangguran
Angka pertumbuhan penduduk yang tidak
seimbang dengan pertumbuhan lapangan kerja akan menimbulkan masalah
pengangguran. Sebagian tenaga kerja tidak terserap oleh lapangan kerja yang ada
karena kecepatan pertumbuhan lapangan kerja baru kalah oleh kecepatan
pertumbuhan penduduknya.
2)
Meningkatnya Angka Kriminal
Banyaknya tenaga kerja yang menganggur
atau belum mendapatkan pekerjaan sangat rentan terhadap perilaku kejahatan atau
kriminal. Desakan kebutuhan dapat memaksa sebagian penduduk untuk melakukan
tindak kejahatan.
3)
Meningkatnya Angka Kemiskinan
Pertumbuhan penduduk yang tinggi
berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan sumber daya, khususnya sumber daya
alam. Jika penduduk bertambah, harus disediakan lahan baru untuk memenuhi
kebutuhan pangan/ makanan dan rumah untuk tinggal. Diperlukan lowongan
pekerjaan baru bagi mereka untuk memenuhi kebutuhannya. Jika tidak terpenuhi,
akan muncul masalah kemiskinan.
4)
Berkurangnya Lahan untuk Pertanian dan Permukiman
Bertambahnya penduduk di suatu wilayah
tentu membutuhkan lahan pertanian dan permukiman baru. Setiap penduduk yang
lahir memerlukan rumah untuk tinggal dan lahan pertanian untuk memenuhi
kebutuhan akan makanan. Makin banyak yang lahir, makin banyak lahan pertanian
dan permukiman baru yang harus disediakan. Pada gilirannya, lahan pertanian
yang ada akan berkurang karena dipakai untuk permukiman.
5)
Makin Banyaknya Limbah dan Polusi
Kegiatan penduduk, baik kegiatan di
rumah, kegiatan perdagangan, atau industri pasti menghasilkan sampah atau
limbah. Makin banyak penduduk, makin banyak limbah yang dihasilkan. Pada
gilirannya, sampah atau limbah akan berdampak buruk pula bagi manusia.
6)
Ketersediaan Pangan Makin Berkurang
Permukiman, industri, perdagangan, dan
aktivitas manusia lainnya terus berkembang yang akhirnya mengubah fungsi lahan
pertanian menjadi non-pertanian. Akibatnya, produksi pertanian berkurang dan
terus berkurang. Ini berarti ketersediaan pangan juga akan makin berkurang dan
terpaksa harus mendatangkannya dari daerah atau negara lainnya. Laju penurunan
produksi dapat dikendalikan jika penduduk melakukan intensifikasi pertanian
sehingga produktivitas lahan meningkat.
7)
Kesehatan Masyarakat Makin Menurun
Pertumbuhan penduduk yang tinggi,
khususnya di daerah perkotaan, akan membuat harga lahan makin mahal.
Akibatnnya, sebagian penduduk tidak mampu membeli lahan dengan luas yang cukup
memadai untuk permukiman. Permukiman menjadi sangat padat sehingga tidak sehat.
Apalagi jika sanitasinya buruk, tentu keadaan itu akan menimbulkan berbagai
macam penyakit.
8)
Berkembangnya Permukiman Tidak Layak Huni
Lahan yang makin terbatas akibat
tingginya laju pertumbuhan penduduk, terutama di daerah perkotaan, mendorong
naiknya harga lahan sehingga sulit dijangkau oleh sebagian penduduk. Akibatnya,
sebagian penduduk terpaksa tinggal di daerah yang kurang layak dengan membangun
rumah seadanya. Biasanya, mereka membangun rumah di tepi sungai, sepanjang rel
kereta api, atau pada lahan-lahan kosong milik pemerintah yang belum
dimanfaatkan. Daerah tersebut dikenal sebagai daerah kumuh (slum area).
Aktivitas Kelompok
Kalian telah mengkaji berbagai akibat
laju pertumbuhan penduduk. Selanjutnya, lakukanlah aktivitas berikut ini.
1.
Buatlah
kelompok dengan anggota 4-5 orang.
2.
Setiap
kelompok menelusuri informasi tentang laju pertumbuhan penduduk di wilayah
tempat kalian tinggal. Skala wilayah dapat berupa desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten, atau provinsi.
3.
Hitung
laju pertumbuhan penduduk alaminya (ingat kembali materi kelas 8). Sekadar
mengingatkan, laju pertumbuhan penduduk alami dihitung dengan mengurangi angka
kelahiran dengan angka kematian (Pertumbuhan Penduduk (P) = Lahir (L) - Mati
(M))
4.
Lakukan
analisis mengapa daerah tersebut mengalami laju pertumbuhan penduduk seperti
yang telah kalian hitung.
5.
Apa
akibat yang ditimbulkan oleh laju pertumbuhan penduduk terhadap keadaan
lingkungan fisik maupun sosial ekonomi penduduk di wilayah tersebut.
6.
Buatlah
laporan tertulis dan presentasikan hasilnya di depan kelas.
3.
Upaya Indonesia untuk Mengendalikan Laju Pertumbuhan
Penduduk
Upaya yang terkait dengan pengendalian
laju pertumbuhan penduduk di Indonesia di antaranya diselenggarakan melalui
program Keluarga Berencana (KB). Program KB mulai digalakkan pada tahun
1970-an. Pada awalnya, program tersebut banyak ditentang masyarakat karena
masih ada anggapan banyak anak banyak rezeki. Namun, kerja keras semua pihak
akhirnya membuahkan hasil karena angka pertumbuhan penduduk mulai berkurang
sejak program tersebut digulirkan. Tingkat kelahiran yang pada tahun 1970-an
mencapai 5,6, pada tahun 2013 turun menjadi 2,6. Tujuan dari program KB tidak
hanya sekadar mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, tetapi juga memperbaiki
kesejahteraan ibu, anak dan keluarga, mengurangi angka kelahiran, serta
menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa.
Selain melalui program KB, pemerintah
juga berupaya mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dengan meningkatkan
pendidikan. Pendidikan diyakini akan mengubah cara pandang tentang jumlah anak
dan melakukan perencanaan keluarga yang baik. Pendidikan juga dapat menunda
usia pernikahan sehingga mengurangi kemungkinan untuk memiliki banyak anak.
Laju pertumbuhan penduduk juga
dikendalikan melalui pemberdayaan generasi muda. Generasi muda yang terdidik
dan bekerja akan mengurangi kemungkinan memiliki anak dalam jumlah banyak.
Mereka akan berpikir rasional dalam menentukan jumlah anak sehingga perannya
dalam masyarakat tidak terkendala oleh banyaknya anak.
Upaya lainnya yang dapat mengendalikan
laju pertumbuhan penduduk adalah dengan meningkatkan peran pemuda dalam
berbagai aktivitas seperti olahraga, seni, dan budaya. Berbagai aktivitas
tersebut akan menunda usia menikah karena kesibukan mereka.
4.
Mobilitas Penduduk di Indonesia
Dalam perkembangnnya, masyarakat
Indonesia melakukan perpindahan atau mobilitas penduduk dari satu tempat ke
tempat lainnya. Secara geografis, perpindahan tersebut dapat berupa perpindahan
dari desa kota, antarprovinsi, antar-pulau, dan bahkan perpindahan ke negara
lainnya. Perpindahan penduduk Indonesia ke negara lain masih sangat kecil
dibandingkan dengan tipe migrasi lainnya.
a. Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk
dari desa ke kota. Istilah urbanisasi sebenarnya juga menjelaskan proses
berubahnya ciri-ciri atau suasana suatu desa menjadi ciri atau suasana suatu
kota. Urbanisasi di Indonesia sangat jelas terjadi di Pulau Jawa yang daerah
perkotaannya banyak berkembang. Banyak penduduk desa yang kemudian memutuskan
untuk tinggal di kota, baik untuk menetap atau sementara. Akibatnya, kota-kota
di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, menjadi sangat padat penduduknya.
Berpindahnya penduduk di Indonesia,
terutama setelah kemerdekaan, didasari oleh sejumlah faktor penyebab. Faktor
penyebab tersebut dapat dibedakan menjadi faktor pendorong dan faktor penarik.
Adapun faktor pendorong berpindahnya penduduk ke kota, di antaranya adalah
seperti berikut.
1.
Rendahnya
penghasilan atau upah di desa sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup.
2.
Makin
terbatasnya pemilikan lahan pertanian akibat makin besarnya jumlah penduduk di
desa.
3.
Terbatasnya
lapangan kerja di desa.
4.
Terbatasnya
sarana dan prasarana pendidikan di desa.
5.
Terbatasnya
sarana hiburan di desa.
6.
Adanya
bencana alam di desa, misalnya kekeringan, banjir, longsor dan lain-lain.
Sementara itu, faktor penarik penduduk
untuk pindah ke kota, di antaranya adalah seperti berikut.
1.
Upah
di kota yang lebih tinggi dibandingkan dengan di desa.
2.
Jumlah
dan peluang pekerjaan di kota yang lebih banyak dan bervariasi
3.
Sarana
dan prasarana pendidikan yang lebih memadai
4.
Sarana
dan prasarana hiburan yang lebih memadai
b. Transmigrasi
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk
antarprovinsi di Indonesia. Tujuannya menyebarkan penduduk yang padat, dalam
hal ini Pulau Jawa dan Bali, ke daerah yang masih jarang penduduknya.
Transmigrasi telah dilaksanakan sejak zaman penjahan Belanda yang kemudian
diteruskan pada masa penjajahan Jepang dan setelah Indonesia merdeka.
Pada masa penjajahan Belanda,
transmigrasi dilaksanakan pertama kali pada tahun 1905. Pada saat itu, sebanyak
155 keluarga dari Karesidenan Kedu meliputi daerah Karanganyar (Kebumen),
Kebumen, dan Purworejo Jawa Tengah berhasil dipindahkan ke Gedongtatan,
Provinsi Lampung. Jumlah penduduk yang dipindahkan mencapai 4.800 jiwa. Pada
saat itu, transmigrasi dilaksanakan dengan pertimbangan: pertama, melaksanakan
politik etis atau balas budi dengan mengurangi jumlah penduduk Jawa dan
meningkatkan kesejahteraan penduduk yang masih rendah; kedua, adanya kebutuhan
tenaga kerja untuk perkebunan di luar Jawa milik Belanda dan swasta.
Transmigrasi pada masa pemerintahan Belanda juga terjadi pada tahun 1911
memindahkan ke daerah yang dinamai Wonosobo di sekitar Sukadana Lampung.
Pelaksanaan berikutnya terjadi sampai 1929, kemudian tahun 1930 ke Palembang,
Bengkulu, Jambi, Sumatra Utara, serta Kalimantan.
Zaman Jepang
Pada masa pendudukan Jepang,
dilaksanakan transmigrasi dari Jawa ke Lampung. Jumlah keluarga yang
diberangkatkan mencapai 1.867 keluarga atau 7.399 jiwa. Pada masa Jepang,
pelaksanaan transmigrasi dimaksudkan untuk mobilisasi tenaga kerja ke
perkebunan di luar Jawa atau disebut Romusha. Selain itu, mereka juga
dipekerjakan di proyek pertahanan Jepang, baik di dalam maupun di luar negeri.
Zaman Kemerdekaan
Pada masa setelah Kemerdekaan,
pemerintah melakukan transmigrasi melalui beberapa periodesasi, yaitu 1945-1950,
1950-1968, 1969-1974, 1974- 1979, 1979-1984, 1984-1989, 1989-1994, 1994-1999,
1999-2000, 2001-2003, 2004-sekarang. Daerah tujuannya makin luas tidak hanya ke
Lampung, tetapi juga ke berbagai wilayah di Indonesia, seperti Sumatra Utara,
Riau, Sumatra Barat, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat. (lihat Gambar
2.7)
Aktivitas Kelompok
Perhatikanlah peta daerah asal dan
daerah tujuan program transmigrasi di Indonesia. Selanjutnya, lakukan aktivitas
berikut.
1.
Tulislah
daerah tujuan transmigrasi di Indonesia.
2.
Carilah
informasi tentang faktor pendorong mobilitas penduduk melalui program
transmigrasi.
3.
Carilah
informasi tentang kendala program transmigrasi di Indonesia.
B. Perkembangan Politik
Sejak masa Kemerdekaan hingga awal
Reformasi (tahun 1998), keadaan politik di Indonesia telah mengalami berbagai
perubahan. Misalnya, Indonesia pernah menerapkan sistem demokrasi liberal,
kemudian sistem itu diubah menjadi sistem demokrasi terpimpin.
Perubahan-perubahan tersebut tentu saja membawa pengaruh terhadap perkembangan
politik di Indonesia. Supaya kamu mengetahui perkembangan politik di Indonesia
sejak awal Kemerdekaan hingga masa Reformasi, mari pelajari uraian berikut ini!
1. Perkembangan
Politik pada Awal Kemerdekaan
Pada awal Kemerdekaan, situasi politik
Indonesia masih mencari bentuknya. Hal ini ditandai dengan berbagai perubahan
yang terjadi pada masa itu. Bagaimanakah perkembangan politik Indonesia pada
awal Kemerdekaan? Untuk memahaminya, kerjakan aktivitas kelompok berikut!
Aktivitas Kelompok
1.
Bentuk
kelompok kecil yang anggotanya terdiri atas 3-4 orang!
2.
Carilah
di internet atau membaca buku di perpustakaan terkait materi tentang
perkembangan politik di Indonesia pada awal Kemerdekaan!
3.
Lengkapilah
kolom berikut sesuai dengan materi yang kamu peroleh!
No
|
Aspek
Perkembangan
|
Deskripsi
Perkembangan
|
1
|
Pembentukan Struktur Pemerintahan
|
|
2
|
Perubahan Bentuk Negara Menjadi
Republik Indonesia Serikat (RIS)
|
|
3
|
Perubahan Bentuk Negara Kembali
Menjadi negara Kesatuan
|
|
4.
Tulis
hari/tanggal dan identitas (nama, nomor dan kelas)!
5.
Presentasikan
hasil kerja kelompok di depan kelas!
Apakah kamu sudah selesai mengerjakan
aktivitas kelompok? Jika sudah, kamu dapat mengetahui perkembangan politik
Indonesia pada awal Kemerdekaan yang meliputi hal-hal berikut ini.
a. Pembentukan Struktur
Pemerintahan yang Lengkap
Saat Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17
Agustus 1945, Indonesia belum memiliki struktur pemerintahan yang lengkap
karena Indonesia belum menentukan kepala pemerintahan dan belum menetapkan
sistem administrasi wilayah yang jelas. Oleh karena itu, setelah Proklamasi
Kemerdekaan, bangsa Indonesia segera membentuk kelengkapan pemerintahan, yaitu
sebagai berikut.
1)
Pengesahan UUD 1945
UUD 1945 ditetapkan dalam rapat Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diselenggarakan pada tanggal 18
Agustus 1945. Dengan ditetapkannya UUD 1945 pada rapat tersebut, Indonesia
memiliki landasan dalam melaksanakan kehidupan bernegara.
2)
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
Pada rapat yang sama, dilakukan
pemilihan presiden dan wakil presiden. Dalam pemilihan tersebut Ir. Soekarno
dan Drs. M. Hatta terpilih sebagai presiden dan wakil presiden pertama Republik
Indonesia.
3)
Pembagian Wilayah Indonesia
Pada rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) yang diselenggarakan pada tanggal 19 Agustus 1945, diputuskan
pembagian wilayah Indonesia menjadi delapan provinsi di seluruh bekas jajahan
Hindia Belanda. Kedelapan provinsi tersebut adalah Jawa Timur, Jawa Tengah,
Jawa Barat, Borneo (Kalimantan), Maluku, Sulawesi, Sunda Kecil (Nusatenggara),
Sumatra, dan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta.
4)
Pembentukan Kementerian
Setelah pembagian wilayah Indonesia,
rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dilanjutkan untuk
membentuk kementerian. Dalam rapat ini, diputuskan pembentukan
kementerian-kementerian, di antaranya adalah sebagai berikut.
a)
Departemen
Dalam Negeri
b)
Departemen
Luar Negeri
c)
Departemen
Kehakiman
d)
Departemen
Keuangan
e)
Departemen
Kemakmuran
f)
Departemen
Kesehatan
g)
Departemen
Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan
h)
Departemen
Sosial
i)
Departemen
Pertahanan
j)
Departemen
Perhubungan
k)
Departemen
Pekerjaan Umum
5)
Pembentukan Komite Nasional Indonesia
Pada tanggal 22 Agustus 1945, PPKI
kembali menyelenggarakan rapat pembentukan KNIP (Komite Nasional Indonesia
Pusat). Tugas dan wewenang KNIP adalah menjalankan fungsi pengawasan dan berhak
ikut serta dalam menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
6)
Membentuk Kekuatan Pertahanan dan Keamanan
Pada tanggal 23 Agustus, Presiden
Soekarno mengesahkan Badan Keamanan Rakyat (BKR) sebagai badan kepolisian yang
bertugas menjaga keamanan. Selanjutnya, pada tanggal 5 Oktober, dibentuk
tentara nasional yang disebut dengan TKR (Tentara Keamanan Rakyat).
b. Perubahan Bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS)
Sejak merdeka, pemerintah Indonesia
berupaya menjalankan pemerintahan sesuai dengan UUD 1945. Namun kenyataannya,
hal-hal yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 tidak dapat sepenuhnya
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan
situasi politik di Indonesia. Situasi politik tersebut di antaranya adalah
adanya persetujuan Konferensi Meja Bundar (KMB).
Pada 23 Agustus – 2 November 1949,
Konferensi Meja Bundar (KMB) diselenggarakan di Den Haag, Belanda. Dalam
konferensi ini, Belanda mengakui RIS (Republik Indonesia Serikat) sebagai
negara yang merdeka dan berdaulat. Pengakuan Belanda terhadap RIS memberikan
keuntungan bagi Indonesia karena Belanda mengakui secara formal kedaulatan
penuh negara Indonesia di bekas wilayah Hindia Belanda.
Meskipun membawa keuntungan, pengakuan
ini juga membawa dampak negatif, Republik Indonesia yang semula berbentuk
negara kesatuan harus berubah menjadi negara serikat. Akibatnya, Republik
Indonesia hanya menjadi salah satu negara bagian saja dari RIS. Adapun wilayah
RIS seperti berikut.
1)
Negara Bagian
Negara bagian meliputi Negara Indonesia
Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatra,
Negara Sumatra Timur, dan Republik Indonesia.
2)
Satuan-Satuan Kenegaraan
Satuan kenegaraan meliputi Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tenggara, Banjar, Dayak Besar, Bangka,
Belitung, Riau, dan Jawa Tengah
3)
Daerah Swapraja
Daerah Swapraja meliputi Kota Waringin,
Sabang, dan Padang.
Perubahan bentuk negara dari negara
kesatuan menjadi negara serikat mengharuskan adanya penggantian UUD
(Undang-Undang Dasar). Oleh karena itu, disusunlah naskah UUD Republik
Indonesia Serikat yang diberi nama Konstitusi RIS. Selama berlakunya Konstitusi
RIS 1949, UUD 1945 tetap berlaku, tetapi hanya untuk negara bagian Republik
Indonesia.
c. Indonesia Kembali Menjadi
Negara Kesatuan
Keadaan Republik Indonesia yang hanya
merupakan salah satu negara bagian di dalam RIS secara tidak langsung telah
memperlemah posisi dan kedudukan Republik Indonesia. Hal inilah yang diharapkan
oleh Belanda karena negara-negara bagian bentukan Belanda tentu lebih
memberikan dukungan kepada Belanda sebagai pembentuknya daripada kepada
Pemerintah Republik Indonesia.
Dalam perkembangannya, rencana Belanda
untuk tetap menanamkan pengaruhnya di Indonesia melalui pembentukan RIS justru
mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan sejak Proklamasi Kemerdekaan,
sebenarnya rakyat Indonesia menghendaki bentuk negara kesatuan. Terbentuknya RIS
benar-benar dianggap tidak sesuai dengan jiwa dan semangat Proklamasi 17
Agustus 1945. Pemerintahan RIS dinilai sebagai bentuk warisan penjajah yang
dimaksudkan untuk dapat mempertahankan kekuasaannya di Indonesia.
Tidak sampai 1 tahun setelah pembentukan
RIS, muncul berbagai pergerakan di negara-negara bagian. Negara-negara ini
hendak bergabung dengan RI untuk mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Pada awal bulan Mei 1950, terjadi penggabungan negara-negara bagian
dalam negara RIS sehingga hanya tinggal tiga negara bagian, yaitu negara
Republik
Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan
Negara Sumatra Timur. Perkembangan berikutnya adalah munculnya kesepakatan
antara RIS yang mewakili Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatra Timur dengan
Republik Indonesia untuk kembali ke bentuk negara kesatuan. Kesepakatan
tersebut kemudian dituangkan dalam Piagam Persetujuan tanggal 19 Mei 1950.
Untuk mengubah negara serikat menjadi
negara kesatuan, diperlukan suatu UUD Negara Kesatuan. Oleh karena itu, dibentuklah
UUDS 1950 (Undang- Undang Dasar Sementara) sebagai pengganti Konstitusi RIS.
Pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS resmi dibubarkan dan Indonesia kembali
menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2. Perkembangan
Politik pada Masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin
Pada masa masa Demokrasi Liberal dan
Demokrasi Terpimpin, keadaan politik di Indonesia juga mengalami banyak
perubahan. Keadaan tersebut dapat diketahui dari dinamika politik yang terjadi.
Misalnya, pergantian kabinet yang terjadi dalam waktu singkat dan
diterbitkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Untuk mengetahui perkembangan
politik di Indonesia pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin,
kerjakan aktivitas kelompok berikut ini!
Aktivitas Kelompok
1.
Bentuk
kelompok kecil yang anggotanya terdiri atau 3–4 orang!
2.
Carilah
di internet atau membaca buku di perpustakaan terkait materi tentang
perkembangan politik di Indonesia pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi
Terpimpin!
3.
Lengkapilah
kolom berikut sesuai dengan materi yang kalian peroleh!
No
|
Aspek
Perkembangan
|
Deskripsi
Perkembangan
|
1
|
Pergantian Kabinet Pada Masa Demokrasi
Liberal
|
|
2
|
Pemilu 1955
|
|
3
|
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
|
|
4.
Tulis
hari/tanggal dan identitas (nama, nomor dan kelas)!
5.
Presentasikan
hasil kerja kelompok di depan kelas!
Apakah kamu sudah selesai mengerjakan
aktivitas kelompok? Jika sudah, kamu dapat mengetahui perkembangan politik
Indonesia pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin yang meliputi
hal-hal berikut ini.
a. Keadaan Politik pada Masa
Demokrasi Liberal
Setelah kembali menjadi negara kesatuan,
Indonesia menganut sistem Demokrasi Liberal (1950–1959) dengan pemerintahan
parlementer. Dalam sistem ini, pemerintahan dipimpin perdana menteri. Presiden
berkedudukan sebagai kepala negara.
Sistem politik pada masa Demokrasi
Liberal mendorong berkembangnya partai-partai politik karena sistem Demokrasi
Liberal menganut sistem multipartai. Adanya banyak partai politik yang ikut
berkiprah dalam pemerintahan di Indonesia menyebabkan munculnya persaingan
antarpartai. Partai-partai terkuat saling mengambil alih kekuasaan yang
mengakibatkan seringnya terjadi pergantian kabinet. Pada masa Demokrasi Liberal
ini, terjadi tujuh kali pergantian kabinet. Rata-rata masa kepemimpinan kabinet
hanya berumur satu tahun. Kabinet-kabinet tersebut adalah sebagai berikut.
1)
Kabinet
Natsir (September 1950–Maret 1951).
2)
Kabinet
Sukiman (April 1951–Februari 1952).
3)
Kabinet
Wilopo (April 1952–Juni 1953).
4)
Kabinet
Ali Sastroamidjojo I ( Juli 1953–Juli 1955).
5)
Kabinet
Burhanuddin Harahap (Agustus 1955–Maret 1956).
6)
Kabinet
Ali Sastroamidjojo II (Maret 1956–Maret 1957).
7)
Kabinet
Djuanda (Maret 1957–Juli 1959)
Meskipun terjadi banyak pergantian
kabinet, pemerintah pada masa Demokrasi Liberal berhasil menyelenggarakan
pemilihan umum (pemilu) untuk pertama kali di Indonesia. Pemilu pertama ini
dilaksanakan pada tahun 1955.
Persiapan pelaksanaan pemilu dilakukan
sejak masa Kabinet Ali Sastroamidjojo I. Pada masa kabinet ini, dibentuk
Panitia Pemilihan Umum Pusat dan Daerah pada tanggal 31 Mei 1954. Panitia ini
kemudian mengumumkan pelaksanaan pemilu untuk DPR, yaitu pada tanggal 29
September 1955. Adapun pemilu untuk memilih anggota konstituante akan
dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 1955. Namun, Kabinet Ali Sastroamidjojo I
tidak bisa melaksanakan pemilu sebagaimana rencana. Kabinet ini jatuh dan
mengembalikan mandatnya kepada Presiden pada tanggal 24 Juli 1955.
Setelah itu, Kabinet Burhanuddin Harahap
menggantikan Kabinet Ali Sastroamidjojo I. Kabinet Burhanuddin Harahap tetap
melanjutkan rencana pemilu yang telah dipersiapkan sebelumnya dan tidak
mengubah tanggal pelaksanaannya. Adapun tahap-tahap dalam pelaksanaan pemilu
tahun 1955 adalah sebagai berikut.
1)
Tanggal 29 September 1955
Pada tanggal 29 September 1955,
dilaksanakan pemilu untuk memilih anggota-anggota DPR yang berjumlah 272 orang.
Pemilu ini ternyata dimenangkan oleh empat partai politik, yaitu PNI, Masyumi,
NU, dan PKI. Berikut ini komposisi anggota DPR hasil pemilu tahun 1955.
a)
Masyumi
memperoleh 60 wakil/kursi.
b)
PNI
memperoleh 58 wakil/kursi.
c)
NU
memperoleh 47 wakil/kursi.
d)
PKI
memperoleh 32 wakil/kursi.
e)
Partai-partai
lain hanya memperoleh kursi masing-masing kurang dari 12.
Anggota DPR hasil pemilu dilantik pada
tanggal 20 Maret 1956.
2)
Tanggal 15 Desember 1955
Pada tanggal 15 Desember 1955,
dilaksanakan pemilu untuk memilih anggota dewan konstituante yang akan bertugas
menyusun UUD yang tetap. Anggota dewan konstituante ditetapkan 520 orang.
Anggota dewan ini dilantik pada tanggal 10 November 1956. Berikut ini adalah
komposisi anggota Dewan Konstituante.
a)
PNI
memperoleh 119 kursi.
b)
Masyumi
memperoleh 112 kursi.
c)
NU
memperoleh 91 kursi.
d)
PKI
memperoleh 80 kursi.
e)
Partai
lainnya memperebutkan 118 kursi.
Pelaksanaan pemilu tahun 1955 berjalan
lancar. pemilu ini dianggap sebagai pemilu yang paling demokratis dibandingkan
dengan pemilu-pemilu tahun sesudahnya karena pada pemilu pertama ini, rakyat
benar-benar bebas memilih sesuai pilihannya tanpa adanya tekanan dari pihak
mana pun.
b. Keadaan Politik pada Masa
Demokrasi Terpimpin
Pergantian kabinet dalam waktu singkat
menjadikan keadaan politik menjadi tidak stabil dan membahayakan bagi
kelangsungan pemerintahan Republik Indonesia. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, muncul gagasan melaksanakan model pemerintahan Demokrasi Terpimpin
dengan cara kembali kepada UUD 1945.
Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden
Soekarno mengeluarkan dekrit yang dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Adapun isi dari Dekrit Presiden tersebut adalah dibubarkannya Konstituante,
berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950; dibentuknya MPRS
dan DPAS.
Berlakunya kembali UUD 1945 melalui
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 diterima baik oleh rakyat Indonesia, bahkan DPR
menyatakan diri bersedia untuk bekerja atas dasar UUD 1945. Dengan
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, berakhirlah Demokrasi Liberal dan
digantikan dengan Demokrasi Terpimpin. Demikian pula mulai saat itu, sistem
Kabinet Parlementer ditinggalkan dan diganti menjadi Kabinet Presidensial.
Pemerintahan Demokrasi Terpimpin
bertujuan untuk menata kembali kehidupan politik dan pemerintahan yang tidak
stabil pada masa Demokrasi Liberal berdasarkan UUD 1945. Namun pada
perkembangannya, pada masa Demokrasi Terpimpin, justru terjadi
pelanggaran-pelanggaran terhadap UUD 1945 dan pemerintah cenderung menjadi
sentralistik karena terpusat pada Presiden saja. Kondisi tersebut menjadikan
posisi Presiden sangat kuat dan berkuasa. Bentuk-bentuk pelanggaran terhadap
UUD 1945 pada masa Demokrasi Terpimpin di antaranya adalah sebagai berikut.
1)
Prosedur
pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) karena anggota MPRS
diangkat oleh Presiden, seharusnya dipilih melalui pemilu.
2)
Prosedur
pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS), karena lembaga ini
anggotanya ditunjuk oleh Presiden dan diketuai oleh Presiden. Padahal, tugas
dari DPAS adalah memberi jawaban atas pertanyaan presiden dan memberi usulan
kepada pemerintah.
3)
Prosedur
pembentukan Dewan Permusyawaratan Rakyat Gotong Royong (DPRGR), karena anggota
DPRGR ditunjuk oleh Presiden dan DPR hasil pemilu 1955 justru dibubarkan oleh
Presiden. Padahal, kedudukan DPR dan presiden adalah seimbang. Presiden tidak
dapat membubarkan DPR, sebaliknya DPR tidak dapat memberhentikan Presiden.
4)
Penetapan
Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Seharusnya GBHN disusun dan ditetapkan oleh MPR.
5)
Pengangkatan
presiden seumur hidup.
6)
Penyimpangan
Politik Luar Negeri Bebas Aktif. Penyimpangan ini dilakukan dengan melaksanakan
politik poros, yaitu dengan membentuk Poros Jakarta–Peking (Indonesia dan
China), Poros Jakarta–Phnom Penh–Hanoi–Peking–Pyongyang (Indonesia, Kamboja,
Vietnam Utara, China, dan Korea Utara). Hal ini berarti Indonesia lebih memihak
blok sosialis/komunis. Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara anggota
Gerakan Nonblok. Dengan demikian, politik luar negeri Indonesia menjadi tidak
bebas dan aktif lagi.
Sistem pemerintahan pada masa Demokrasi
Terpimpin memberi peluang PKI untuk memperkuat posisinya di segala bidang.
Setelah posisinya kuat, PKI mengadakan pemberontakan yang dikenal dengan
G30S/PKI. Pemberontakan ini berhasil digagalkan. Namun, sejak gagalnya G30S/PKI
pada tahun 1965 sampai awal tahun 1966, pemerintah tidak segera melaksanakan
penyelesaian politik terhadap tokoh-tokoh G30S/PKI. Hal ini menimbulkan
ketidaksabaran rakyat karena bertentangan dengan rasa keadilan. Pada saat
bersamaan, Indonesia menghadapi situasi ekonomi yang terus memburuk mengakibatkan
harga-harga barang kebutuhan pokok melambung tinggi.
Peristiwa G30S/PKI dan melambungnya
harga-harga barang pokok memicu terjadinya demonstrasi dan kekacauan di
berbagai tempat. Guna memulihkan keamanan negara, Presiden mengeluarkan surat
perintah kepada Letjen Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang dianggap
perlu dalam rangka memulihkan keamanan dan kewibawaan pemerintah. Surat itu
dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
3. Perkembangan
Politik pada Masa Orde Baru
Orde Baru adalah sebutan bagi masa
pemerintahan Presiden Soeharto yang menggantikan Presiden Soekarno di
Indonesia. Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11
Maret 1966 (Supersemar). Masa Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga
tahun 1998. Dalam rentang waktu tersebut, politik di Indonesia mengalami
berbagai perubahan. Agar kamu dapat mengetahui perkembangan politik di
Indonesia pada masa Orde Baru, mari kerjakan aktivitas kelompok berikut ini!
Aktivitas Kelompok
1.
Bentuk
kelompok kecil yang anggotanya terdiri atas 3-4 orang!
2.
Carilah
di internet atau membaca buku di perpustakaan terkait materi tentang
perkembangan politik di Indonesia pada Masa Orde Baru!
3.
Lengkapilah
kolom berikut sesuai dengan materi yang kamu peroleh!
No
|
Aspek
Perkembangan
|
Deskripsi
Perkembangan
|
1
|
Pembubaran PKI dan Organisasi Massanya
|
|
2
|
Penyederhanaan Partai Politik
|
|
3
|
Pemilihan Umum
|
|
4
|
Peran Ganda (Dwi Fungsi) ABRI
|
|
4.
Tulis
hari/tanggal dan identitas (nama, nomor dan kelas)!
5.
Presentasikan
hasil kerja kelompok di depan kelas!
Setelah mengerjakan aktivitas kelompok
di atas, kamu dapat mengetahui keadaan politik Indonesia pada masa Orde Baru
yang meliputi hal-hal berikut ini.
a. Penataan Stabilitas Politik
dengan Membubarkan PKI dan Organisasi Massanya
Berdasarkan Surat Perintah Sebelas
Maret, Letjen Soeharto mengambil beberapa tindakan untuk menjamin keamanan dan
stabilitas pemerintahan. Pada tanggal 12 Maret 1966, ia mengeluarkan surat
keputusan yang berisi pembubaran dan larangan bagi PKI serta ormas-ormas yang
bernaung dan berlindung atau senada dengannya untuk beraktivitas di wilayah
Indonesia. Keputusan ini kemudian diperkuat dengan Keputusan Presiden/Pangti
ABRI/ Mandataris MPRS No.1/3/1966 tanggal 12 Maret 1966.
Pada tanggal 18 Maret 1966, Letjen
Soeharto mengamankan 15 orang menteri yang dinilai terlibat dalam G30S/PKI.
Setelah itu, ia memperbaharui Kabinet Dwikora yang disempurnakan dan
membersihkan lembaga legislatif, termasuk MPRS dan DPRGR dari orang-orang yang
dianggap terlibat G-30-S.
b. Penyederhanaan Partai Politik
Pada masa Orde Baru, pemerintah
melakukan penyederhanaan dan penggabungan (fusi) partai-partai politik menjadi
tiga kekuatan sosial politik. Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak
didasarkan pada kesamaan ideologi, tetapi lebih atas persamaan program. Tiga
kekuatan sosial politik itu adalah sebagai berikut.
1)
Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU, Parmusi, PSII, dan
PERTI
2)
Partai
Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik,
Partai Murba, IPKI, dan Parkindo
3)
Golongan
Karya
Penyederhanaan partai-partai politik ini
dilakukan oleh pemerintah Orde Baru bertujuan untuk menciptakan stabilitas
kehidupan berbangsa dan bernegara.
c. Pemilihan Umum
Selama masa Orde Baru, pemerintah
berhasil melaksanakan enam kali pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1982,
1987, 1992, dan 1997. Dalam setiap Pemilu yang diselenggarakan selama masa
pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memperoleh mayoritas suara dan
memenangkan Pemilu. Pemilu 1997 merupakan pemilu terakhir masa pemerintahan
Orde Baru.
d. Peran Ganda (Dwifungsi) ABRI
Pada masa pemerintahan Orde Baru,
pemerintah memberikan peran ganda kepada ABRI, yaitu peran pertahanan dan
keamanan (Hankam) dan peran dalam mengatur negara. Peran ganda ABRI dikenal
dengan sebutan Dwifungsi ABRI. Dengan peran ganda ini, ABRI diizinkan untuk
memegang jabatan dalam pemerintahan, termasuk walikota, pemerintah provinsi,
duta besar, dan jabatan lainnya. Setelah berakhirnya masa kepemimpinan Orde
Baru, Dwifungsi ABRI mulai dihapuskan.
4. Perkembangan
Politik pada masa Reformasi
Pada tahun 1998, masa pemerintahan Orde
Baru berakhir ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto dari jabatan Presiden
Republik Indonesia. Seiring dengan berakhirnya masa pemerintahan Orde Baru,
bangsa Indonesia memasuki masa kepimpinan yang baru, yaitu masa Reformasi.
Pemerintah pada masa Reformasi telah
berupaya melaksanakan berbagai pembenahan di bidang politik, antara lain
sebagai berikut.
a.
Reformasi
di bidang ideologi negara dan konstitusi.
b.
Pemberdayaan
DPR, MPR, DPRD maksudnya agar lembaga perwakilan rakyat benar-benar
melaksanakan fungsi perwakilannya sebagai aspek kedaulatan rakyat dengan
langkah sebagai berikut.
1)
Anggota
DPR harus benar-benar dipilih dalam pemilu yang jurdil.
2)
Perlu
diadakan perubahan tata tertib DPR yang menghambat kinerja DPR.
3)
Memberdayakan
MPR.
4)
Perlu
pemisahan jabatan ketua MPR DPR.
c.
Reformasi
lembaga kepresidenan dan kabinet meliputi hal-hal berikut. Menghapus kewenangan
khusus presiden yang berbentuk keputusan presiden dan instruksi presiden.
1)
Membatasi
penggunaan hak prerogatif.
2)
Menyusun
kode etik kepresidenan.
d.
Pembaharuan
kehidupan politik, yaitu memberdayakan partai politik untuk menegakkan
kedaulatan rakyat dengan mengembangkan sistem multipartai yang demokratis tanpa
intervensi pemerintah.
e.
Penyelenggaraan
pemilu.
f.
Birokrasi
sipil mengarah pada terciptanya institusi birokrasi yang netral dan profesional
yang tidak memihak.
g.
Militer
dan dwifungsi ABRI dihapuskan secara bertahap sehingga ABRI berkonsentrasi pada
fungsi pertahanan dan keamanan. Pada era Reformasi, posisi ABRI dalam MPR
jumlahnya sudah dikurangi dari 75 orang menjadi 38 orang. ABRI yang semula
terdiri atas empat angkatan yang termasuk Polri, mulai tanggal 5 Mei 1999,
Kepolisian RI memisahkan diri menjadi Kepolisian Negara RI. Istilah ABRI
berubah menjadi TNI, yaitu angkatan darat, laut, dan udara.
h.
Sistem
pemerintah daerah dengan sasaran memberdayakan otonomi daerah dengan asas
desentralisasi.
Pada tahun 2004, Indonesia
menyelenggarakan pemilu pertama yang memungkinkan rakyat untuk memilih presiden
secara langsung dan cara pemilihannya benar-benar berbeda dari pemilu sebelumnya.
Pemilu tahun 2004 dibagi menjadi maksimal tiga tahap dan minimal dua tahap.
Rinciannya adalah sebagai berikut.
a. Tahap pertama: Pemilu
legislatif
Pemilu legislatif adalah Pemilu untuk
memilih partai politik dan anggotanya untuk dicalonkan menjadi anggota DPR,
DPRD, dan DPD. Tahap pertama ini telah dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004.
b. Tahap kedua: Pemilu presiden
putaran pertama
Pemilu presiden putaran pertama untuk
memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden secara langsung. Tahap kedua
ini telah dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2004.
c. Tahap ketiga: Pemilu presiden
putaran kedua
Pemilu presiden putaran kedua adalah
pemilu babak terakhir yang dilaksanakan hanya apabila pada tahap kedua belum
ada pasangan calon presiden yang mendapatkan paling tidak 50% pada putaran
pertama. Tahap ketiga ini telah dilaksanakan pada tanggal 20 September 2004.
Pemilu presiden tahun 2004 diikuti oleh
lima pasang calon presiden, yaitu Wiranto-Solahudin Wahid, Megawati
Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Amien Rais- Siswono Yudohusodo, Soesilo Bambang
Yudhoyono-Jusuf Kalla, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar. Setelah dua putaran
pemilihan presiden, Soesilo Bambang Yudhoyono terpilih menjadi Presiden yang
ke-6 Indonesia dan dilantik pada 20 Oktober 2004.
Pada tahun 2009, pemilu kembali
diselenggarakan. Cara pelaksanaannya sama dengan pemilu tahun 2004. Pemilu
legislatif diikuti oleh 38 partai politik. Pada pemilu legislatif ini, Partai
Demokrat unggul dengan perolehan 20,85% dari total suara. Selanjutnya, pada tanggal
8 Juli 2009, diselenggarakan pemilu presiden yang diikuti oleh tiga pasang
calon presiden, yaitu: Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto, Susilo Bambang
Yudhoyono-Boediono, dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto. Pasangan Susilo Bambang
Yudhoyono- Boediono berhasil menjadi pemenang dalam satu putaran langsung
dengan memperoleh 60,80% dari total suara.
C. Perkembangan Ekonomi
Sejak Proklamasi Kemerdekaan,
perekonomian Indonesia terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Mulai
dari masa awal Kemerdekaan, Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin, Orde Baru,
sampai masa Reformasi. Dalam rentang waktu tersebut, berbagai upaya telah
dilakukan hingga perekonomian Indonesia dapat berkembang ke arah yang lebih
baik. Supaya kamu dapat mengetahui perkembangan ekonomi Indonesia dari awal
Kemerdekaan hingga masa Reformasi, pelajarilah uraian berikut ini.
1. Perkembangan
Ekonomi pada Awal Kemerdekaan
Pada awal Kemerdekaan, keadaan ekonomi
bangsa Indonesia masih belum stabil. Hal ini disebabkan oleh masalah-masalah
ekonomi yang terjadi saat itu. Misalnya, inflasi yang terlalu tinggi
(hiperinflasi) dan blokade laut yang dilakukan Belanda. Bagaimana pengaruh
masalah-masalah tersebut terhadap keadaan ekonomi Indonesia? Apa
langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk menghadapi permasalahan
tersebut? Mari menemukan jawaban melalui kegiatan kelompok ini!
Aktivitas Kelompok
1.
Bentuklah
kelompok kecil dengan anggota 3–4 orang!
2.
Carilah
di internet atau membaca buku di perpustakaan terkait materi perkembangan
ekonomi Indonesia pada awal kemerdekaan!
3.
Lengkapilah
tabel berikut sesuai dengan materi yang kamu peroleh!
Permasalahan
|
Pengaruh
|
Upaya
Mengatasi Permasalahan
|
Hiper-inflasi
|
|
|
Blokade Laut
|
|
|
4.
Presentasikan
hasil kerja kelompokmu di depan kelas.
Setelah mengerjakan aktivitas kelompok
di atas, kamu dapat mengetahui beberapa masalah ekonomi yang memengaruhi
keadaan ekonomi Indonesia pada awal Kemerdekaan beserta upaya-upaya
mengatasinya. Untuk menambah wawasan tentang perkembangan ekonomi Indonesia pada
awal Kemerdekaan, kamu dapat membaca uraian berikut.
a. Permasalahan Inflasi
Beberapa bulan setelah Proklamasi
Kemerdekaan, bangsa Indonesia mengalami inflasi yang terlalu tinggi
(hiperinflasi). Inflasi terjadi karena mata uang Jepang beredar secara tak
terkendali. Pada saat itu, pemerintah tidak dapat menyatakan mata uang Jepang
tidak berlaku karena belum memiliki mata uang sendiri sebagai penggantinya. Kas
Negara pun kosong, pajak dan bea masuk sangat kecil. Untuk mengatasi masalah
ini, pemerintah mengambil kebijakan berlakunya mata uang De Javasche Bank, mata
uang pemerintah Hindia Belanda dan mata uang pendudukan Jepang.
a. Blokade Laut
Blokade laut yang dilakukan oleh Belanda
dimulai pada bulan November 1945. Blokade ini menutup pintu keluar-masuk
perdagangan Indonesia. Akibatnya, barang-barang dagangan milik Indonesia tidak
dapat diekspor, dan Indonesia tidak dapat memperoleh barang-barang impor yang
sangat dibutuhkan. Tujuan Belanda melakukan blokade ini adalah untuk
meruntuhkan perekonomian Indonesia.
Dalam rangka menghadapi blokade laut
ini, pemerintah melakukan berbagai upaya, di antaranya sebagai berikut.
1)
Melaksanakan Program Pinjaman Nasional
Program pinjaman nasional dilaksanakan
oleh Menteri Keuangan Ir. Surachman dengan persetujuan dari Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP). Pinjaman yang direncanakan sebanyak
1 miliar rupiah dan dibagi atas dua tahap. Pinjaman akan dibayar kembali
selambat-lambatnya dalam waktu 40 tahun.
Pada bulan Juli 1946, seluruh penduduk
Jawa dan Madura diharuskan menyetorkan sejumlah uang kepada Bank Tabungan Pos
dan rumah-rumah pegadaian. Pelaksanaan pinjaman ini dinilai sukses. Kesuksesan
merupakan bukti dukungan rakyat terhadap negara. Tanpa dukungan dan kesadaran
rakyat yang tinggi, dapat dipastikan negara akan mengalami kebangkrutan.
2)
Melakukan Diplomasi ke India
Pada tahun 1946, Indonesia membantu
pemerintah India yang tengah menghadapi bahaya kelaparan dengan mengirimkan
beras seberat 500.000 ton. Sebagai imbalannya, pemerintah India menjanjikan
akan mengirimkan bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia.
Selain bersifat ekonomis, pengiriman bantuan ke India juga bersifat politis
karena India merupakan negara Asia yang paling aktif mendukung perjuangan
diplomatik dalam rangka solidaritas negara-negara Asia.
3)
Mengadakan Hubungan Dagang Langsung ke Luar Negeri
Usaha mengadakan hubungan dagang ke luar
negeri itu dirintis oleh Banking and Tranding Coperation (BTC), suatu
badan perdagangan semi-pemerintah. BTC berhasil mengadakan kontak dengan
perusahaan swasta Amerika Serikat. Dalam transaksi pertama, pihak Amerika
Serikat bersedia membeli barang-barang ekspor seperti gula, teh, dan karet.
Usaha lain untuk mengadakan hubungan
dagang langsung ke luar negeri juga dilakukan melalui Sumatra. Tujuan utamanya
adalah Singapura dan Malaya. Usaha ini dilakukan dengan perahu layar dan kapal
motor cepat. Pelaksanaan penembusan blokade dilakukan oleh angkatan laut
Republik Indonesia dengan bantuan dari pemerintah daerah penghasil
barang-barang ekspor. Melalui upaya ini, Indonesia berhasil menjual
barang-barang ekspor dan memperoleh barang-barang impor yang dibutuhkan.
2. Perkembangan
Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin
Pada masa Demokrasi Liberal dan
Demokrasi Terpimpin, perekenomian Indonesia masih menghadapi berbagai masalah
ekonomi, seperti beban ekonomi dan keuangan yang harus ditanggung oleh
Indonesia sebagaimana yang disepakati dalam Konferensi Meja Bundar (KMB),
defisit keuangan, serta upaya mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi
ekonomi nasional yang tersendat-sendat. Bagaimanakah perkembangan ekonomi
Indonesia pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin? Agar kamu
mengetahuinya, mari kerjakan aktivitas berikut ini!
Aktivitas Kelompok
1.
Bentuklah
kelompok kecil dengan anggota 3–4 orang!
2.
Carilah
di internet atau membaca buku di perpustakaan terkait materi perkembangan
ekonomi Indonesia pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin!
3.
Lengkapilah
tabel berikut sesuai dengan materi yang kamu peroleh!
No
|
Permasalahan
|
Upaya
Mengatasi Permasalahan
|
1
|
Beban Ekonomi dan Keuangan Sesuai
Kesepakatan KMB
|
|
2
|
Defisit Keuangan
|
|
3
|
Upaya Mengubah Struktur Ekonomi
Kolonial Menjadi Ekonomi Nasional Yang Tersendat
|
|
4.
Presentasikan
hasil kerja kelompokmu di depan kelas.
Setelah mengerjakan kegiatan di atas,
kamu dapat mengetahui bahwa pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi
Terpimpin, perekonomian Indonesia tengah menghadapi berbagai permasalahan, di
antaranya adalah beban ekonomi dan keuangan sesuai kesepakatan Konferensi Meja
Bundar (KMB). Beban tersebut berupa utang luar negeri dan utang dalam negeri.
Tanggungan beban ekonomi dan keuangan
sesuai kesepakatan KMB membuat defisit keuangan bertambah hingga mencapai 5,1
miliar rupiah. Defisit tersebut dapat dikurangi dengan pinjaman pemerintah.
Jumlah yang didapat dari pinjaman wajib sebesar 1,6 miliar rupiah. Kemudian,
Indonesia mendapat kredit dari Uni Indonesia-Belanda sebesar 200 juta rupiah.
Selanjutnya, Indonesia juga mendapatkan kredit dari Exim Bank of Washington sejumlah
100 juta dolar AS yang sebagian digunakan untuk pembangunan prasarana ekonomi
seperti proyek-proyek pengangkutan automotif, pembangunan jalan,
telekomunikasi, kereta api, dan perhubungan udara.
Dalam rangka memperbaiki keadaan
ekonomi, pemerintah berupaya mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi ekonomi
nasional. Caranya dengan memberi bantuan kredit kepada pengusaha-pengusaha
pribumi agar usahanya dapat berkembang maju dan perubahan struktur ekonomi akan
tercapai. Namun pada kenyataannya, bantuan kredit ini tidak efektif sehingga
program pemerintah tidak berhasil dan justru menjadi salah satu sumber defisit.
Masalah perekonomian yang muncul ini pun
akhirnya menimbulkan berbagai upaya untuk mengatasinya. Upaya-upaya tersebut
antara lain adalah sebagai berikut.
a. Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah pemotongan nilai
uang (sanering). Caranya memotong semua uang yang bernilai Rp2,50 ke
atas hingga nilainya tinggal setengahnya. Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri
Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa pemerintahan RIS. Tindakan ini
dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 untuk menanggulangi defisit anggaran.
Melalui kebijakan ini, jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.
b. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
Sistem Ekonomi Gerakan Benteng merupakan
usaha pemerintah untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur
ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia). Sistem Ekonomi Gerakan
Benteng memiliki tujuan antara lain sebagai berikut.
1.
Menumbuhkan
kelas pengusaha di kalangan bangsa Indonesia. Para pengusaha Indonesia yang
bermodal lemah diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi
nasional.
2.
Para
pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan
kredit.
3.
Para
pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.
Gerakan Benteng dimulai pada bulan April
1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa
Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi, tujuan program ini
tidak dapat tercapai dengan baik dan mengakibatkan beban keuangan pemerintah
makin besar. Kegagalan Gerakan Banteng disebabkan oleh hal-hal berikut.
1)
Para
pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha nonpribumi dalam
kerangka sistem ekonomi liberal.
2)
Para
pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
3)
Para
pengusaha pribumi sangat bergantung pada pemerintah.
4)
Para
pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
5)
Para
pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup
mewah.
6)
Para
pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat dari
kredit yang mereka peroleh.
c. Nasionalisasi De Javasche Bank
Pada akhir tahun 1951, pemerintah
Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia.
Awalnya, terdapat peraturan bahwa mengenai pemberian kredit harus
dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini menghambat pemerintah dalam
menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter. Tujuan nasionalisasi De Javasche
Bank adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta
melakukan penghematan.
d. Sistem Ekonomi Ali-Baba
Pada pemerintahan Kabinet Ali
Sastroamidjojo I (Agustus 1954-Agustus 1955), Menteri Perekonomian Mr. Iskaq
Tjokroadisurjo memprakarsai sistem ekonomi yang dikenal dengan nama Sistem
Ali-Baba. Sistem ini merupakan bentuk kerja sama ekonomi antara pengusaha
pribumi yang diidentikkan dengan Ali dan pengusaha nonpribumi (khususnya China)
yang diidentikkan dengan Baba. Sistem ekonomi ini bertujuan mendorong tumbuh
dan berkembangnya pengusaha-pengusaha swasta nasional pribumi.
Dalam pelaksanaannya, sistem ekonomi
Ali-Baba tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Hal ini disebabkan para
pengusaha nonpribumi lebih berpengalaman daripada pengusaha pribumi. Akibatnya,
para pengusaha pribumi hanya dijadikan sebagai alat bagi para pengusaha
nonpribumi untuk mendapatkan kredit dari pemerintah.
e. Devaluasi Mata Uang Rupiah
Dalam usaha memperbaiki kondisi ekonomi,
pada tanggal 24 Agustus 1959, pemerintah mendevaluasi mata uang Rp1.000 dan
Rp500 menjadi Rp100 dan Rp50. Pemerintah juga melakukan pembekuan terhadap
semua simpanan di bank-bank yang melebihi jumlah Rp25.000.
Tujuan kebijakan devaluasi ini adalah
untuk meningkatkan nilai rupiah dan rakyat kecil tidak dirugikan. Namun,
kebijakan pemerintah ini ternyata tidak dapat mengatasi kemunduran ekonomi
secara keseluruhan.
f. Mengeluarkan Deklarasi Ekonomi
Deklarasi Ekonomi (Dekon) dikeluarkan
pada tanggal 26 Mei 1963. Pemerintah menganggap bahwa untuk menanggulangi
kesulitan ekonomi, satu-satunya jalan adalah dengan sistem Ekonomi Terpimpin.
Namun, dalam pelaksanaan Ekonomi Terpimpin, pemerintah lebih menonjolkan unsur
terpimpinnya daripada unsur ekonomi efisien. Sektor ekonomi ditangani langsung
oleh Presiden. Akibatnya, kegiatan ekonomi sangat bergantung pada pemerintah
pusat dan kegiatan ekonomi pun mengalami penurunan.
Meski berbagai upaya perbaikan ekonomi
telah dilakukan, pendapatan perintah tetap menurun karena saat itu Indonesia
tidak memiliki ekspor kecuali hasil perkebunan. Selain itu, adanya
pemberontakan dan gerakan separatis di berbagai daerah di Indonesia dan tidak
stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah
untuk operasi-operasi keamanan makin meningkat.
3. Perkembangan
Ekonomi pada Masa Orde Baru
Pada masa Orde Baru, program ekonomi
pemerintah lebih banyak tertuju kepada kepada upaya penyelamatan ekonomi
nasional terutama upaya mengatasi inflasi, penyelamatan keuangan negara, dan
pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Dalam melaksanakan program ekonomi,
pemerintah menetapkan kebijakan ekonomi jangka pendek dan jangka panjang.
Program tersebut dapat terlaksana dan berhasil menjadikan ekonomi Indonesia
berkembang pesat. Bagaimanakah perkembangan ekonomi Indonesia pada masa Orde
Baru? Mari mencari jawaban dengan mengerjakan kegiatan berikut!
Aktivitas Kelompok
1.
Bentuk
kelompok kecil yang anggotanya terdiri atas 3-4 orang!
2.
Carilah
di internet atau membaca buku di perpustakaan terkait materi tentang
perkembangan ekonomi Indonesia pada Masa Orde Baru!
3.
Lengkapilah
kolom berikut sesuai dengan materi yang kamu peroleh!
No
|
Program
Ekonomi
|
Hasil
|
1
|
Program Jangka Pendek
|
|
2
|
Program Jangka Panjang
|
|
4.
Tulis
hari/tanggal dan identitas (nama, nomor dan kelas)!
5.
Presentasikan
hasil kerja kelompok di depan kelas!
Setelah mengerjakan aktivitas kelompok
di atas, kamu dapat mengetahui upaya pemerintah memperbaiki keadaan ekonomi
pada masa Orde Baru. Untuk menambah pengetahuan tentang perkembangan ekonomi
Indonesia pada saat itu, kamu dapat membaca uraian berikut.
a. Program Jangka Pendek
Program jangka pendek dalam rangka
penyelamatan ekonomi nasional diwujudkan dengan stabilisasi dan rehabilitasi
ekonomi. Pada awal tahun 1966, tingkat inflasi mencapai 650%. Maka, pemerintah
tidak dapat melakukan pembangunan dengan segera, tetapi harus melakukan
stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi terlebih dahulu. Stabilisasi yang dimaksud
adalah pengendalian inflasi supaya harga-harga tidak melonjak terus secara
cepat. Rehabilitasi yang dimaksud adalah rehabilitasi fisik terhadap
prasarana-prasarana dan alat-alat produksi yang banyak mengalami kerusakan.
Stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi
yang dilakukan membuahkan hasil yang cukup baik. Tingkat inflasi yang semula
mencapai 650% berhasil ditekan menjadi 120% pada tahun 1967. Keadaan ekonomi
Indonesia terus membaik, hingga pada tahun 1969, pemerintah siap melaksanakan
program jangka panjang.
b. Program Jangka Panjang
Program jangka panjang yang dilaksanakan
oleh pemerintah Orde Baru diwujudkan dengan pelaksanaan rencana pembangunan
jangka panjang (25 tahun). Pembangunan jangka panjang dilakukan secara periodik
lima tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan Lima Tahun).
1)
Pelita I (1 April 1969-1 Maret 1974)
Sasaran yang hendak dicapai adalah
pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan
kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita I lebih menitikberatkan pada sektor
pertanian.
Pelaksanaan Pelita I telah membuahkan
hasil yang cukup menggembirakan, antara lain produksi beras telah meningkat
dari 11,32 juta ton menjadi 14 juta ton; pertumbuhan ekonomi dari rata-rata 3%
menjadi 6,7% per tahun; pendapatan rata-rata penduduk (pendapatan per kapita)
dari 80 dolar Amerika dapat ditingkatkan menjadi 170 dolar Amerika. Tingkat
inflasi dapat ditekan menjadi 47,8% pada akhir Pelita I (1973/1974).
2)
Pelita II (1 April 1974 - 31 Maret 1979)
Sasaran yang hendak dicapai pada masa
ini adalah pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana, menyejahterakan
rakyat, dan memperluas lapangan kerja. Pelita II berhasil meningkatkan
pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% setahun. Tingkat inflasi berhasil
ditekan hingga 9,5%. Pada sektor pertanian, telah dilakukan perbaikan dan
pembangunan jaringan irigasi baru.
3)
Pelita III (1 April 1979-31 Maret 1984)
Pelita III lebih menekankan pada Trilogi
Pembangunan yang bertujuan terciptanya masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah
pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah Trilogi
Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman
tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana
politik dan ekonomi yang stabil.
Pelita III ini menitikberatkan pada
sektor pertanian menuju swasembada pangan, serta meningkatkan industri yang
mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Produksi beras diperkirakan mencapai
20,6 juta ton pada tahun 1983.
Wawasan
Trilogi Pembangunan dan Delapan
Jalur Pemerataan
Trilogi pembangunan terdiri dari:
1.
Stabilitas
nasional yang dinamis
2.
Pertumbuhan
ekonomi tinggi, dan
3.
Pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya
Delapan Jalur Pemerataan:
1.
Pemerataan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, khususnya pangan, sandang, dan papan
(perumahan)
2.
Pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan keselamatan
3.
Pemerataan
pembagian pendapatan
4.
Pemerataan
kesempatan kerja
5.
Pemerataan
kesempatan berusaha
6.
Pemerataan
kesempatan berpartisipasi dalam pembagunan khususnya bagi generasi muda dan
kaum wanita
7.
Pemerataan
penyebaran pembangunan di wilayah tanah air
8.
Pemerataan
kesempatan memperoleh keadilan
4)
Pelita IV (1 April 1984 – 31 Maret 1989)
Pelita IV menitikberatkan pada sektor
pertanian untuk melanjutkan usaha menuju swasembada pangan, serta meningkatkan
industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri
berat maupun industri ringan. Hasil yang dicapai pada Pelita IV di antaranya
adalah swasembada pangan dengan produksi beras mencapai 25,8 juta ton pada
tahun 1984. Kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan
dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985.
5)
Pelita V (1 April 1989 - 31 Maret 1994)
Pelita V menitikberatkan pada sektor
pertanian dan industri untuk menetapkan swasembada pangan dan meningkatkan
produksi hasil pertanian lainnya; dan sektor industri khususnya industri yang
menghasilkan barang ekspor, industri yang banyak menyerap tenaga kerja, industri
pengolahan hasil pertanian, serta industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin
industri. Pelita V adalah periode terakhir dari pembangunan jangka panjang
tahap pertama. Lalu, dilanjutkan pembangunan jangka panjang tahap kedua.
6)
Pelita VI
Pelita VI merupakan awal pembangunan
jangka panjang tahap kedua. Pelita VI lebih menitikberatkan pada sektor
ekonomi, industri, pertanian, serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia sebagai pendukungnya. Direncanakan, Pelita VI dilaksanakan mulai
tanggal 1 April 1994 dan berakhir pada tanggal 31 Maret 1999. Namun, pada tahun
1997 Indonesia dilanda krisis keuangan yang berlanjut menjadi krisis ekonomi
dan akhirnya menjadi krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Akibatnya, Pelita
VI tidak bisa dilanjutkan sesuai dengan yang direncanakan.
4.
Perkembangan Ekonomi pada Masa Reformasi
Pada tahun 1997, Indonesia dilanda
krisis keuangan dan terus berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. Nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika melemah dari Rp2.500,00 pada tahun 1997 menjadi
Rp15.000,00 pada bulan Juni 1998. Melemahnya nilai tukar rupiah memicu
terjadinya krisis ekonomi. Banyak perusahaan dalam negeri yang melakukan
pinjaman luar negeri dalam dolar Amerika kesulitan membayar pinjaman karena
nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika lemah. Angka pemutusan kerja
meningkat disebabkan banyak perusahaan yang melakukan penghematan atau
menghentikan kegiatan usaha (bangkrut). Angka kemiskinan bertambah, harga-harga
kebutuhan pokok naik tidak terkendali, dan biaya hidup makin tinggi.
Bagaimanakah perkembangan ekonomi
Indonesia pada masa Reformasi? Apa upaya yang dilakukan pemerintah pada masa
Reformasi untuk mengatasi krisis ekonomi? Untuk mengetahuinya, mari mengerjakan
kegiatan berikut!
Aktivitas Kelompok
1.
Bentuk
kelompok yang anggotanya terdiri atas 3-4 orang!
2.
Carilah
di internet atau membaca buku di perpustakaan terkait materi tentang
perkembangan ekonomi Indonesia pada masa Reformasi!
3.
Lengkapilah
kolom berikut sesuai dengan materi yang kamu peroleh!
No
|
Periode
Kepemimpinan
|
Kondisi
Ekonomi
|
Kebijakan
Mengatasi Krisis Ekonomi
|
1
|
BJ. Habibie
|
|
|
2
|
KH. Abdurrahman Wahid
|
|
|
3
|
Megawati Soekarnoputri
|
|
|
4
|
Soesilo Bambang Yudhoyono
|
|
|
4.
Tulis
hari/tanggal dan identitas (nama, nomor dan kelas)!
5.
Presentasikan
hasil kerja kelompok di depan kelas!
Setelah mengerjakan kegiatan di atas,
kamu dapat mengetahui bahwa pada masa Reformasi, negara kita tengah menghadapi
krisis ekonomi. Upaya mengatasi krisis ekonomi terus dilakukan pada beberapa
periode kepemimpinan era Reformasi.
a. Masa Pemerintahan Presiden
B.J. Habibie
Pada masa ini, proses pemulihan ekonomi
dilaksanakan dengan langkah-langkah antara lain sebagai berikut.
1)
Menjalin
kerja sama dengan International Moneter Fund-IMF (Dana Moneter Internasional)
untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi.
2)
Menerapkan
independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.
3)
Melikuidasi
beberapa bank yang bermasalah.
4)
Menaikkan
nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika hingga di bawah Rp10.000,00.
5)
Membentuk
lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri.
Upaya-upaya menyelesaikan krisis
keuangan dan perbaikan ekonomi yang dilakukan berhasil menaikkan nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika, yaitu Rp6.500,00 per dolar Amerika pada akhir
masa jabatan Habibie. Namun, hal tersebut belum mampu mengatasi krisis ekonomi.
b. Masa Pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid
Pada masa ini, kondisi ekonomi Indonesia
mulai menunjukkan adanya perbaikan dan kondisi keuangan sudah mulai stabil.
Namun,keadaan kembali merosot. Pada bulan April 2001, nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika melemah hingga mencapai Rp12.000,00. Melemahnya nilai
tukar rupiah tersebut berdampak negatif terhadap perekonomian nasional dan
menghambat usaha pemulihan ekonomi.
c. Masa Pemerintahan Presiden
Megawati Soekarnoputri
Pada masa ini, nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika berhasil distabilkan. Namun, pertumbuhan ekonomi masih
tergolong rendah yang disebabkan kurang menariknya perekonomian Indonesia bagi investor
dan karena tingginya suku bunga deposito. Adapun kebijakan-kebijakan yang
ditempuh untuk mengatasi permasalahan ekonomi antara lain sebagai berikut.
1)
Meminta
penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 miliar.
2)
Mengalokasikan
pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
3)
Kebijakan
privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Wawasan
Privatisasi BUMN
Privatisasi adalah menjual perusahaan
negara di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari
intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil
penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1%.
Namun, kebijakan ini memicu banyak kontroversi karena BUMN yang diprivatisasi
dijual ke perusahaan asing.
d. Masa Pemerintahan Presiden
Soesilo Bambang Yudhoyono
Perekonomian Indonesia mengalami
perkembangan yang cukup baik pada masa kepemimpinan Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono. Hal ini terlihat dari rata-rata pertumbuhan ekonomi yang berkisar
pada 5% sampai 6% per tahun serta kemampuan ekonomi Indonesia yang bertahan
dari pengaruh krisis ekonomi dan finansial yang terjadi di zona Eropa sepanjang
tahun 2008 hingga 2009. Dalam menyelenggarakan perekonomian negara, pemerintah
menerapkan beberapa kebijakan antara lain sebagai berikut.
1)
Mengurangi Subsidi Bahan Bakar Minyak
Melonjaknya harga minyak dunia
menimbulkan kekhawatiran akan membebani Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara
(APBN). Oleh karena itu, ditetapkanlah kebijakan pengurangan subsidi BBM agar
tidak membebani APBN. Anggaran subsidi BBM kemudian dialihkan ke subsidi sektor
pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Kebijakan pengurangan subsidi BBM berakibat pada
kenaikan harga BBM.
2)
Pemberian Bantuan Langsung Tunai
Program BLT diselenggarakan sebagai
respons kenaikan BBM. Program ini bertujuan untuk membantu masyarakat miskin
agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan mencegah penurunan taraf
kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi.
3)
Pengurangan Utang Luar Negeri
Dalam rangka mengurangi utang luar
negeri, pada tahan 2006, pemerintah Indonesia melunasi sisa utang ke IMF
sebesar 3,1 miliar dolar Amerika. Dengan pelunasan utang ini, Indonesia sudah
tidak lagi berkewajiban mengikuti syarat-syarat IMF yang dapat memengaruhi
kebijakan ekonomi nasional.
D. Perkembangan Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting bagi
kelangsungan hidup suatu bangsa karena tidak ada satu bangsa pun yang mampu
mencapai kemajuan tanpa meletakkan pendidikan sebagai dasar utama pembangunan.
Setiap bangsa yang ingin mencapai kemajuan perlu mempersiapkan sumber daya
manusia terlebih dahulu. Sejak awal Kemerdekaan, pendidikan di Indonesia terus
mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik karena pada setiap periode
pemerintahan, bidang pendidikan selalu mendapat perhatian dari pemerintah.
Bagaimanakah perkembangan pendidikan di Indonesia sejak awal Kemerdekaan hingga
masa Reformasi? Untuk mengetahui perkembangan pendidikan di Indonesia pada
masa-masa tersebut, pelajarilah uraian berikut ini!
1. Perkembangan
Pendidikan pada Awal Kemerdekaan
Pada zaman penjajahan, kesempatan
memperolah pendidikan bagi anak-anak Indonesia sangat terbatas. Dari sejumlah
anak-anak usia sekolah, hanya sebagian kecil saja yang sempat menikmati
sekolah. Akibatnya, sebagian besar penduduk Indonesia masih buta huruf. Oleh
karena itu, segera setelah Proklamasi Kemerdekaan, pemerintah mengangkat Ki
Hajar Dewantara sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan
K). Ki Hajar Dewantara menjabat jabatan ini hanya selama 3 bulan. Kemudian,
jabatan Menteri PP dan K dijabat oleh Mr. T.S.G. Mulia yang hanya menjabat
selama 5 bulan. Selanjutnya, jabatan Menteri PP dan K dijabat oleh Mohammad
Syafei. Kemudian, ia digantikan oleh Mr. Suwandi.
Pada masa jabatan Mr. Suwandi, dibentuk
Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia yang bertugas untuk meneliti
dan merumuskan masalah pengajaran setelah Kemerdekaan. Setelah menyelesaikan
tugasnya, panitia ini menyampaikan saran-saran kepada pemerintah. Kemudian,
disusunlah dasar struktur dan sistem pendidikan di Indonesia. Tujuan umum
pendidikan di Indonesia merdeka adalah mendidik anak-anak menjadi warga negara
yang berguna, yang diharapkan kelak dapat memberikan pengetahuannya kepada negara.
Dengan kata lain, tujuan pendidikan pada masa itu lebih menekankan pada
penanaman semangat patriotisme.
Pendidikan pada awal Kemerdekaan terbagi
atas 4 tingkatan, yaitu: pendidikan rendah, pendidikan menengah pertama,
pendidikan menengah atas, dan pendidikan tinggi. Pada akhir tahun 1949,
tercatat sejumlah 24.775 buah sekolah rendah di seluruh Indonesia. Untuk
pendidikan tinggi, sudah ada sekolah tinggi dan akademi di beberapa kota
seperti Jakarta, Klaten, Solo dan Yogyakarta. Selain itu, ada pula universitas
seperti Universitas Gajah Mada.
2. Perkembangan
Pendidikan pada Masa Demokrasi Liberal
Pada tahun 1950, diadakan pengalihan
masalah pendidikan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah RIS (Republik
Indonesia Serikat). Kemudian, disusunlah suatu konsepsi pendidikan yang
dititikberatkan kepada spesialisasi sebab menurut Menteri Pendidikan pada saat
itu, bangsa Indonesia sangat tertinggal dalam pengetahuan teknik yang sangat
dibutuhkan oleh dunia modern. Menurut garis besar konsepsi tersebut, pendidikan
umum dan pendidikan teknik dilaksanakan dengan perbandingan 3 banding 1.
Maksudnya, setiap ada 3 sekolah umum, diadakan 1 sekolah teknik. Setiap lulusan
sekolah dasar diperbolehkan melanjutkan ke sekolah teknik menengah (3 tahun),
kemudian melanjutkan ke sekolah teknik atas (3 tahun). Setelah lulus sekolah
teknik menengah dan sekolah teknik atas, diharapkan siswa dapat mengerjakan
suatu bidang tertentu.
Selain itu, karena Indonesia merupakan
negara kepulauan, di beberapa kota seperti Surabaya, Makassar, Ambon, Manado,
Padang, dan Palembang diadakan Akademi Pelayaran, Akademi Oseanografi, dan
Akademi Research Laut. Tenaga pengajarnya didatangkan dari luar negeri seperti
Inggris, Amerika Serikat, dan Prancis.
Pada masa Demokrasi Liberal, didirikan
beberapa universitas baru di antaranya adalah Universitas Hasanuddin di
Makassar, Universitas Andalas di Padang, Universitas Padjajaran di Bandung, dan
Universitas Sumatra Utara di Medan.
3. Perkembangan
Pendidikan pada Masa Demokrasi Terpimpin
Pada tahun 1950-an, murid-murid sekolah
lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas jumlahnya banyak
sekali dan semuanya mengharapkan menjadi mahasiswa. Murid-murid ini adalah
hasil pertama dari sistem pendidikan setelah Kemerdekaan. Supaya mereka dapat
melanjutkan pendidikan, pemerintah menetapkan kebijakan untuk mendirikan
universitas baru di setiap ibu kota provinsi dan menambah jumlah fakultas di
universitas-universitas yang sudah ada.
Selain itu, didirikan Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) untuk murid-murid lulusan pesantren yang beragama Islam.
Adapun untuk murid-murid yang beragama Kristen Protestan dan Katholik didirikan
sekolah Tinggi Theologia dan seminari-seminari. Selanjutnya, didirikan pula
perguruan tinggi-perguruan tinggi Islam, Kristen dan Katholik, seperti
Universitas Islam Indonesia, Universitas Kristen Indonesia serta Universitas
Katholik Atmajaya. Tercatat pada tahun 1961 telah berdiri sebanyak 181 buah
perguruan tinggi.
4. Perkembangan
Pendidikan pada Masa Orde Baru
Pokok-pokok penting kebijakan pada
bidang pendidikan di masa Orde Baru di antaranya diarahkan untuk menciptakan
kesempatan belajar yang lebih luas dan diimbangi dengan peningkatan mutu
pendidikan. Khususnya pendidikan tinggi diarahkan pada sasaran pembinaan
mahasiswa yang mampu menjawab tantangan modernisasi. Oleh karena itu,
dikembangkanlah sistem pendidikan yang berhubungan dengan pengembangan
kesempatan dan kualifikasi bagi jenis-jenis lapangan kerja yang diperlukan oleh
pembangunan nasional.
Pada masa Orde Baru, dimunculkan sebuah
konsepsi pendidikan yang dikenal dengan sekolah pembangunan. Kosepsi ini
diajukan oleh Mashuri S.H selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayan (P & K).
Dalam konsepsi sekolah pembangunan, para siswa dikenalkan kepada jenis-jenis dan
lapangan serta lingkungan kerja. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat melihat
kemungkinan untuk memberikan jasa melalui karyanya. Anak-anak didik tidak hanya
diberi pelajaran teori, tetapi juga diperkenalkan kepada sejumlah pekerjaan
yang kira-kira dapat mereka lakukan. Dengan cara itu, mereka akan dapat
menyalurkan bakatnya masing-masing sekaligus dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan kerja yang akan mereka hadapi.
Adapun untuk memberikan kesempatan
belajar yang lebih luas, pemerintah melaksanakan Instruksi Presiden (Inpres)
Pendidikan Dasar. Adanya Instruksi Presiden ini membuat jumlah sekolah dasar
meningkat pesat. Tercatat pada periode 1993/1994 hampir 150.000 unit SD Inpres
telah dibangun. Selain melaksanakan Inpres Pendidikan Dasar, pemerintah juga
melaksanakan program Pemberantasan Buta Huruf yang dimulai pada tanggal 16
Agustus 1978, Program Wajib Belajar yang dimulai pada tanggal 2 Mei 1984, dan
program Gerakan Orang Tua Asuh (GNOTA).
5. Perkembangan
Pendidikan pada Masa Reformasi
Pemerintah pada masa Reformasi
menjalankan amanat UUD 1945 dengan memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan belanja negara (APBN). Selain
itu, pemerintah juga memberikan ruang yang cukup luas bagi perumusan
kebijakan-kebijakan pendidikan baru yang bersifat reformatif dan revolusioner.
Hal ini dapat dilihat dari ditetapkannya UU No 22 Tahun 1999 yang mengubah
sistem pendidikan Indonesia menjadi sektor pembangunan yang
didesentralisasikan, dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menggantikan UU No 2 Tahun 1989 yang mendefenisikan ulang pengertian
pendidikan menjadi usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pemerintah pada masa Reformasi juga
melakukan beberapa kali perubahan kurikulum. Perubahan-perubahan tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK)
Pada pelaksanaan kurikulum ini, siswa
dituntut untuk aktif untuk memperoleh informasi. Guru bertugas sebagai
fasilitator untuk memperoleh informasi. KBK berupaya untuk menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal,
berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
b. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
Secara umum, KTSP tidak jauh berbeda
dengan KBK, namun perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam
penyusunannya, yaitu mengacu pada desentralisasi sistem pendidikan. Pemerintah
pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah
dalam hal ini guru, dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan
penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya.
c. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 menekankan pada
kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan, serta menekankan pada
keaktifan siswa untuk mendapatkan pengalaman personal melalui observasi
(pengamatan), bertanya, menalar, menyimpulkan, dan mengomunikasikan informasi
dalam kegiatan pembelajaran.
E. Perkembangan Budaya
Perkembangan budaya sebenarnya sudah
terjadi sejak Indonesia belum merdeka. Banyak seniman yang melakukan perjuangan
dengan menggunakan karya seninya, seperti lukisan, puisi, prosa. Misalnya,
Raden Saleh melakukan kritik terhadap penjajah Belanda dengan menggunakan media
seni lukis. Lukisan yang dibuat oleh Raden Saleh menggambarkan suatu
penderitaan rakyat Indonesia dan juga kekejaman dari penjajah Belanda.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan,
perkembangan budaya yang menonjol adalah seni sastra dan lukis. Banyak
sastrawan yang muncul saat itu, seperti Ismail Marzuki, C. Simanjuntak, Chairil
Anwar, dan Idrus. Adapun seniman lukis yang muncul adalah Basuki Abdullah,
Affandi, dan Usman Ismail. Mereka muncul dengan karya-karya yang menggambarkan
kemerdekaan Indonesia serta kejayaan bangsa Indonesia di masa depan.
Memasuki masa Orde Baru, pengembangan
budaya dan seni diarahkan kepada usaha-usaha yang dapat memperkuat kepribadian
sosial, kebanggaan, serta kesatuan nasional. Untuk itu, dilakukan peningkatan
pembinaan dan pengembangan seni secara luas yang melalui sekolah, kursus seni,
organisasi seni, dan wadah-wadah kegiatan seni lainnya di masyarakat.
Selain itu, dilakukan pula usaha
pengamanan seni yang bertujuan menjamin dan meneruskan warisan budaya dan seni.
Usaha itu antara lain mencakup usaha inventarisasi, dokumentasi, dan penelitian
warisan budaya nasional, pembinaan dan pemeliharaan peninggalan-peninggalan
purbakala. Dalam rangka pemeliharaan peninggalan-peninggalan purbakala,
dilakukan rehabilitasi dan perluasan museum.
Pada masa Reformasi, usaha pelestarian
budaya Indonesia terus dilakukan, di antaranya dengan mendaftarkan
budaya-budaya asli Indonesia ke UNESCO agar tidak diklaim oleh pihak-pihak
lain.
Rangkuman
1.
Laju
pertumbuhan penduduk bervariasi antara satu negara dan negara lainnya.
Indonesia termasuk negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang sedang.
2.
Pertumbuhan
penduduk dapat membawa dampak positif antara lain:
a.
tersedianya
tenaga kerja
b.
berkembangnya
jumlah dan jenis usaha lokal
c.
meningkatnya
investasi atau penanaman modal
d.
meningkatnya
inovasi untuk memenuhi kebutuhan hidup
3.
Pertumbuhan
penduduk dapat membawa dampak negatif antara lain:
a.
meningkatnya
angka pengangguran
b.
meningkatnya
angka kriminal
c.
meningkatnya
angka kemiskinan
d.
berkurangnya
lahan untuk pertanian dan permukiman
e.
makin
banyaknya sampah atau limbah serta polusi
f.
ketersediaan
pangan makin berkurang
g.
kesehatan
masyarakat makin menurun
h.
berkembangnya
permukiman tidak layak huni
4.
Pada
awal Kemerdekaan, situasi politik Indonesia masih mencari bentuknya. Hal ini
ditandai dengan pembentukan struktur pemerintahan, perubahan bentuk negara
menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS), serta perubahan bentuk negara kembali
menjadi negara kesatuan.
5.
Perubahan-perubahan
politik yang terjadi pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin antara
lain seperti berikut.
a.
Pergantian
Kabinet pada masa Demokrasi Liberal yang terjadi dalam waktu relatif singkat.
b.
Perubahan sistem Kabinet Parlementer menjadi
sistem Kabinet Presidensial.
6.
Pada
masa pemerintahan Orde Baru, pemerintah melakukan beberapa perubahan sistem
politik di antaranya:
a.
penyederhanaan
partai politik
b.
pelaksanaan
peran ganda (Dwifungsi) ABRI
7.
Pada
masa Reformasi, pemerintah melakukan reformasi pada bidang politik di
antaranya:
a.
reformasi
di bidang ideologi negara dan konstitusi
b.
pemberdayaan
DPR, MPR, DPRD
c.
reformasi
lembaga kepresidenan dan kabinet
d.
penghapusan
peran ganda (Dwifungsi) ABRI secara bertahap
8.
Pada
awal Kemerdekaan, keadaan ekonomi bangsa Indonesia masih belum stabil. Hal ini
disebabkan oleh masalah-masalah ekonomi yang terjadi saat itu. Misalnya,
inflasi yang terlalu tinggi (hiperinflasi) dan blokade laut yang dilakukan
Belanda.
9.
Pada
masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, perekonomian Indonesia masih
menghadapi berbagai masalah ekonomi, seperti beban ekonomi dan keuangan yang
harus ditanggung oleh Indonesia sebagaimana yang disepakati dalam Konferensi
Meja Bundar (KMB), defisit keuangan, serta upaya mengubah struktur ekonomi
kolonial menjadi ekonomi nasional yang tersendat-sendat.
10.
Pada
masa Orde Baru, ekonomi Indonesia berkembang pesat. Perkembangan ini berhasil
dilakukan salah satunya karena didukung oleh keberhasilan pemerintah dalam
menjaga stabilitas politik dan keamanan negara.
11.
Pada
masa Reformasi, Indonesia tengah menghadapi krisis ekonomi. Upaya mengatasi
krisis yang dilakukan pada beberapa periode pemerintahan di masa Reformasi
berhasil membuat ekonomi Indonesia menjadi kembali stabil.
12.
Upaya
pengembangan pendidikan di Indonesia sudah dilakukan sejak Indonesia merdeka
hingga saat ini (masa Reformasi). Usaha-usaha tersebut antara lain seperti
berikut.
a.
Pembentukan
Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia.
b.
Penyusunan
konsepsi pendidikan yang dititikberatkan kepada spesialisasi pengetahuan teknik
yang sangat dibutuhkan oleh dunia modern.
c.
Pendirian
universitas baru di setiap ibu kota provinsi dan menambah jumlah fakultas di
universitas-universitas yang ada untuk memberikan kesempatan anak didik
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi
d.
Dimunculkannya
sebuah konsepsi pendidikan yang dikenal dengan sekolah pembangunan.
e.
Memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan belanja negara
dan perubahan kurikulum.
13.
Dalam
rangka melestarikan budaya nasional Indonesia, pemerintah melakukan usaha
pengamanan budaya dan seni melalui inventarisasi, dokumentasi, dan penelitian
warisan budaya nasional, pembinaan dan pemeliharaan peninggalan-peninggalan
purbakala, serta mendaftarkan budaya nasional Indonesia ke UNESCO.
Uji Kompetensi
A. Pilihan Ganda
1.
Kebijaksanaan
kependudukan yang sering ditempuh oleh negara-negara berkembang pada umumnya
adalah ….
A.
menghambat
kecepatan pertumbuhan penduduk
B.
melaksanakan
urbanisasi
C.
menghapus
kemelaratan
D.
pembangunan
di segala bidang
2.
Perhatikan
pernyataan-pernyataan berikut!
1)
perbedaan
kebutuhan dan kepentingan setiap penduduk
2)
adanya
pertumbuhan penduduk
3)
adanya
perbedaan kondisi antarwilayah
4)
penyebaran
penduduk yang tidak merata
5)
kondisi
struktur penduduk yang kurang menguntungkan
Dari lima
pernyataan di atas, yang merupakan sumber masalah kependudukan yang diakibatkan
oleh pertumbuhan penduduk adalah ….
A.
1)
C. 3) dan 4)
B.
2)
D.
4) dan 5)
3.
Tujuan
diberlakukannya sistem ekonomi Gerakan Benteng adalah ....
A.
memajukan
perusahaan daerah
B.
memberikan
kredit lunak untuk para pengusaha pribumi
C.
melindungi
pengusaha pribumi dari persaingan dengan pengusaha nonpribumi
D.
memberikan
fasilitas bea ekspor bagi pengusaha nonpribumi
4.
Perhatikan
pernyataan berikut!
1)
Diperkenalkan
oleh Menteri Perekonomian Iskaq Cokroadisuryo pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo
I tahun 1954.
2)
Bentuk
kerja sama ekonomi antara pengusaha pribumi dan nonpribumi.
3)
Menekankan
pada kebijakan Indonesianisasi yang mendorong tumbuh dan berkembangnya
pengusaha-pengusaha swasta nasional pribumi.
Sistem ekonomi
yang sesuai dengan pernyataan tersebut, ialah ....
A.
sistem
ekonomi Gerakan Benteng
B.
sistem
ekonomi Rencana Soemitro
C.
sistem
ekonomi Ali-Baba
D.
sistem
ekonomi Gunting Syafruddin
5.
Perhatikan
beberapa perguruan tinggi berikut! Universitas Gadjah Mada
1)
Universitas
Andalas
2)
Universitas
Padjajaran
3)
Institut
Agama Islam Negeri (IAIN)
4)
Universitas
Kristen Indonesia
5)
Akademi
Pelayaran
Dari
beberapa perguruan tinggi di atas, perguruan tinggi yang didirikan pada masa
awal kemerdekaan adalah ….
A.
(1)
B.
(2)
C.
(3)
dan (4)
D.
(5)
dan (6)
Esai
1.
Pasca
penyerahan kedaulatan, keadaan ekonomi di Indonesia makin memburuk. Mengapa
demikian? Jelaskan menurut pendapatmu!
2.
Apa
dampak positif dan dampak negatif sistem multipartai yang diterapkan di
Indonesia?
3.
Apa
hubungan antara Dekrit Presiden 1959 dengan berakhirnya masa Demokrasi Liberal?
4.
Apa
tujuan pemerintah Orde Baru melaksanakan Instruksi Presiden (Inpres) Pendidikan
Dasar?
5.
Mengapa
usaha inventarisasi, dokumentasi, dan penelitian warisan budaya nasional perlu
dilakukan?
Refleksi
Bangsa Indonesia dalam upayanya untuk
menjadi negara maju telah mengalami perkembangan dalam bidang kependudukan,
ekonomi, sosial budaya, dan politik. Upaya pengembangan pada bidang-bidang
tersebut ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
Indonesia. Oleh karena itu, sebagai seorang pelajar, seharusnya kamu bersyukur
dan dapat belajar lebih giat agar dapat berpartsipasi dalam pembangunan bangsa
Indonesia di masa depan.
***
Matur suwunnn kang ade....membantu sekali materinya......
BalasHapusMakasing Kang Ade, materinya bermanfaat utk LK Tema 2 saya....
BalasHapusTerima kasih atas bantuannya, lumayan lengkap lah
BalasHapusada rppnya
BalasHapus