Bukan
suatu kebetulan bila percetakan; pembuatan kertas; dan uang kertas, mula-mula
muncul di Cina. Pada abad pertama atau kedua Masehi, Ts’ai Lun konon membuat
kertas pertama dari “kulit kayu pohon murbei” yang daunnya digunakan sebagai
pakan ulat untuk industri sutera Cina yang menguntungkan. Penemuan dan
penyebaran uang kertas di Cina, menandai langkah besar ke depan dalam kontrol
pemerintah atas persedian uang. Sebuah perkembangan yang hanya bisa ditemukan
dalam sebuah imperium besar dengan penguasa yang kuat untuk memberlakukan
kehendak negara atas perekonomian, bahkan hingga tingkatan menghukum mati warga
negara yang berani menentang kebijakan moneternya. Penggunaan uang kertas di
Cina, disebut-sebut sudah dilakukan pada masa Dinasti T’ang. Meski beberapa
ilustrasi mengenai hal itu masih bisa dijumpai, namun contoh-contoh dari era
itu tidak ditemukan.
Uang kertas "Kwan" dengan segel merah menyala milik kaisar |
Uang
Token
Dalam sebagian besar sejarah Cina,
pemerintahan kaisar menerbitkan token –uang
tanda sederhana –biasanya dikenal
sebagai kas dan terbuat dari kuningan atau tembaga. Token ini mempunyai
lubang segi empat di tengahnya, sehingga bisa direnteng menjadi satu sampai
sebanyak seratus token. Karena kas itu terlalu berat –dan bagaimanapun juga cuma “simbolis”, maka hanya perlu langkah
kecil untuk membuat gambar kas pada secarik kertas. Gambar itu bisa mewakili
seribu atau bahkan sepuluh ribu koin.
Tidak seperti teknologi logam, penemuan
kertas dan penyebaran teknologi pembuatan kertas datang relatif terlambat dan
menyebar dengan lambat pula. Bangsa kuno Mediterania, menggunakan perkamen –yang dibuat dari kulit domba untuk
mencatat informasi. Untuk beberapa saat –selama
era Hellenistik dan zaman imperium Romawi, papirus diekspor dari Mesir yang
digunakan sebagai bahan sederhana tulis-menulis. Namun, papirus tidak cukup
tahan lama untuk digunakan sebagai uang kertas.
Dengan menggunakan uang kertas dan token
kuningan/tembaga –bukannya koin
emas/perak, pihak berwenang Cina tidak mengenal kecemasan soal kemurnian
koin-koin mereka. Di sini jelas terdapat perbedaan mendasar, antara sistem
moneter Cina dengan yang berkembang di Mediterania. Pemberlakuan uang kertas di
Cina dimaksudkan agar pemerintah bisa memonopoli emas dan perak, sedangkan di
Mediterania dirancang untuk meningkatkan aliran barang. Di Cina, uang kertas
mengalir dari ibukota ke provinsi-provinsi. Sementara, emas dan perak mengalir
ke arah sebaliknya. Uang kertas berfungsi sebagai bagian dari sistem upeti, dan
mengontrol perkembangan perdagangan yang sehat.
Uang
Murbei
Dari semua adat kebiasaan asing yang
dijumpai Marco Polo sepanjang perjalanannya ke Asia pada abad XIII, tak ada
apapun yang lebih mencengangkannya daripada kekuasaan negara untuk memproduksi
uang kertas dan memaksakan pemberlakuannya di seluruh imperium. Para-birokrat
Cina membuat uang kertas dari kulit kayu pohon murbei, setelah dicap dengan
segel merah menyala milik kaisar, maka kertas-kertas itu menyandang nilai penuh
emas atau perak. Uang kertas Cina itu, lebarnya sama dengan “serbet”. Selembar
uang kertas –senilai dengan seribu koin,
berukuran 9 x 13 inci. Meski bukan main besar ukurannya, namun uang kertas itu
sangat ringan –dan karena itu, merupakan
kemajuan luar biasa ketimbang koin yang seribu kepingnya saja sudah berbobot
kurang lebih delapan pon.
Penggunaan uang kertas di Cina, mencapai
puncak pada masa pemerintahan kaisar-kaisar Mongol. Mereka memandang kertas
sebagai aset yang sangat berharga, dan sebagai uang, membuat pemungutan pajak
menjadi lebih mudah –karena mengurangi
kebutuhan mengangkut koin-koin yang berat dalam jumlah banyak.
Pada tahun 1273, Kubilai Khan
menerbitkan serangkaian uang kertas baru, yang ditopang dan dikendalikan oleh negara.
Untuk memaksakan berlakunya, ia menggunakan metode yang pada hakikatnya sama
dengan yang harus dipakai oleh semua pemerintahan, yakni: ia hanya melakukan
pembayaran dalam bentuk uang kertas dan mewajibkan siapa saja untuk menerimanya
sebagai pembayaran dengan ancaman hukuman berat kalau menolak. Untuk memastikan
pemakaian uang kertas dalam lingkaran yang lebih luas, pemerintah Cina menyita
seluruh emas dan perak parawarga dan memberi mereka uang kertas sebagai
gantinya. Tidak hanya itu, parasaudagar yang tiba dari luar negeri pun harus
menyerahkan emasnya –termasuk perak;
permata; dan mutiara mereka kepada pemerintah dengan nilai yang ditetapkan oleh
sebuah dewan birokrat saudagar. Parasaudagar itu kemudian menerima uang
kertas keluaran pemerintah, sebagai gantinya.
Marco Polo melihat dengan jelas bahwa
sistem uang kertas ini hanya bisa berjalan, bila ada sebuah pemerintah pusat yang
kuat dan mampu “memaksakan kehendaknya” terhadap siapa saja yang berada di
wilayahnya. Pengamatan serupa tentang kekuasaan pemerintah atas uang kertas,
juga disampaikan oleh musafir Maroko bernama: Muhammad ibn Batutah –yang mengunjungi Cina tahun 1345. Ia
melaporkan, betapa mustahilnya membayar dengan koin emas atau perak di
pasar-pasar Cina. Ia juga menuturkan, bahwa setiap saudagar luar negeri yang
berdagang di Cina, diharuskan menyimpan semua uangnya kepada seorang pejabat.
Di akhir masa tinggal si saudagar, pejabat tadi mengembalikan uang yang menjadi
hak si saudagar saat ia bertolak meninggalkan Cina. Ibn Batutah menggambarkan
Cina sebagai negara yang “paling aman” di dunia, bagi parapedagang. Tidak
peduli betapa jauh parapedagang bepergian atau berapa pun banyaknya uang kertas
yang mereka bawa, mereka hampir tidak pernah dibegal. Untuk menciptakan tingkat
keamanan seperti itu, pemerintah Cina mengoperasikan kepolisian negara layaknya
polisi modern. Parabirokrat membuat sketsa detail potret semua pedagang asing,
sehingga gambar mereka bisa diedarkan dengan cepat.
Saat ini, tidak ada salinan uang kertas
Mongol yang bisa ditemukan. Tetapi, berbagai museum memamerkan sisa-sisa uang
kertas “Kwan” yang diterbitkan oleh parapengganti penguasa Mongol, Dinasti
Ming, antara tahun 1368 hingga 1399. Orang Cina, kemudian meninggalkan sistem
uang kertas mereka. Sistem ini, tidak mucul lagi sebelum fajar abad ke-20 dan
kolonisasi perekonomian Cina oleh berbagai imperium Eropa.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar