Pabrik
Tenun Garut, didirikan oleh NV Rotterdam Internatio. Pabrik ini semula
bernama: NV Preanger Bontweverij Garoet, tetapi kemudian lebih
terkenal dengan nama Pabrik Tenun Garut. Pabrik yang berlokasi memanjang di
Jalan Guntur dan berbatasan dengan Jalan Cimanuk (Leuwidaun) Garut tersebut,
adalah penghasil kain katun sarung berkualitas terbaik yang memakai merek:
“tjap Padi”. Selain itu juga, pabrik ini memproduksi kain katun handuk dan kain
katun bahan seragam militer yang berwarna abu-abu hijau (grijs-groen katoenen).
Pabrik tenun ini, kemudian berkembang dan menjelma menjadi Raksasa Tekstil Asia
Tenggara. Dari pendapatan pabrik inilah, mengalirkan kesejahteraan hidup bagi
ribuan karyawannya. Dan, dari lengkingan sirene pabriknya, membuat Kota Garut
meraih predikat sebagai Kota Terbersih di Indonesia.
|
Tenun Sarung "tjap Padi" buatan PTG |
Pabrik
Tenun Garut
Kondisi di awal tahun 1930-an, dunia lagi
dilanda krisis ekonomi –malaise.
Namun justru di saat krisis itu, satu grup usaha terkemuka di Belanda –Internatio, yang merupakan salah satu dari Big Five Trading
House (yakni: NV Rotterdam Internatio; NV Jacobson van den Berg atau
Jacoberg & Co; NV Lindeteves Stokvis, NV Borsumij Maatschappij; serta
NV J & Geo Wehry) dalam
perdagangan retail di Hindia Belanda, mendirikan sebuah pabrik tenun:
Naamloze Vennootschap Preanger Bontweverij (PBW) di Garut pada 8 Juni 1933,
pimpinan G. Dalenoord. Pendirian NV Preanger Bontweverij di Garut itu,
merupakan upaya grup Internatio dalam mengatasi krisis perusahaan. Salah
satunya adalah dengan memperkuat sektor manufaktur di Hindia Belanda. Dengan
begitu, jarak produksi dengan negara importir bahan baku menjadi tidak terlalu
jauh, begitu pula dengan daerah pemasaran produk. Perusahaan Internatio
sendiri, berdiri sejak 1863 yang dibentuk oleh paraprodusen kapas di Twente
Belanda dan bergerak di bidang pembiayaan perdagangan. Dan ternyata, NV Preanger
Bontweverij Garoet berkembang sangat pesat –meski
sempat tersendat akibat terjadinya Perang Dunia Kedua. Sampai dengan era
1930-an akhir, terdapat dua perusahaan Eropa di sektor tenun yang berskala besar,
yakni: Preanger Bontweverij di Garut
dan Java Textielmaatschappij di Tegal. Di antara keduanya, yang terbesar adalah:
Preanger Bontweverij.
|
Pabrik Tenun Garut - Preanger Bontweverij Garoet, 1930-1940-an. |
NV Preanger Bontweverij Garoet, didirikan dengan modal sebesar 1.000.000 gulden. Luas
pabrik, awalnya sekitar 3.500 m2, yang berada di lahan seluas 24.000
m2. Sebagian lokasinya terpisah oleh Sungai Cimanuk yang membelah
Kota Garut –karenanya, di dalam kawasan
pabrik itu terbentang jembatan tangguh. Pada tahun 1935, pabrik tenun ini memiliki
259 mesin tenun –alat tenun mesin dan
76 alat yang digerakkan tangan –alat
tenun bukan mesin. Jumlah pekerjanya sekitar 600 orang, yang rata-rata
upahnya 40-50 sen sehari, sehingga total 100.000 gulden per tahun upah yang
dibayarkan. Pada akhir 1937, mesin tenunnya meningkat menjadi 484 mesin serta
jumlah pekerja menjadi 1.200 orang, dengan upah yang dibayarkan sebesar 200.000 gulden
per tahun.
|
Rambut Panjang Megawati Soekarnoputri, menghiasi kunjungannya di PTG-1964. |
|
Rombongan Putri Presiden Soekarno (Megawati Soekarnoputri) saat melintasi jembatan PTG, 1964. |
Pada tahun 1935, Preanger Bontweverij Garoet
memproduksi hampir 2 juta meter kain sarung per tahun, sementara itu, pada
tahun 1937 tercatat hampir 3 juta meter kain per tahun. Penyelesaian perluasan
pabrik dan penambahan mesin, telah direncanakan agar dapat meningkatkan
kapasitas produksi sampai dengan dua kali lipatnya. Kain sarung produksi Preanger
Bontweverij ini, memakai merek sarung: “tjap Padi”. Selain kain sarung, Preanger
Bontweverij juga memproduksi kain handuk. Pada tahun 1937 itu juga, Preanger
Bontweverij Garoet mendapat kontrak untuk membuat 600.000 meter kain bahan
seragam KNIL –Koninklijk
Nederlandsch-Indisch Leger.
|
ATM (Alat Tenun Mesin) Pabrik Tenun Garut |
|
Karyawan PTG dan Mesin Tenun |
|
Kain Tenun Garut |
|
Mesin-mesin Tenun di PTG |
|
Mekanik Mesin |
|
Kain Tenun Buatan Preanger Bontweverij Garoet (Pabrik Tenun Garut) dalam sebuah pameran, 1939. |
Di masa kekuasan Jepang, Preanger Bontweverij Garoet berganti
nama menjadi: Garoet Syokoho Kozyo, dibawah pimpinan: K. Abe J. Matsumoto.
Tahun 1941, pabrik tenun itu kembali ke tangan Belanda. Pada tahun 1962, pabrik
tenun ini menjelma menjadi Raksasa Tekstil Asia Tenggara. Tingginya kapasitas
produksi unggulan PTG –berupa: kain
sarung “Cap Padi,” dan handuk, mampu menembus pasar Saudi Arabia. Pabrik
ini, mengalirkan kesejahteraan hidup bagi ribuan karyawannya di Garut –konon, 10% warga Garut terserap sebagai
tenaga kerja pabrik tenun itu. Kondisi seperti itu berlangsung hingga tahun
1974, meski kapasitas produksi mingguan PTG menurun sampai 35.000 potong kain
sarung, 10.000 kain handuk, dan 6.000 meter kain kerja. Pada tanggal 14
September 1964, PTG jadi milik pemerintah Republik Indonesia, dan berganti nama menjadi PTG
“Ampera I” Garut yang ditangani oleh Provinsi Jawa Barat. Kemudian, pabrik tenun ini
dikelola oleh Perusahaan Daerah Kerta Paditex Jawa Barat. Di era 1980-an, kapasitas
PTG sebagai unit kerja PD Kerta Paditex Jawa Barat, tak mampu lagi memenuhi
misinya untuk penambah sumber pendapatan Pemprov Jawa Barat. Terakhir, pabrik
tenun yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Kerta Paditex Jawa Barat ini, kemudian
bersama PD. Kerta Pertambangan, PD. Kerta Sari Mamin, dan PD. Kerta Gemah Ripah,
dilebur oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat menjadi PD. Agribisnis dan
Pertambangan.
Katoenen
Garoet
|
Seragam KNIL, Made in Garut - 1942. |
Selain kain sarung dan kain handuk, Preanger
Bontweverij Garoet juga memproduksi kain katun bahan seragam militer yang
berwarna abu-abu hijau –grijs-groen
katoenen. Pada tahun 1936, pabrik tenun di Garut ini mulai memproduksi grijs-groen
katoenen dengan kualitas yang lebih baik dari bahan sebelumnya yang diproduksi
di Cirebon. Tapi kemudian, orang Belanda menamakan semua grijs-groen katoenen
itu sebagai: Katoenen Garoet
–katun Garut. Katun produksi Preanger
Bontweverij Garoet ini, disebut sebagai: katoenen “Garoet-B”. Dan katoenen
Garoet-B ini, dipandang berkualitas “paling baik”. Seluruh bahan seragam
abu-abu hijau untuk KNIL yang dipasok dari dalam negeri, dibuat oleh Preanger
Bontweverij Garoet. Pada tahun 1937, Preanger Bontweverij Garoet mendapat
kontrak untuk membuat 600.000 meter kain bahan seragam KNIL.
Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger
(KNIL), merupakan organisasi militer Belanda yang bertugas di Hindia Belanda.
Cikal bakalnya adalah Oost-Indische Leger –Tentara
Hindia-Timur, yang dibentuk Gubernur Jenderal van Den Bosch pada 4 Desember
1830 –tepat setelah perang Diponegoro
usai. Pada tahun 1933, namanya diubah menjadi KNIL. Personil KNIL, terdiri
dari prajurit bayaran atau sewaan. Kebanyakan berasal dari: Perancis; Jerman;
Belgia; dan Swiss. Undang-undang Belanda, memang tidak mengijinkan wajib
militer dari warga negaranya untuk ditempatkan di daerah jajahan. Selain itu,
ada pula yang direkrut KNIL dari bekas tentara Belanda yang di negaranya
melakukan pelanggaran atau disersi. Karena pelanggaran atau disersi, mereka ini
diberikan opsi, untuk: "dihukum" atau "masuk KNIL". Tidak hanya orang Eropa saja,
ternyata banyak orang pribumi yang juga direkrut KNIL. Tercatat pada tahun
1936, jumlah pribumi yang menjadi prajurit KNIL mencapai 33 ribu orang atau
sekitar 71% dari jumlah personil KNIL keseluruhan. Ketika berhadapan dengan rakyat, maka kebanyakan prajurit pribumi
ini pula yang berada di garis depan.
|
Perekrutan Anggota KNIL |
Berdasarkan pengalaman selama menghadapi
berbagai peperangan, maka pada tahun 1908, atas inisiatif Komando Angkatan Darat
KNIL, mulai diuji coba “seragam lapangan baru”. Batalyon Infantri ke-10 di
Batavia, mulai mencoba pakaian lapangan dengan berbagai warna. Tapi, pada tahun
1910 dibuat keputusan untuk memperkenalkan seragam lapangan yang terbuat dari
bahan katun tebal berwarna abu-abu hijau –grijs-groen
katoenen, yang dikemudian hari disebut sebagai: katoenen Garoet –katun Garut. Bahan kain seragam
itu, awalnya didatangkan dari Twente Belanda. Alasan perubahan menjadi warna
abu-abu hijau itu, karena kebanyakan laskar pribumi yang melawan mereka selama
ini, mengenakan pakaian gelap seperti yang dikenakan prajurit KNIL, yakni yang
berwarna biru gelap –donkerblauw uniform.
Pada tahun 1911, seragam lengkap yang disebut sebagai: “Grijs-Groen Katoenen
Jas Model 1911”, secara resmi diperkenalkan. Seragam ini ditujukan sebagai
seragam lapangan, sementara untuk keperluan upacara, masih digunakan donkerblauw
uniform. Beberapa saat setelah pengenalan Grijs-Groen Katoenen Jas Model 1911
itu, Perang Dunia Pertama mulai berkecamuk, dan pengaruhnya terasa pada
pengadaan bahan kain seragam. Katun abu-abu hijau, saat itu, diimpor dari
Belanda dan transportasi laut sangat langka. Sebagai jalan keluar, KNIL
mengimpor dalam jumlah besar kapas abu-abu hijau berkualitas buruk dari Jepang.
Kapas ini ternyata setelah dicuci, jadi luntur. Ketika perang telah berakhir,
katun abu-abu hijau bisa diimpor lagi dari Twente Belanda.
|
Seragam Sersan KNIL, Made in Garut. |
Pada tahun 1926, produksi kapas abu-abu
hijau juga dimulai di Hindia-Belanda, tepatnya di Cirebon. Tujuannya
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan kapas abu-abu hijau di Hindia-Belanda.
Dengan produksi dalam negeri ini, maka dapat menghemat pengeluaran, seiring
terjadinya penurunan ekonomi –malaise
pada waktu itu. Industri tekstil Hindia-Belanda ini, dapat memenuhi total
permintaan KNIL pada tahun 1934. Dengan ketersediaan bahan seragam yang
melimpah dan cukup berkualitas, maka seragam KNIL didesain ulang. Grijs-Groen
Katoenen Jas Model 1911, akhirnya, dapat digunakan juga sebagai seragam upacara
–menghapuskan donkerblauw uniform.
Pada tahun 1936, pabrik tenun di Garut mulai memproduksi grijs-groen katoenen dengan
kualitas yang lebih baik. Katun ini disebut sebagai: Garoet-B. Satu-satunya pabrik
tenun di Garut, saat itu, adalah Preanger Bontweverij atau yang dikenal
kemudian sebagai: Pabrik Tenun Garut (PTG). Meskipun tidak semua diproduksi di
Garut, ternyata semua katun abu-abu hijau yang diproduksi di Hindia-Belanda
tahun 1926-1936 kemudian sering disebut sebagai: jenis Garoet-A.
Dengan kata lain, orang Belanda menamakan grijs-groen katoenen itu sebagai
jenis katoenen Garoet –Garoet-stof.
Dengan demikian, ada dua jenis katun: Garoet A dan Garoet B. Sangat mungkin
penamaan grijs-groen katoenen ini sebagai katoenen Garoet, disebabkan katun
produksi Garut ini adalah jenis yang terbaik. Pada tanggal 20 Juli 1950, KNIL
dibubarkan –menyusul ditandatanganinya
Konperensi Meja Bundar pada tanggal 27 Desember 1949. Dengan pembubaran
KNIL ini, maka jelas, pasar grijs-groen katoenen dari PTG menjadi berkurang.
|
SK Pembubaran KNIL oleh Ratu Juliana |
Sirine
|
Sumber Suara Sirine, Pabrik Tenun Garut. |
Lengkingan sirene dari mulut cerobong
asap dapur pabrik PTG, setiap hari kerja, membangunkan warga Garut hingga
radius 10 km. Sesungguhnya, bunyi sirene itu ditujukan untuk karyawan PTG dalam
menjalani rutinitas di pabrik. Ada sirene persiapan kerja, sirine mulai jam
kerja, sirine jam istirahat, dan sirine saat bubar kerja. Tapi karena berbunyi
secara rutin itu, maka suara sirene PTG digunakan pula oleh masyarakat Kota
Garut menjadi “penanda” waktu sehari-hari. Ketika sirene pertama berbunyi di
pagi hari, itu pertanda anak-anak sekolah harus bergegas berangkat, karena jam
telah menunjukkan tepat pukul 06.30. Dan, begitu seterusnya. Khusus pada bulan
Ramadhan, sirene PTG punya tugas tambahan, yakni: tiap menjelang Shubuh dan
saat berbuka puasa, maka sirene akan melengking nyaring.
Pada masa bupati Garut periode
1960-1966, R. Gahara Widjaja Soeria, sirene PTG digunakan sebagai tanda untuk
masyarakat Kota Garut memulai kegiatan membersihkan lingkungan kota. Seminggu
sekali sirene dibunyikan pada pukul 09.30. Konon, saat itu semua komponen
masyarakat ikut terlibat, hingga dalam waktu setengah jam disetiap minggunya
itu, aktivitas yang ada di kota hanyalah: beberesih (bersih-bersih). Tak heran, di tahun 1962 Kota
Garut meraih predikat sebagai Kota Terbersih di Indonesia, dan Presiden
Soekarno secara khusus memberi julukan sebagai: Kota Intan.
|
Sirine Bubar Kerja, Karyawan Pabrik Tenun Garut - 1939. |
***
Hallo permisi boleh minta arsip atau foto mengenai ptg, kebetulan uyut saya kl tidak salah adalah salah satu direktur ptg bernama rd lomri dan saya ingin menggali lebih jauh mengenai sejarah keluarga, terimakasih
BalasHapusHalo kang? Kebetulan skripsi saya akan membahas terkait PTG. Apakah akang tertarik untuk membantu saya? Barang kali saya juga bisa membantu akang mencari sejarah keluarga akang. Please contact me at instagram @azmiyasfii
Hapus