Cirebon
awal mulanya didirikan oleh tokoh Raden Walangsungsang alias Pangeran
Cakrabuana alias Haji Abdullah Iman, putra Prabu Siliwangi, uwa Syarif
Hidayatulloh alias Sunan Gunungjati. Dalam kisah ini, Islam secara jelas telah
memasuki panggung politik kekuasaan dengan berhasilnya menggeser sistem
kerajaan kedalam sistem kesultanan dengan pusat pemerintahan di daerah-daerah
atau kota-kota pesisir Utara Pulau Jawa.
Naskah
Babad Cirebon
Perbedaan antara naskah-naskah periode
Islamisasi dengan naskah-naskah periode Islam, tidak terdapat garis batas yang
tegas. Namun, satu hal yang patut dipertimbangkan bahwa dalam periode Islam,
unsur-unsur agama Islam umumnya muncul sejak awal pemberangkatan cerita. Di
samping itu, teks-teks naskah Sunda yang muncul pada periode ini umumnya berisi
kisah hagiografi, seperti: kisah para nabi, kisah Kangjeng Nabi Muhammad
beserta keturunannya, kisah para sahabat, serta kisah para wali. Naskah-naskah
Sunda yang teksnya berisi cerita kisah para wali biasanya dikenal dengan judul:
Babad Cirebon, Sajarah Lampahing Parawali Kabéh, Sajarah Para Oliya, Sajarah
Sunan Gunungjati, dan Wawacan Wali Sanga. Sesungguhnya isi dari kelima judul
naskah tersebut pada dasarnya sama saja, perbedaan hanya terletak pada penekanan
penamaan judul. Intinya, melukiskan proses penyebaran agama Islam di Sunda dan
Pulau Jawa dengan mengambil latar tempat utama: Cirebon.
Berikut ini disajikan garis besar isi teks
Babad Cirebon tersebut berdasarkan salah satu versi naskah koleksi Museum Sri
Baduga Jawa Barat:
1.
Manggala
Sastra:
a.
Puji-pujian
dan doa atas keagungan Tuhan YME.
b.
Amanat
bagi para pembaca dan/atau pendengar.
2.
Raja
Pajajaran ditinggalkan putra-putranya:
a.
Sembilan
putra Prabu Siliwangi dari isteri yang lain masing-masing pergi bertapa.
b.
Raden
Walangsungsang diusir ayahanda, Prabu Siliwangi, tatkala menceritakan tentang
mimpinya bertemu dengan Nabi Muhammad agar berguru agama Islam kepada Syekh
Nurjati dari Mekah yang tengah berada di gunung Amparan.
c.
Walangsungsang
bertemu dengan Syekh Ora (Quro) di Karawang dan mendapat petunjuk jalan ke
gunung Amparan.
d.
Di
gunung Marapi Walangsungsang bertemu dengan Pendeta Buda, juga dengan Syekh
Danuwarsi yang kemudian berguru kepada mereka.
3.
Prabu
Siliwangi ditinggalkan Nyai Rarasantang untuk mengikuti Walangsungsang:
a.
Patih
Arga tidak berhasil menyusul Nyai Rarasantang dan terus menetap di Tajimalela.
b.
Di
gunung Tangkubanparahu, Rarasantang ditemukan Nyai Indang Saketi (Sapirasa) lalu
dibekali azimat baju Antakusumah dan diberi nama Nyi Batin.
c.
Di
gunung Cilawung, Batara Angganali menamainya Nyai Eling dan diramal akan melahirkan
anak yang bakal menjadi wali kutub serta diberi petunjuk jalan ke gunung
Marapi.
d.
Bertemu
dengan kakaknya yang telah mendapat nama baru dan Ali-Ali Ampal dari Syekh
Danuwarsi.
e.
Rarasantang
bersama Nyai Indang Geulis (isteri Somadullah alias Walangsungsang), puteri
Danuwarsi, dimasukkan ke dalam Ali-Ali Ampal menuju gunung Ciangkup.
4.
Walangsungsang
mendapat azimat lagi:
a.
Berhasil
meranjau Raja Bango dan diancamnya akan dibunuh.
b.
Diajak
Raja Bango ke istananya dan ia berubah menjadi seorang lelaki tampan lalu
menyerahkan Pendil Wesi dan Piring Bareng, sambil menamai Walangsungsang dengan
Raden Kuncung.
5.
Walangsungsang
bertemu dengan Syekh Nurjati, Syekh Nurbayan, Syekh Datul Kahfi:
a.
Di
gunung Amparan diajari tentang agama Islam.
b.
Ditugasi
membuka perkampungan dan diganti namanya menjadi Cakrabumi atau Cakrabuana dan
membangun masjid Panjunan.
6.
Rarasantang
dan Indang Geulis dikeluarkan dari Ali-Ali Ampal oleh Walangsungsang:
a.
Mereka
tinggal bersama di Kanoman.
b.
Bekerja
sebagai penjaring dan pembuat terasi.
c.
Bersama
Rarasantang pergi ke Mekah menunaikan ibadah haji.
7.
Rarasantang
menjadi Permaisuri Sultan Mesir:
a.
Di
Mekah, Walangsungsang dan Rarasantang tinggal di Syekh Bayanullah, kenalan Syekh
Nurbayan dan berguru ilmu agama Islam kepadanya.
b.
Perjumpaan
Walangsungsang dan Rarasantang dengan Patih Mesir seusai naik haji.
c.
Bersama
Syekh Bayan Sidik, mereka menghadap Raja Mesir.
d.
Walangsungsang
mengizinkan adiknya dijadikan Permaisuri Raja Mesir.
e.
Walangsung
menerima separuh sorban dari Raja Mesir serta ia diberi nama Syekh Abduliman.
8.
Walangsungsang
berpamitan kepada Raja Mesir dan Permaisuri:
a.
Bersama
Syekh Bayanullah merencanakan pulang ke tanah Jawa.
b.
Walangsungsang
menjelajahi wilayah negeri Mekah hingga kesasar ke Aceh.
c.
Walangsungsang
menyembuhkan Sultan Kut dan memungut bayinya.
d.
Syekh
Bayanullah yang tak sabar menunggu Walangsungsang, segera pergi ke Jawa.
e.
Walangsungsang
menyusul Syekh Bayanullah.
f.
Walangsungsang
menyamar sebagai kakek-kakek bertemu dengan Syekh Bayanullah yang bermaksud
menemui Syekh Nurbayan.
g.
Syekh
Bayanullah disuruh ke gunung Gajah dan bersedekah kepada tiap-tiap orang yang
lewat.
9.
Walangsungsang
menemui gurunya:
a.
Walangsungsang
teringat kepada Syekh Nurjati di Panjunan.
b.
Syekh
Nurjati sempat menulis surat agar Walangsungsang menyusul Indang Geulis.
c.
Menjelang
kepergiannya ke Pandan Jalma menyusul Syekh Nurjati, Walangsungsang berpesan
kepada isterinya agar menyerahkan kandaga jika kelak kedatangan wali asal Mekah
dan apabila melahirkan bayi perempuan harus diberi nama Pakungwati.
d.
Dalam
tulisannya di Pandan Jalma, gurunya itu memerintahkan supaya membuka
perkampungan di tempat itu dengan nama Sela Pandan.
e.
Tinggal
bersama dengan Nyi Gandasekar atau Nyi Paguragan, anak pungutnya dari Sultan
Aceh.
10.
Rarasantang
kedatangan Burung Sorga:
a.
Rarasantang
minta kepada suaminya agar kelak bisa melahirkan putra kembar sebagai pemimpin
di bumi.
b.
Raja
Mesir menerima ilham.
11.
Kelahiran
Syarif Hidayat:
a.
Raja
Utara, yakni raja Mesir meninggal dunia di negeri Rum ketika menengok adiknya,
Raja Yuta, sekaligus akan berbelanja untuk merayakan tujuh bulan kehamilan
Rarasantang.
b.
Rarasantang
melahirkan putra kembar.
c.
Menjelang
dewasa, Syarif Hidayat mendapat ilham.
d.
Syarif
Hidayat mengembara mencari hakekat Muhammad.
e.
Syarif
Hidayat menyembuhkan Naga Pertala dan menerima azimat Cincin Marbut Putih, lalu
mendapat petunjuk jalan ke Pulau Majeti untuk menemui seorang pertapa.
12.
Syarif
Hidayat bertemu dengan Syekh Nata Ula:
a.
Syekh
Nata Ula asal Mekah yang tak berhasil menemui Nurbayan bertapa di Pulau Marda
alias Pulau Majeti.
b.
Bertemu
dengan Syarif Hidayat, lalu bersama-sama hendak mengambil Cincin Mamlukat.
13.
Perebutan
Cincin Mamlukat:
a.
Syarif
Hidayat memperoleh Cincin Mamlukat Nabi Sulaeman dan nama baru sebagai Imam
Lukat Raspati.
b.
Syekh
Nata Ula terpental ke tanah Jawa sedangkan Syarif Hidayat terjatuh di gunung
Surandil.
c.
Rarasantang
menemui gurunya, Syekh Nurjati di gunung Amparan serta diberi nama Babu Dampul
dan melanjutkan bertapa di sana.
14.
Syarif
Hidayat di gunung Surandil:
a.
Bertemu
dengan kendi dan menerima wangsit.
b.
Bertemu
dengan Syekh Kamarullah asal negeri Cempa di pertapaannya yang tak berhasil menemui
Syekh Nurjati untuk berguru.
c.
Memperbincangkan
masalah agama Islam dan akhirnya Syekh Kamarullah menghilang pergi ke tanah
Jawa.
15.
Syarif
Hidayat bermikraj:
a.
Raja
Yuta ke tanah Jawa serta bertapa nyungsang ‘menukik’ di gunung Kancana atas
petunjuk Syarif Hidayat.
b.
Syarif
Hidayat menerima sepotong roti dan mendapat petunjuk agar mengejar Nabi Khidir.
c.
Syarif
Hidayat terpental ke tanah Ajrak hingga pingsan setelah makan buah kamuksan
dari raja.
d.
Sukma
Syarif Hidayat mengembara ke jagat raya sehingga dapat menyaksikan seluruh keadaan
di setiap tingkatan langit dan akhirnya bertemu dengan Nabi Muhammad, lalu
mendapat penerangan tentang hakikat hidup dan mati serta seluk-beluk agama selengkapnya.
16.
Syarif
Hidayat di tanah Jawa:
a.
Syarif
Hidayat dengan nama baru Kangjeng Sinuhun Jati diperintah Nabi Muhammad pergi ke tanah Jawa menjumpai
Syekh Datuliman Sidik.
b.
Syarif
Hidayat berjumpa dengan ibunya di gunung Jati.
c.
Berkat
Cincin Mamlukat, akhirnya Syekh Nurjati dapat dijumpai pula.
17.
Syarif
Hidayat bermukat tentang ilmu agama:
a.
Syeh
Nurjati dengan nama Syekh Lemah Abang atau Pangeran Madati menghilang setelah menyerahkan
“kitab agung” kepada Syarif Hidayat.
b.
Syarif
Hidayat diberi tahu ibunya tentang Kamarullah yang telah banyak muridnya, di antaranya:
Pangeran Kendal, Pangeran Kajoran, dan Pangeran Makdum.
c.
Syarif
Hidayat diberi tahu Syekh Kamarullah tentang Syekh Bayanullah yang berada di gunung
Gajah.
18.
Syarif
Hidayat mengumpulkan muridnya di Cirebon:
a.
Syekh
Bayanullah hendak berguru setelah melihat keampuhan keramat kalimat syahadat
yang diucapkan Syarif Hidayat bisa mengubah pohon pinang menjadi emas.
b.
Syekh
Nata Ula alias Syekh Damar Cahaya menyatakan hendak berguru ketika air tempat
pertapaannya kering berkat keramat kalimat syahadat Syarif Hidayat.
c.
Bermupakat
kitab warisan Syarif Juned asal Mekah dengan Syekh Mayang.
d.
Sunan
Kendal yang bertapa bisu ketahuan Syarif Hidayat, lalu ia hendak berguru kepada
Syarif Hidayat.
e.
Bertemu
dengan Syekh Makdum yang bertapa muncung di Blambangan.
f.
Di
Madura bertemu dengan Pangeran Kajoran yang bertapa menatap matahari.
g.
Mengejar
Ratu Buda yang melarikan diri ke dasar laut, lalu bertemu dengan Patih Keling yang
akhirnya menyatakan hendak berguru.
h.
Perjalanan
berakhir di Palembang dan menyuruh Syekh Palembang ke Cirebon jika hendak
berguru.
19.
Syarif
Hidayat menjelang persinggahannya di gunung Jati Cirebon:
a.
Menyamar
jadi dukun di negeri Cina serta menyembuhkan orang-orang sakit.
b.
Meramal kandungan yang dibuat-buat dalam
puteri Raja Cina.
c.
Puteri
Cina menyusul Syarif Hidayat yang dibuang ke laut, dan bertemu dengan Nabi
Khidir.
d.
Syarif
Hidayat diberi tahu Nabi Khidir bahwa puteri itu adalah anaknya, lalu menerima
azimat Antabumi dan nama Nyi Junti untuk puterinya.
e.
Ke
Mesir untuk memungut putera adiknya, Raja Syarif Arifin, yang bernama Nyi
Pulung Ganda.
f.
Singgah
di Karawang dan bermupakat tentang kalimat syahadat dengan Syekh Ora (Quro).
g.
Tiba
di Cirebon mengajari murid-muridnya.
h.
Nyi
Indang Geulis menyerahkan kandaga atas pesan suaminya kepada Syarif Hidayat.
i.
Tinggal
bersama isterinya, Pakungwati di Kawedrahan.
j.
Raden
Sahid Abdurahman dan Araswulan ditinggal mati ayahnya.
20.
Negeri
Tuban dijual:
a.
Seluruh
harta kekayaan negeri Tuban habis dipakai sedekah oleh Nurkamal alias Raden
Sahid Abdurahman.
b.
Negeri
Tuban dijual oleh Nurkamal, uangnya dibelikan dongeng dari kakek-kakek dan dihadiahi
si Bonet.
c.
Nurkamal
membaktikan diri di negeri Urawan dengan penuh setia.
21.
Sahid
Abdurahman terhindar dari maut:
a.
Dipitnah
oleh permaisuri negeri Urawan.
b.
Mengabdikan
diri di Kediri atau negeri Liwungan dan dijadikan suami Ratu.
c.
Menangkap
kelabang putih yang keluar dari kemaluan putri dan berubah menjadi keris
Kalamuyeng.
22.
Sahid
Abdurahman mencari guru sejati:
a.
Berguru
di Ampel Denta, diperintah bertapa Braja oleh Kamarullah dan diberi nama
Lokajaya.
b.
Syekh
Mayang Dulkahfi memperlihatkan keampuhan keramat kalimat syahadat kepada
penyamun (Lokajaya).
c.
Syekh
Bayanullah dan Nyi Mukena tak berhasil disamun oleh Lokajaya. Atas perintah
mereka, Lokajaya mengubur diri hingga leher dalam tanah dan berganti nama jadi
Jagabaya.
23.
Araswulan
meloloskan diri dari Tuban:
a.
Bermikraj
dan dihadiahi baju dari kulit ular oleh Dzulkarnaen.
b.
Siuman
lalu menunggangi kijang jadi-jadian milik Nabi Khidir.
c.
Raja
Rum yang tengah bertapa nyungsang dimintai pertanggungjawaban atas
kehamilannya.
d.
Pangeran
Drajat alias Kidang Talangkas lahir dari ibu jari Araswulan.
e.
Araswulan
bertapa di Nusakambangan.
24.
Keadaan
di Majapahit:
a.
Raden
Husen diangkat sebagai senapati dengan julukan Adipati Terung.
b.
Raden
Patah tidak menerima jabatan sebagai raja.
c.
Raden
Patah berguru kepada Syekh Ampel Denta dan Syekh Bayanullah.
25. Sahid Abdurahman berjumpa dengan
Syekh Maruf (nama lain dari Syarif Hidayat):
a.
Sahid
Abdurahman sudah diangkat lagi dari kuburnya oleh Syekh Bayanullah.
b.
Sahid
Abdurahman hendak berguru kepada Sunan Purba, disuruh menunggu sejenak oleh
Syekh Maruf.
26.
Syekh
Maruf menemui leluhurnya:
a.
Prabu
Siliwangi sudah menghilang beserta kerajaan dan rakyatnya.
b.
Menemui
kakak ibunya, yaitu Pangeran Cakrabuana alias Kuwu Sangkan.
27.
Syekh
Maruf mendapat murid baru:
a.
Mengajari
Pangeran Drajat dan memberinya nama Pangeran Darma Kusumah.
b.
Jaka
Tarub selesai bertapa mencari kalimah syahadat, lalu menyatakan hendak berguru kepada Syarif Hidayat.
28.
Sahid
Abdurahman mencari 100 biji kemiri:
a.
Menunggu
Syarif Hidayat yang akan mengajarinya di tepi pantai.
b.
Terhanyut
ke dasar laut ketika mengambil biji kemirinya.
c.
Diajari
ilmu agama oleh Nabi Khidir serta diberi sebilah pisau di Pulau Hening.
d.
Bertapa
di gunung Diyeng sambil melukis pada dindingnya tentang kisah Buda.
e.
Memerintahkan
Prabu Kontea, Ratu Buda berguru agama Islam di Cirebon.
f.
Menerima
Kitab Mustaka Jamus dari Prabu Kontea, menemui Syarif Hidayat untuk mencoba
kekuatan ilmunya.
29.
Pengukuhan
jabatan wali:
a.
Para
wali mencari bahan bangunan.
b.
Pangeran
Tuban menunggu Syarif Hidayat ditemani benda-benda yang bisa bicara.
c.
Sahid
Abdurahman menyerahkan Layang Kalimah dan Kitab Jamus kepada Syarif Hidayat.
d.
Para
wali diwisuda/dilantik, Syarif Hidayat diangkat sebagai Sultan Kangjeng Sinuhun
Cirebon sekaligus Ratu Aulia, Pangeran Makdum tidak mendapat pangkat sunan,
Sunan Kalijaga sebagai ketua.
e.
Mencetak
wayang, mendirikan Masjid Agung “Sang Ciptarasa” Cirebon.
f.
Prabu
Kontea dimakamkan di gunung Sembung, Puteri Cina (ibunya Nyi Junti) dikuburkan
di Kanoman.
30.
Pertempuran
antara pasukan Islam dengan pasukan Majapahit:
a.
Sunan
Kudus (alias Syekh Nata Ula) diangkat senapati Islam dengan dipinjami baju si
Bonet oleh Sunan Kalijaga (Pangeran Tuban).
b.
Dipati
Terung dari Majapahit tampil ke medan perang.
c.
Sunan
Kudung (Sunan Kudus) tewas di tangan Dipati Terung.
d.
Raden
Bintara (alias Raden Patah) maju memimpin pasukan Islam menghadapi Dipati
Terung.
31.
Majapahit
Runtuh:
a.
Raden
Bintara mengadu kesaktian dengan Dipati Terung.
b.
Dipati
Terung tewas di tangan Raden Bintara.
c.
Mahaprabu
Majapahit dan pembesar lainnya beserta negerinya menghilang.
32.
Kekuasaan
Islam makin kokoh:
a.
Raden
Patah diangkat sebagai Sultan Demak, dinikahkan kepada Nyi Pulung Ganda.
b.
Para
bupati mengikuti sayembara Nyi Panguragan.
c.
Pangeran
Suka (Soka alias Syekh Magelung) dari negeri Sam bertemu dengan seorang kakek-kakek,
hanya dengan jari tangan rambutnya terpotong.
d.
Disuruh
menemui Nyi Panguragan mengadu kesaktian.
e.
Nyi
Panguragan bersembunyi pada jubah Sunan Purba, Pangeran Suka lemah tak berdaya.
f.
Nyi
Panguragan dan Pangeran Suka berikrar janji tentang pernikahannya di akhirat
kelak di hadapan Sunan Purba, Lurah dan Lebai Pakiringan.
g.
Kecuali
Ki Gedeng Majudin (Gedeng Palumbon), para bupati memeluk agama Islam.
33. Gedeng Palumbon disuruh bertapa oleh
Syarif Hidayat:
a.
Gedeng
Kuningan tidak menuruti ajakan Gedeng Palumbon untuk tidak berguru kepada Sunan
Gunungjati atau Sunan Jati.
b.
Syekh
Kamil (Sunan Purba) berhasil menyempurnakan mayat Gedeng Kuningan.
c.
Gedeng
Palumbon hendak berguru kepada Sunan Purba, disuruh bertapa di gunung Cigugur.
d.
Di
masjid Cirebon tengah berkumpul para wali.
34.
Kondisi
Kerajaan Galuh:
a.
Para
ponggawa menghadap Ratu Galuh.
b.
Ratu
Galuh memerintahkan para ponggawa menyiapkan pasukan.
35.
Di
perjalanan:
a.
Pasukan
Galuh di bawah komando Limas Patih Suradipa menuju ke sebuah bukit.
b.
Pangeran
Arya Kamuning diiringi Patih Waruangga dan Anggasura hendak menghadap ke
Cirebon.
36.
Pangeran
Arya Kamuning memerintahkan pengiringnya kembali:
a.
Anggasura
melaporkan tujuan pasukan Galuh kepada Arya Kamuning.
b.
Sultan
Demak (Raden Patah) ke Cirebon hendak membicarakan soal pernikahan putranya.
c.
Para
wali sedang bermupakat ilmu agama di Cirebon.
37.
Pangeran
Arya Kamuning mengatur pasukan:
a.
Para
wali bersiap-siap akan ke Demak.
b.
Arya
Kamuning melaporkan tentang pasukan Galuh.
c.
Para
wali tetap pada rencana semula.
d.
Arya
Kamuning dengan restu para wali menghadapi musuh.
38.
Pertempuran
antara pasukan Islam melawan pasukan Galuh:
a.
Pasukan
Galuh dipimpin oleh tiga orang senapati, yaitu: Ki Pande Domas, Suradipa, dan
Dipakuan (pembesar Leuwimunding).
b.
Anggasura
tewas oleh Ki Suradipa yang dibantu Ngabehi Dipasara.
c.
Waruangga
maju, Suradipa dibantingkan, terdesak.
d.
Pasukan
Kuningan terdesak oleh Pasukan Rajagaluh, Ciamis, dan Palimanan.
e.
Arya
Kamuning maju berperang dan pasukan musuh kocar-kacir.
39.
Dalem
Kiban dari Galuh maju ke medan perang:
a.
Patih
Leuwimunding melaporkan pasukannya yang terdesak Arya Kamuning.
b.
Pasukan
Galuh mendapat semangat baru.
40.
Perang
tanding:
a.
Arya
Kamuning mengendarai kuda si Windu, Dalem Kiban mengendarai Gajah.
b.
Balatentara
kedua belak pihak bertaruhan.
c.
Gajah
diterjang si Windu, Dalem Kiban tersungkur.
d.
Arya
Kamuning dan Dalem Kiban berlaga, saling pukul dan saling dorong selama tiga bulan,
akhirnya lenyap di pesisir Utara.
e.
Balatentara
kedua belah pihak berlarian melapor kepada induk semangnya.
41.
Pertempuran
berlanjut:
a.
Kuwu
Sangkan (Cakrabuana) memaksakan diri hendak ke medan perang, tersesat ke gunung
Panorajati lalu bertafakur.
b.
Patih
Anggasura lapor kepada Sunan Jati Purba tentang hilangnya Arya Kamuning dan
Dalerm Kiban.
c.
Patih
Keling memimpin pasukan berhadapan dengan Suradipa.
d.
Pangeran
Kajoran berhadapan dengan Sanghyang Pandewesi, Pandewesi menghilang tak
tertangkap.
e.
Patih
Gempol dari Galuh tampil mengendarai kuda sembrani, tak terlawan oleh para
panglima Islam.
f.
Balatentara
kedua belah pihak berhamburan.
42.
Kemenangan
pihak Islam:
a.
Cakrabuana
mendengar suara gaib yang menyatakan pemberian maaf.
b.
Cakrabuana
maju ke medan perang, melihat Patih Gempol mengendarai kuda terbang.
c.
Golok
Cabang mengejar-ngejar Patih Gempol.
d.
Kuda
sembrani jatuh ke gunung Kap, Patih Gempol melarikan diri ke gunung Gundul
bersatu dengan siluman.
e.
Ki
Elek dan ki Igel dari Galuh sesumbar menantang Cakrabuana.
f.
Kuwu
Sangkan (Cakrabuana) melemparkan Kopeah Waring, Elek dan Igel linglung lalu
tertangkap.
g.
Cakrabuana
masuk ke dalam kendi tempat persembunyian Ratu Galuh, Ratu Galuh melarikan diri
ke luar dan berubah-ubah wujud, namun dapat ditandingi oleh Cakrabuana.
h.
Ratu
Galuh melarikan diri lalu bergabung dengan bangsa siluman di gunung Kumbang,
mengancam keturunan Kangjeng Sinuhun Jati dari alam gaib.
i.
Dalem
Ciamis beserta para dipati lainnya telah ditangkap Cakrabuana.
43.
Kangjeng
Sinuhun Jati menerima laporan:
a.
Para
aolia, para mantri, dan para santri bermupakat soal agama.
b.
Kuwu
Sangkan menghadap kemenakannya, Kangjeng Sinuhun Jati alias Sunan Purba alias
Sunan Gunungjati, melaporkan tentang keberhasilannya sambil menyerahkan tawanan
perang dan barang-barang rampasan.
c.
Sunan
Gunungjati memerintahkan agar semua barang disedekahkan kepada fakir miskin,
para aolia, dan para pangeran yang ahli sabil.
T A M A T (Wallohu’alam bisowab)
***
Terimakasih atas infonya ttg artikel diatas dalam hal ini apakah bisa mempertanggungjawabkan isi artikel anda ini dan bila di ijinkan bisa kah kita kontak via email berikut alamat email saya : trade.lukah8@gmail.com
BalasHapus